You are on page 1of 48

Kelompok 5

Fauzan Arkadani
M. Ihsan
Athaya Rana
Rashiqa

LEMBAGA PEMERINTAH NON-


KEMENTRIAN
1. BADAN PUSAT STATISTIK
TUGAS
• Badan Pusat Statistik atau yang biasa disingkat
dengan BPS adalah suatu badan lembaga yang
bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang statistik sesuai peraturan perundang-
undangan.
1. Pengkajian, penyusunan, dan perumusan kebijakan di
bidang statistik
2. Pengkoordinasian kegiatan statistik nasional dan
regional
3. Penetapan dan penyelenggaraan statistik dasar
4. Penetapan sistem statistik nasional
5. Pembinaan dan fasilitasi terhadap kegiatan instansi
pemerintah di bidang kegiatan statistik
6. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan
administrasi umum di bidang perencanaan umum,
ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, kehumasan,
hukum, perlengkapan dan rumah tangga
2. BADAN SAR NASIONAL (BASARNAS)
 TUGAS
 Badan SAR Nasional atau yang biasa disingkat
dengan BASARNAS memiliki tugas pokok
melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian,
dan pengendalian potensi SAR dalam kegiatan
SAR terhadap orang dan material yang hilang
atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi
bahaya dalam pelayaran dan/atau penerbangan,
serta memberikan bantuan dalam bencana dan
musibah lainnya sesuai dengan peraturaN SAR
nasional dan internasional.
FUNGSI
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan potensi SAR dan
pembinaan operasi SAR.
2. Pelaksanaan program pembinaan potensi SAR dan operasi SAR.
3. Pelaksanaa tindak awal.
4. Pemberian bantuan SAR dalam bencana dan musibah lainnya.
5. Koordinasi dan pengendalian operasi SAR alas potensi SAR yang
dimiliki oleh instansi dan organisasi lain.
6. Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR baik di
dalam maupun luar negeri.
7. Evaluasi pelaksanaa pembinaan potensi SAR dan operasi SAR.
8. Pelaksanaan administrasi di lingkungan Badan SAR Nasional.
3. BADAN STANDARDISASI NASIONAL
(BSN)
 TUGAS
• Badan Standardisasi Nasional atau yang biasa
disingkat dengan BSN adalah suatu lembaga
yang bertugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang standardisasi dan
penilaian kesesuaian.
 FUNGSI
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang
standardisasi nasional.
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas
BSN.
3. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi
pemerintah di bidang standardisasi nasional.
4. Penyelenggaraan kegiatan kerjasama dalam negeri dan
internasional di bidang standardisasi.
5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi
umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan,
organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan,
kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah
tangga.
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BSN mempunyai
kewenangan :
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung
pembangunan secara makro;
3. Penetapan sistem informasi di bidangnya;
4. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yaitu:
• perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang
standardisasi nasional;
• perumusan dan penetapan kebijakan sistem akreditasi
lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi dan laboratorium;
• penetapan Standar Nasional Indonesia (SNI);
• pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidangnya;
• penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidangnya.
4. BADAN URUSAN LOGISTIK (BULOG)
 TUGAS
 Badan Urusan Logistik atau yang biasa disebut
BULOG adalah suatu lembaga yang bertugas
melaksanakan pemerintahan serta pembangunan
pada bidang manajemen logistik dengan cara
melakukan tata kelola persediaan, menyalurkan
dan mengendalikan harga beras, serta melakukan
usaha jasa logistik yang sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
1. Menetapkan kebijakan pada bidang manajemen logistik
agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta kebijakan umum pemerintah.
2. Sebagai penyelenggara kegiatan pada bidang usaha jasa
logistik.
3. Sebagai penyelenggara kegiatan pada bidang operasi.
4. Melakukan perencanaan pada bidang-bidang berikut,
antara lain keuangan, SDM, dan jasa logistik.
5. Mengelola sumber daya yang akan melaksanakan tugas
bulog supaya berhasil serta mempunyai daya guna.
6. Melakukan pengawasan terhadap segala macam tugas
yang dilakukan di lingkungan bulog.
7. Mengelola SDM dan keuangan.
5. Badan Pertahanan Nasional
Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN)
adalah lembaga pemerintah nonkementerian di Indonesia yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Pertanahan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. BPN dahulu dikenal dengan sebutan Kantor Agraria.

Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah, dibentuk Kantor Wilayah
BPN di provinsi dan Kantor Pertanahan di kabupaten/kota. Kantor Pertanahan dapat
dibentuk lebih dari 1 (satu) Kantor Pertanahan di tiap kabupaten/kota. Sedangkan
kantor pusatnya berada di Jl. Sisingamangaraja Nomor 2, Kebayoran Baru Jakarta
12110
Badan Pertahanan Nasional di
atur oleh peraturan presiden
no. 20 tahun 2015. pada masa
presiden Joko Widodo
organisasi Pertahanan
Nasional dengan direktorat
jendral tata ruang kementrian
pekerjaan umum disatukan
dalam satu organisasi
kementrian yaitu kementrian
Agraria dan Tata Ruang. Yang
diketuai oleh Sofyan Djalil.
BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
melaksanakan tugas, BPN menyelenggarakan fungs (berdasarkan pasal 3 BAB I
PerPres no. 20 Tahun 2015) :

1. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;


2. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan
pemetaan;
3. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah,
pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat;
4. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan
pengendalian kebijakan pertanahan;
5. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah;
6. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengendalian dan penanganan sengketa dan perkara
pertanahan;
7. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;
8. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan BPN;
9. pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian
pangan berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan;
10.pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang
pertanahan; dan
11.pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang
pertanahan.
EMPAT PRINSIP PERTANAHAN NASIONAL
Diawali dari tahun 2005, pertanahan nasional
dibangun dan dikembangkan atas dasar empat (4)
prinsip pengelolaan:

1. Pengelolaan pertanahan harus mampu


berkonstribusi pada kesejahteraan masyarakat,

2. Pengelolaan pertanahan harus mampu


berkonstribusi pada keadilan penguasaan dan
pemilikan tanah,

3. Pengelolaan pertanahan harus mampu


berkonstribusi pada keberlanjutan sistem
kemasyarakatan dan Kebangsaan Indonesia,

4. Pengelolaan pertanahan harus mampu


berkonstribusi pada harmoni sosial.
ARTI LAMBANG/LOGO
11 bidang di bumi
yang
melambangkan 11
Agenda Yang telah
dan akan dilakukan
BPN

11 bidang bumi memaknai atau melambangkan


• Warna Coklat melambangkan bumi, alam raya dan cerminan dapat
dipercaya dan teguh.
• Warna Kuning Emas melambangkan kehangatan, pencerahan, intelektual
dan kemakmuran.
• Warna Abu-abu melambangkan kebijaksanaan, kedewasaan serta
keseimbangan.
ARTI LAMBANG/LOGO

4 butir padi yang bermakna kemakmuran dan


kesejahteraan. Dan Memaknai atau melambangkan
4 tujuan penataan pertanahan yang telah dilakukan
BPN RI yaitu:
• Kemakmuran
• Keadilan
• Keberlanjutan, dan
• Harmoni Sosial
Lingkaran yang bermakna sebagai sumberkehidupan
manusia. Melambangkan wadah atau area untuk berkarya
bagi BPN RI yang berhubungan langsung dengan unsur-
unsur yang ada di dalam bumi yang meliputi Tanah, Air
dan Udara

Sumbu yang melambangkan poros keseimbangan. 3 Garis


Lintang dan 3 Garis Bujur memaknai atau melambangkan
pasal 33 ayat 3 Undang Undang Dasar 1945 yang
mendasari lahirnya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA)
No. 5 Tahun 1960
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPN
menyelenggarakan fungsi yang berupa 11 agenda kebijakkan yang
sebagaimana dilambangkan dalam 11 bidang bumi di logonya :

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan


Nasional.

2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta


sertifikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).

4. menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban


bencana alam dan daerah-daerah konflik.

5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan


konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.
6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS),
dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.

7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan


pemberdayaan masyarakat.

8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar.

9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-


undangan Pertanahan yang telah ditetapkan.

10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.

11. Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan


Pertanahan.
Program-program Pertanahan
Dalam melaksanakan fungsinya BPN menjalankan beberapa
program pertanahan, antara lain:

• Prona
• Redistribusi
• IP4T
• SMS
• Pertanian
• UKM
• Konsolidasi
• Rutin
Salah satu program BPN adalah PRONA yaitu salah satu bentuk kegiatan legalisasi asset
dan pada hakekatnya merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi;
adjudikasi, pendaftaran tanah sampai dengan penerbitan sertipikat/tanda bukti hak
atas tanah dan diselenggarakan secara massal.

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara
terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk
peta dan daftar , mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,
Sejarah
Pada era 1960 sejak berlakunya Undang – Undang Pokok Agraria
(UUPA) , Badan Pertanahan Nasional mengalami beberapa kali
pergantian penguasaan dalam hal ini kelembagaan. tentunya masalah
tersebut berpengaruh pada proses pengambilan kebijakan. ketika
dalam naungan kementerian agraria sebuah kebijakan diproses dan
ditindaklanjuti dari struktur Pimpinan Pusat sampai pada tingkat
Kantah, namun ketika dalam naungan Departemen Dalam Negeri
hanya melalui Dirjen Agraria sampai ketingkat Kantah. disamping itu
secara kelembagaan Badan Pertanahan Nasional mengalami peubahan
struktur kelembagaan yang rentan waktunya sangat pendek.

Untuk mengetahui perubahan tersebut berikut ini adalah sejarah


kelembagaan Badan Pertanahan Nasional
Pada Masa 1960-1970

Pada tahun 1960 Peraturan Pemerintah masih di keluarkan oleh Presiden


dan Menteri Muda Kehakiman. kebijakan itu ditempuh oleh pemerintah
karena pada saat itu Indonesia masih mengalami masa transisi. Lalu pada
tahun 1965 agraria dipisah dan dijadikan sebagai lembaga yang terpisah
dari naungan menteri pertanian dan pada saat itu menteri agraria
dipimpin oleh R.Hermanses. S.Hecara kelembagaan mengalami
perubahan.pada saat itu dimasukan dalam bagian departemen dalam
negeri dengan nama direktorat jenderal agraria.
Pada Masa 1988-1990

pada periode ini kembali mengalami perubahan. lembaga yang


menangani urusan agraria dipisah dari departemen dalam negeri
dan dibentuk menjadi lembaga non departemen dengan nama
badan pertanahan nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni
Harsono dengan catur tertib pertanahannya. pada saat itu terjadi
perubahan yang signifikan karena merupakan awal terbentuknya
badan pertanahan nasional.
Pada Masa 1990-Sekarang

 Pada tahun 1990 kembali mengalami perubahan menjadi menteri


Negara agraria/badan pertanahan nasional yang masih dipimpin oleh
Ir.Soni Harsono. pada saat itu penambahan kewenangan dan tanggung
jawab yang harus diemban oleh badan pertanahan nasional.

 Lalu pada tahun 1998 hanya pada puncuk pimpinan saja yakni Ir.Soni
Harsono diganti dengan Hasan Basri Durin.

 Sedangkan tahun 2002 badan pertanahan nasional dijadikan sebagai


lembaga Negara.kedudukannya sejajar dengan kementerian yang
dipipimpin oleh Prof.Lutfi I.Nasoetion, MSc.,Ph.D.

 lalu pada tahun 2006 sampai 2012 BPN RI dipimpin oleh Joyo Winoto,
Ph.D. dengan 11 agenda kebijakannya.
• Sedangkan Pada tanggal 14 Juni 2012 Hendarman Supandji dilantik
sebagai Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
(BPN RI) menggantikan Joyo Winoto.

• Lalu Pada pemerintahan Presiden Joko Widodo dibuat


Kementerian baru bernama Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Indonesia, sehingga sejak 27 Oktober 2014, Badan Pertahanan
Nasional berada di bawah naungan Menteri Agraria dan Tata
Ruang. Jabatan Kepala BPN dijabat oleh Menteri Agraria dan Tata
Ruang yang dijabat oleh Sofyan Djalil.
6. Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN)
Badan Tenaga Nuklir Nasional

disingkat BATAN, adalah Lembaga Pemerintah Non


Kementerian Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, dan
pemanfaatan tenaga nuklir. Yang didirikan pada tanggal 5
Desember 1958 dan berdasarkan pada UU No. 10 Tahun
1997. Dan memiliki slogan BATAN Unggul di Tingkat Regional,
Berperan dalam Percepatan Kesejahteraan Menuju
Kemandirian Bangsa
Kepala Batan saat ini dijabat oleh Prof. Dr. Djarot S. Wisnubroto (sejak tahun 4
September 2012) menggantikan Dr. Hudi Hastowo yang menggantikan Kepala
BATAN periode sebelumnya yaitu Dr. Soedyartono Soentono, M.Sc.
sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaga nukliran dan
Keppres RI No. 64 Tahun 2005, BATAN ditetapkan sebagai Lembaga
Pemerintah Non Departemen, berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden. BATAN dipimpin oleh seorang Kepala dan
dikoordinasikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi.

Tugas pokok BATAN sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun


2013 adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian,
pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
nuklir sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi nuklir di Indonesia hanya diarahkan untuk tujuan damai dan
sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Kemudian sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun
2013, dalam melaksanakan tugasnya tersebut BATAN menyelenggarakan
fungsi:

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian,


pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi nuklir;

2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN;

3. Pelaksanaan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu


pengetahuan dan teknologi nuklir;

4. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan


lembaga lain di bidang penelitian, pengembangan dan
pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir;
5. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BATAN;

6. Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan jaminan mutu nuklir;

7. Pembinaan pendidikan dan pelatihan;

8. Pengawasan atas pelaksanaan tugas BATAN; dan

9. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian,


pengembangan, dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi nuklir.
Daftar Kepala BATAN
1. Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy (1964 -
1973)
2. Prof. Achmad Baiquni, M.Sc. Ph.D.
(1973 - 1984)
3. Ir. Djali Ahimsa (1984 - 1996)
4. ir. M. Iyos R. Subki, M.Sc. (1996 -
2002)
5. Prof. Soedyartomo Soentono, M. Sc.
Ph.D. (2002 - 2007)
6. Dr. Hudi Hastowo (2007 - 2012)
7. Prof. Dr. Djarot S. Wisnubroto (2012
- sekarang)
Visi
BATAN Unggul di Tingkat Regional, Berperan dalam Percepatan
Kesejahteraan Menuju Kemandirian Bangsa

Misi
1. Merumuskan kebijakan dan strategi nasional iptek nuklir

2. Mengembangkan iptek nuklir yang handal, berkelanjutan dan


bermanfaat bagi masyarakat

3. Memperkuat peran BATAN sebagai pemimpin di tingkat regional, dan


berperan aktif secara internasional

4. Melaksanakan layanan prima pemanfaatan iptek nuklir demi


kepuasan pemangku kepentingan

5. Melaksanakan diseminasi iptek nuklir dengan menekankan pada


asas kemanfaatan, keselamatan dan keamanan
Prinsip
Segenap kegiatan iptek nuklir dilaksanakan secara profesional untuk
tujuan damai dengan mengutamakan prinsip keselamatan dan
keamanan, serta kelestarian lingkungan hidup

Nilai-Nilai
Segenap kegiatan nuklir dilandasi nilai-nilai
Visionary, Innovative, Excellent dan Accountable
Kejujuran, Kedisiplinan, Keterbukaan, Tanggungjawab, Kreatif dan
Kesetiakawanan
Serta Berpedoman pada 5
(lima) pedoman BATAN yaitu :

1. Berjiwa pionir
2. Bertradisi ilmiah
3. Berorientasi industri
4. Mengutamakan keselamatan
5. Komunikatif
SEJARAH
Pada awalnya pemerintah membentuk sebuah kelompok yang
mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan
adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di Lautan
Pasifik. Pada penyelidikan radioaktivet 1954. Dengan
memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan
tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan
Pemerintah No. 65 Tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958
dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA),
yang kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom
Nasional (BATAN)berdasarkan UU NO. 31 Tahun 1964 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Atom. Pada perkembangan
berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di bidang iptek
nuklir, maka dibangun beberapa fasilitas penelitian, pengembangan,
dan rekayasa (litbangyasa) yang tersebar di berbagai kawasan,

Sebagai berikut.
Kawasan Nuklir Serpong
Salah satu fasilitas nuklir Batan yang dibangun untuk melaksanakan kegiatan
Litbangyasa iptek nuklir adalah Kawasan Nuklir Serpong. Kawasan Nuklir Serpong
merupakan kawasan pusat Litbangyasa iptek nuklir yang dibangun dengan tujuan
untuk mendukung usaha pengembangan industri nuklir dan persiapan pembangunan
serta pengoperasian PLTN di Indonesia. Pembangunan instalasi dan laboratorium
Kawasan Nuklir Serpong dilaksanakan melalui 3 (tiga) fase yang dimulai sejak tahun
1983 dan selesai secara keseluruhan pada tahun 1992. Luas kawasan mencapai sekitar
25 hektare dan terletak di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Puspiptek), Serpong.
Kawasan Nuklir Pasar Jumat
Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta dibangun pada tahun 1966 dan
menempati area sekitar 20 hektare. Di kawasan ini terdapat Pusat
Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Pusat Teknologi Keselamatan dan
Metrologi Radiasi (PTKMR), Pusat Teknologi Bahan Galian
Nuklir (PTBGN), Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat), serta Pusat
Desiminasi dan Kemitraan (PDK).Berbagai Kegiatan penelitian yang
dilakukan du kawasan ini meliputi litbang radioisotop dan radiasi serta
aplikasinya di berbagai bidang
Kawasan Nuklir Yogyakarta
Kawasan Nuklir Yogyakarta dibangun pada
tahun 1974 dan menempati area sekitar
8,5 hektare. Di kawasan ini terdapat Pusat
Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA)
dan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
(STTN).
Kegiatan yang dilakukan meliputi litbang
fisika, kimia nuklir, teknologi akselerator
zarah energi rendah dan menengah,
teknologi proses, analisis bahan nuklir dan
reaktor, serta pendayagunaan reaktor
untuk penelitian dan pembinaan keahlian.
Disamping itu dilakukan pula pengawasan
keselamatan kerja terhadap radiasi dan
pengawasan radioaktivitas lingkungan.
Sedangkan STTN digunakan untuk
menyelenggarakan pendidikan program
D4 di bidang iptek nuklir.
Kawasan Nuklir Bandung
Kawasan Nuklir Bandung dibangun
pada tahun 1966 yang menempati area
sekitar 3 hektare berlokasi di seberang
kampus ITB tepatnya di Jalan Tamansari
dan merupakan tempat dibangunnya
reaktor pertama di Indonesia. Di kawasan
ini terdapat Pusat Sains dan Teknologi
Nuklir Terapan (PSTNT).

Kegiatan yang dilakukan meliputi


pendayagunaan reaktor untuk penelitian
dan pembinaan keahlian, litbang bahan
dasar, radioisotop dan senyawa bertanda,
instrumentasi dan teknik analisis
radiometri, pengawasan keselamatan kerja
terhadap radiasi dan lingkungan.
Kedokteran nuklir pertama kali
dikembangkan di Kawasan Nuklir Bandung
yang merupakan embrio dari kedokteran
nuklir di Indonesia.

You might also like