You are on page 1of 58

Desiana Rachmawati 1710711038

Parida Pebruanti 1710711042


Priskillia Marisa Rory 1710711047
DEFINISI NYERI
Nyeri suatu kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan
individual. Selain itu nyeri juga bersifat tidak menyenangkan, sesuatu
kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tidak berkesudahan.
Stimulus nyeri dapat bersifat fisik dan/atau mental, dan kerusakan
dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang.
Nyeri melelahkan dan menuntut energi seseorang sehingga dapat
mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna
kehidupan. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, seperti
menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri
tertentu menimbulkan gejala yang dapat diprediksi, sering kali
perawat mengkaji nyeri dari kata-kata, prilaku ataupun respons yang
diberikan oleh klien.hanya klien yang tahu apakah terdapat nyeri dan
seperti apa nyeri tersebut. Untuk membantu seorang klien dalam
upaya menghilangkan nyeri maka perawat harus yakin dahulu bahwa
nyeri itu memang ada . kerusukakan pada jaringan yang berpotensi
rusak atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan nyeri
merupakan mekanisme yang bertujuan untuk melindungi diri. Apabila
seseorang merasakan nyeri , maka prilakunya akan berubah.
 Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli)
dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung
saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu
(panas)ataukimia(substansinyeri).
Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri
mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga
lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer
yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh
mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan.
Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak
menimbul kan nyeri misal nya rabaan. Sensitisasi perifer ini
mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu
hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron
simpatis dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri
dirasakan lebihlama
 Transmisi
Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf
perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri.
Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi,
sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinap melewati neuro
transmiter.

 Modulas
Adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat
meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri.Hambatan
terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan
bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin yang
dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini
bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat
transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis.
Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis
atau supraspinalis.
 Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat
tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil
interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri)
dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi
menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan
 Manifestasi fisiologi nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik , emosi , dan perilaku .
cara yang baik untuk memahami pengalaman nyeri , akan membantu
menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut, yakni : resepsi dan
reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut
saraf saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan
menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di
dalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis.terdapat pesan
nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa
ahambatan ke kortek serebral, maka otak menginterpretasi kualitas
nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri (McNair,1990).
Berdasarkan sumbernya
 a) Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan
subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar)
ex: terkena ujung pisau atau gunting
 b) Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb.
Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama drpd cutaneus
ex: sprain sendi
 c) Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia,
regangan jaringan

Berdasarkan lokalisasi/letak
 a) Radiating pain
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)
 b) Referred pain
Nyeri dirasakan pd bagian tubuh ttt yg diperkirakan berasal dr jaringan
penyebab
 c) Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
 d) Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pd bag. Tubuh yg hilang
 e) Berdasarkan penyebab:
Fisik Psycogenic
Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
 f) Menurut Serangannya
Nyeri akut
Nyeri kronik
 0 :Tidak nyeri

 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi


dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,


menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat


mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat
diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi


berkomunikasi, memukul.

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau


intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun,
makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke
waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
 Sikap dari petugas kesehatan memengaruhi
menejemen nyeri. Terkecuali jika klaien memiliki
tanda tanda objektif akan adanya nyeri, beberapa
perawat tidak percaya kalau mereka klaien
merasakan ketidaknyamanan. Beberapa contoh
pengobatan tradisional dapat menyebabkan prilaku
atau ketidak nyamanan terkait dengan nyeri yang
di rasakan. Contoh ini mengungkapkan bahwa
masalah-masalah fisik timbul akibat dari penyebab
fisik. Oleh karena itu nyeri merupakan respon fisik
terhadap adanya disfungsi organ. Ketika tidak ada
sumber nyeri yang jelas pemberi pelayanan
kesehatan terkadang menganggap penderita nyeri
sebagai orang yang berpura-pura sakit.
Campuran reaksi fisik, emosi, dan
perilaku. Komponen untuk
memahami pengalaman nyeri yaitu :
Resepsi, Persepsi, dan Reaksi
Sedangkan dalam penghantaran
stimulus terhadap terjadinya nyeri
melibatkan proses transduksi,
transmisi, persepsi, dan modulasi
Stimulus berbahaya memicu pelepasan
mediator biokimia yang mensensitisasi
nosiseptor. Stimulus menyakitkan
menyebabkan pergerakan ion menembus
membran sel yang membangkitkan
nosiseptor. Obat nyeri dapat bekerja pada
fase ini dengan menghambat produksi
prostaglandin
 Pertama : impuls nyeri berjalan
dari serabut saraf tepi ke medulla
spinalis
 Kedua : transmisi dari medulla
spinalis ke batang otak dan talamus
 Ketiga : transmisi sinyal antara
talamus ke korteks sensorik somatik
tempat terjadinya resepsi nyeri
terjadi saat klien menyadari rasa nyeri .
persepsi nyeri terjadi dalam struktur
kortikal yang menginginkan strategi
kognitif – perilaku yang berbeda dipakai
untuk mengurangi komponen sensorik dan
afektif nyeri. Seperti imajinasi terbimbing
dan musik dapat membantu mengalihkan
perhatian klien dari nyeri
Sistem desenden saat neuron
dibatang otak mengirimkan sinyal
menuruni kornu dorsalis medula
spinalis. Serabut desenden
melepaskan zat yang dapat
menghambat naiknya impuls
berbahaya. Fase modulasi
membantu menghambat naiknya
stimulus yang menyakitkan
Impuls saraf yang dihasilkan oleh
stimulus nyeri, menyebar di
sepanjang serabut saraf perifer.
Serabut A-delta yang bermielinasi
cepat dan C yang tidak bermielinasi
serta berukuran sangat kecil dan
lambat. Serabut A mengirim sensasi
yang tajam, terlokalisasi, dan
mendeteksi intensitas nyeri. Serabut
tersebut menghantarkan cedera akut
yang segera
Ketika serabut C dan A-delta
mentransmisikan impuls dari saraf
perifer, maka akan melepaskan
mediator biokimia yang
mengaktifkan peka akan respon
nyeri. dilepaskan ketika sel-sel lokal
mengalami kerusakan, Transmisi
stimulus nyeri berlanjut disepanjang
serabut saraf aferen sampai berakhir
di bagian dorsalis medula spinalis
Stimulus nyeri di transmisikan naik
ke medulla spinalis ke talamus dan
otak tengah. Dari talamus, serabut
mentransmisikan ke berbagai area
otak, termasuk korteks sensori dan
asosiasi. Sel di dalam sistem limbik
diyakini mengontrol emosi. Setelah
transmisi saraf berakhir di dalam
pusat otak yang lebih tinggi, maka
individu akan mempersepsikan
sensasi nyeri
Mempengaruhi substansi stimulus
saraf, terletak di kornu dorsalis pada
medulla spinalis. Neurotransmiter
seperti mengirim impuls listrik melewati
celah sinaps diantara serabut eksitator
dan ihibitor sedangkan neuromodulator
yaitu memvariasikan transmisi stimulus
nyeri tanpa secara langsung
mentransfer tanda saraf melalui sebuah
sinaps
Pada saat impuls naik ke medulla
spinalis menuju ke batang otak dan
talamus, sistem saraf otonom
menjadi terstimulasi sebagai bagian
dari respon stres. Nyeri dengan
intensitas ringan hingga sedang dan
nyeri yang superfisial menimbulkan
reaksi ‘’ Flight atau Fight”, yang
merupakan sindrom adaptasi umum
Stimulasi pada cabang simpatis
pada sistem saraf otonom
menghasilkan respon fisiologis.
Apabila nyeri berlangsung terus
menerus , berat atau dalam, dan
secara tipikal melibatkan organ-
organ viseral (seperti kolik akibat
kandung empedu atau batu
ginjal), sistem saraf parasimpatis
menghasilkan suatu aksi
Respon fisiologis terhadap nyeri
dapat sangat membahayakan
individu. Kecuali pada kasus-kasus
nyeri traumatik yang berat, yang
meyebabkan individu mengalami
syok, kebanyakan individu mencapai
tingkat adaptasi, yaitu tanda-tanda
fisik kembali normal. Dengan
demikian, klien yang mengalami
nyeri tidak akan slalu
memperlihatkan tanda-tanda fisik
Pada saat nyeri dirasakan, pada
saat itu juga dimulai suatu siklus
yang apabila tidak diobati dapat
mengubah kualitas kehidupan
individu. Meinhart dan McCaffery
mendeskripsikan 3 fase
pengalaman nyeri yaitu :
antisipasi, sensasi, dan akibat
klien belajar untuk memahami nyeri
dan mengontrolnya sebelum terjadi
sedangkan perawat menjelaskan
sensasi kesemutan akibat tusukan
jarum. Penjelasan yang benar
membantu klien untuk memahaminya,
pada situasi klien merasa takut atau
cemas maka antisipasi dapat
meningkatkan persepsi keparahan
nyeri
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan
nyeri. Toleransi individu terhadap
nyeri merupakan titik yang
bergantung pada sikap, motivasi, dan
persepsi. Toleransi yang tinggi
mampu menahan tanpa bantuan
sedangkan yang rendah akan mencari
upaya untuk menghilangkan nyeri
sebelum terjadi. Sensasi nyeri dapat
terlihat melalui ekspresi wajah
Nyeri murapakan suatu krisis. Setelah
mengalami nyeri, klien mungkin
memperlihatkan gejala fisik. Jika klien
mengalami nyeri yang berulang, maka
respon akibat dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Perawat
membantu klien memperoleh kontrol
dan harga diri untuk meminimalkan
rasa takut akan kemungkinan
pengalaman nyeri
Seorang wanita diantar keluarganya ke RS.
Pemerintah, keluarga mengatakan klien
jatuh dari motor. Pada pergelangan kaki
klien tampak hematoma, klien tampak
menangis kesakitan sambil memegang
pergelangan kaki. Perawat melakukan
pengkajian keperawatan didapatkan hasil
sebagai berikut: klien mengatakan
pergelangan kakinya terasa nyeri, perawat
menganjurkan kilen menarik nafas dalam
untuk mengurangi rasa sakit
1. Pengertian dari sumber patofisiologi
2. Etiologi atau penyebab
3. Patofisiologi
4. Gambaran klinis
5. Penatalaksanaan atau terapi
 Koleksi (kumpulan) dari darah diluar pembuluh
darah yang terjadi karena dinding pembuluh
darah yaitu: arteri, vena, atau kapiler telah
dirusak dan darah telah mengalami kebocoran
ke dalam jaringan-jaringan yang tidak ada
tempatnya
 Menggambarkan darah yang telah menggumpal
Sumber : jurnal penyakit dan kamus kedokteran
2007
 Trauma adalah penyebab yang paling
umum dari hematoma. Hematoma
terjadi karena kompresi yang kuat di
sepanjang traktus genitalia dan tampak
sebagai warna ungu pada mukosa.
Hematoma yang kecil diatasi dengan
pemberian es di bagian hematomanya
dan pemantauan yang terus meneruss.
Biasanya hematoma ini dapat diserap
kembali secara alami
dapat terjadi menyakitkan yaang disebabkan oleh
jumlah pembengkakan dan peradangan. Beberapa
otot dikelilingi oleh pita-pita yang kuat dan
jaringan-jaringan. Jika cukup perdarahan terjadi,
tekanan di dalam kompartemen-kompartemen
dapat meningkat di titik di mana ‘compartement
syndrome’ dapat terjadi. Pada situasi ini, pasokan
darah dari otot di kompromikan dan otot seperti
syaraf menjadi rusak secara permanen. Paling
umum terlihat pada kaki bagian bawah dan lengan
bagian bawah
Digambarkan berdasarkan
lokasinya dan bisa terjadi dimana
saja dalam tubuh. Tidak peduli
bagaimana hematoma
digambarkan atau dimana ia
berlokasi, ia tetap kumpulan dari
darah-darah yang menggumpal
diluar pembuluh darah
Nama : An. X Data Subjektif :
- An. X Jatuh dari motor
Umur : 20 Tahun - Menangis kesakitan
Pekerjaan : Mahasiswa sambil memegang
Status : Single pergelangan kaki
- Merasakan nyeri pada
Alamat : Jln.Pisangan pergelangan kaki
No. 400
Data Objektif :
- Pada pergelangan kaki
tampak
hematoma
Keluhan utama : klien merasakan sakit di
sekitar
pergelangan kaki
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat penyakit keluarga
 Problem : Pergelangan kaki terasa nyeri,
perawat menganjurkan menarik nafas dalam
untuk mengurangi rasa sakit
 Etiologi : Klien jatuh dari motor sehingga
pada pergelangan kakinya tampak hematoma
 Symptom : klien tampak menangis kesakitan
sambil memegang pergelangan kaki
 Dari massage wajah klien berada pada skala
nyeri yang hebat yaitu pada skala 9 dapat
terlihat dari tingkah lakunya bahwa klien
menangis kesakitan dan memegang
pergelangan kakinya.
 Karena klien mengalami nyeri di bagian
pergelangan kaki maka kemungkinan terjadi
kerusakan jaringan di intramuscular dan
mengalami hematoma karena disebabkan
oleh tekanan yang kuat
Tujuan : Agar bisa kembali optimal dan dapat
berfungsi kembali jaringan yang telah rusak
Kriteria Hasil : SMART
Tindakan: perawat menganjurkan menarik nafas
untuk mengurangi rasa sakit dan melakukan
gerakan ringan untuk dapat rileks kembali
Pendokumentasian pelaksanaan
Jam 8 – 10 : menghirup udara pagi sambil
melakukan pergerakan ringan pada kaki
Jam 11 – 12 : mengecek pergelangan kaki
seperti merabanya dan melihatnya
jam 16 – 17 : melihat massege wajah klien dan
tanyakaan responnya agar dapat
membandingkan skala nyeri
S : nyeri berkurang
O : klien sudah bisa melakukan sedikit gerakan
walaupun masih dengan ekspresi wajah yang
khawatir
A : masalah sebagian teratasi
P : melakukan tahap pemulihan dengan di
pindahkan ke rehabilitasi untuk melakukan
gerakan pada fungsi jaringan di pergelangan
kakinya
1. Nyeri akut/transien
Nyeri yang tejadi setelah tubuh terkena cidera
akut, penyakit, atau intevensi bedah dan
memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas
bervariasi (ringan sampai berat) dan
berlangsung untuk waktu singkat. Fungsi nyeri
akut ialah memberi peringatan akan cedera
atau penyakit yang akan datang.
2. Nyeri kronik/transien
Nyeri yang berlangsung lama, intensitas
bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari
enam bulan. Nyeri ini di sebabkan oleh kanker
yang tidak terkontrol, karena pengobatan
kanker tersebut, atau gangguan progesif lain.

3. Nyeri kronik episodic


Nyeri yang sesekali terjadi dalam jangka waktu
tertentu.Nyeri ini berlangsung selama beberapa
jam, hari, atau minggu.
4. Nyeri kanker
Nyeri kanker umumnya diakibatkan oleh
infiltrasi sel tumor pada struktur yang sensitif
dengan nyeri seperti tulang, jaringan lunak,
serabut saraf, organ dalam, dan pembuluh
darah.

5. Nyeri idiopatik
Adalah nyeri kronis dari ketiadaan penyebab
fisik atau psikologis yang dapat diidentifikasi
atau nyeri yang dirasakan sebagai
berlebihannya tingkat kondisi patologis suatu
organ.
 Usia
dapat mempengaruhi nyeri terutama pada Anak, dewasa, dan lansia.
Perbedaan kelompok usia dapat mempengaruhi bagaimana reaksi
terhadap nyeri. Anak-anak memiliki kesulitan dalam
mengenal/memahami nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia
cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan
mereka takut mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri
diperiksakan.

 Kelelahan
meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan menurunkan kemampuan
untuk mengatasi masalah.

 Fungsi saraf
pada klien mempengaruhi pengalaman nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi nyeri yang normal (contoh: cidera medula
spinalis, neuropatik perifer dan penyakit saraf lainnya) dapat
mempengaruhi kesadaran dan respon klien.
 Perhatian
tingkatan dimana klien memfokuskan perhatiannya terhadap
nyeri yang dirasakan mempengaruhi persepsi nyeri.

 Pengalaman nyeri sebelumnya


Adanya pengalaman sebelumnya bukan berarti seseorang
tersebut akan lebih mudah menerima rasa nyeri di masa
yang akan datang.

 Dukungan keluarga dan sosial


orang dengan nyeri kadang selalu bergantung pada
keluarga, orang lain, atau teman dekat untuk memberi
dukungan, bantuan, maupun perlindungan.

 Faktor spiritual
Spiritualitas menjangkau antara agama dan mencakup
pencarian secara terhadap makna situasi dimana seseorang
menemukan dirinya sendiri.
 Kecemasan
terkadang meningkatkan persepsi nyeri dan
menyebabkan perasaan cemas. Wall dan melzack
(1999) melaporkan bahwa stimulus nyeri yang
mengaktivasi bagian dari sistem limbik dipercaya
dapat mengontrol emosi, terutama kecemasan.

 Mekanisme koping
dapat mempengaruhi kemampuan mengatasi nyeri.
Seseorang yang memiliki kontrol terhadap situasi
internal merasa bahwa mereka dapat mengontrol
kejadian dan akibat yang terjadi dalam hidup mereka.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki kontrol
terhadap situasi eksternal merasa bahwa faktor lain
dalam hidupnya; seperti perawat bertanggung jawab
terhadap akibat suatu kejadian.
Nilai-nilai dan kepercayaan terhadap
budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Ada perbedaan makna dan perilaku yang
berhubungan dengan nyeri antara beragam
kelompok budaya. Perawat perlu menggali
akibat nyeri klien dari budayanya dan membuat
penyesuaian terhadap rencana perawatan.
 Fundamental Keperawatan
Edisi 4
Potter&Perry , Volume 2
 Fundamental Keperawatan
Edisi 7
Kozier , Volume 2

You might also like