Professional Documents
Culture Documents
NON PAJAK
NON PAJAK
PAJAK
Posyandu, Imunisasi Fasilitas & Infrastruktur Subsidi Pangan & BBM Dana Alokasi Umum
PEMILIHAN UMUM
Pelayanan kesehatan
DANA DESA
PAJAK
Keberlangsungan anggaran
terjamin apabila kepatuhan
dan penerimaan pajak tinggi
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA, PERMENDAGRI NO 113/2014
1. APBDes PELAKSANAAN
2. RKP Desa
3. Peraturan ttg
APBDes
1. Rencana Anggaran
Biaya (RAB) PENATAUSAHAAN
2. Surat Permintaan
Pembayaran (SPP)
3. Bendahara Desa
sbg Wajib pungut 1. Buku Kas Umum
PPh dan pajak 2. Buku Kas PELAPORAN
lainnya, wajib Pembantu Pajak
setor ke kas 3. Buku Bank 1. Lap.semester PERTANGGUNG
negara.
pertama JAWABAN
2. Lap.semester
akhir taun
1. LPJ Realisasi
Pelaksanaan
APBDes
3 KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA
TERMASUK
Natura/Kenikmatan dari :
Dikurangi Rp 300.000
LAPISAN PENGHASILAN
TARIF
KENA PAJAK
SAMPAI DENGAN
5%
Rp 50 JUTA
DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN 15%
Rp 250 JUTA
DIATAS Rp 250 JUTA
SAMPAI DENGAN 25%
Rp 500 JUTA
Pasal 21
PPh Pasal 22
1. Pasal 22 Undang-Undang Pajak Penghasilan
18
2,5% (dengan API),
7,5% (tanpa API), dan
Nilai Impor
dengan API utk barang tertentu
PPh Pasal 22 Impor 0,5%(kedelai, gandum, terigu dengan API)
PPh Pasal 22
ATPM, APM, dan importir umum 0,45%
PPh Pasal 22
Saat Pembelian
Pedagang Pengumpul
20
Pembayaran dan Bukti Pungut:
PPh Pasal 22 Impor - Penyetor: WP setor sendiri
- SSP a.n. Wajib Pajak (yg. Dipungut)
- SSP sekaligus sbg. Bukti Pungut
22
PPh Pasal 22 Barang Mewah
(PMK 184/PMK.03/2007 std PMK 80/PMK.03/2010)
paling lama pada hari kerja terakhir minggu
PPh Pasal 22 Impor berikutnya
(untuk DJBC sebagai pemungut)
23
PPh Pasal 22 Barang Mewah
pembelian barang atas penggunaan dana BOS
24
PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Tarif Tarif
15% 15%
Hadiah/
Dipotong
Imbalan
Penghargaan
Selain PPh 21
PPh Modal
Pasal 23
Sewa
Selain
Tarif Tanah/ Jasa Tarif
Bangunan
2% 2%
Saat Lapor
1. Menyampaikan SPT
Saat Setor
Masa PPh Pasal 23
Saat Transaksi
1. Pemungut Pajak 2. Dilampiri Daftar Bukti
1. Pemungut Pajak menjumlahkan Pemotongan, Bukti
membuat bukti pemotongan PPh Pemotongan, dan SSP
potong untuk Pasal 23 selama 1 3. Paling lambat tanggal
rekanan (sbg kredit bulan 20
pajak bagi rekanan) 2. Membuat SSP atas
2. Pemungut Pajak nilai tersebut.
mencatat nilai 3. SSP atas nama
transaksi dan Pemungut Pajak
pemotongan PPh 4. Paling lambat disetor
Pasal 23 tanggal 10
Contoh Kasus PPh Pasal 23
3
1 2
Bend. Desa C menyewa
Bend. Desa B
Bend. Desa A memakai jasa tenda dari pengusaha yang
menggunakan jasa
service kendaraan (bengkel yang tidak memiliki NPWP
catering untuk kegiatan
memiliki NPWP) untuk Rapat Koordinasi dengan sebesar Rp 800.000,-, PPh
menservice kendaraan dinasnya. biaya Rp 2.000.000,- Pasal 23 yang terutang
Besarnya biaya namun pengusaha jasa adalah :
yang dikeluarkan Rp1.000.000,00 catering tidak memiliki
(harga tersebut sudah termasuk NPWP.
pembelian suku cadangnya,
namun tagihan tidak dipisah-
pisahkan) .
Saat Lapor
1. Menyampaikan SPT
Saat Setor
Masa PPh Pasal 4(2)
Saat Transaksi
1. Pemungut Pajak 2. Dilampiri Daftar Bukti
1. Pemungut Pajak menyetorkan SSP atas Pemotongan, Bukti
melakukan transaksi PPh Final Pemotongan, dan SSP
pemotongan PPh 2. SSP Atas nama 3. Paling lambat tanggal
Final saat Pemungut Pajak 20
pembayaran 3. Paling Lambat tanggal
2. Pemungut Pajak 10
membuat bukti
potong untuk Khusus untuk Pengalihan
rekanan Tanah/Bangunan
menggunakan Laporan
Tersendiri
Contoh Kasus PPh Final
PPh Final
DI DALAM
DAERAH PABEAN
SIFAT/HUKUMNYA
BARANG
BERGERAK YANG DIKENAKAN
PPN
BARANG
TIDAK BERGERAK
37
SETIAP KEGIATAN PELAYANAN
BERDASARKAN
SUATU PERIKATAN/PERBUATAN HUKUM
YANG MENYEBABKAN
BARANG/FASILITAS/KEMUDAHAN/HAK,
TERSEDIA UTK DIPAKAI
termasuk
DIKENAKAN PPN
ORANG PRIBADI/BADAN
DALAM LINGKUNGAN
PERUSAHAAN ATAU PEKERJAANNYA
- MENGHASILKAN BARANG;
- MENGIMPOR BARANG;
- MENGEKSPOR BARANG;
- MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN;
- MEMANFAATKAN BRG TIDSK BERWUJUD DARI LUAR DAERAH PABEAN;
- MELAKUKAN USAHA JASA; ATAU
- MEMANFAATKAN JASA DARI LUAR DAERAH PABEAN YANG
MELAKUKAN PENYERAHAN BKP DAN/ATAU JKP YG DIKENAKAN PPN.
PEREDARAN BRUTO
TDK LEBIH DARI
Rp 4.8 M SETAHUN
Catatan :
Apabila sampai dengan suatu Masa Pajak dalam satu tahun buku
peredaran bruto lebih dari Rp 4.800.000.000,00 maka pengusaha ini
memenuhi syarat sebagai PKP sehingga wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP selambat-lambatnya pada akhir bulan
berikutnya.
HARGA JUAL
HARGA
PENGGANTI SEBAGAI
DASAR
NILAI IMPOR PENGHITUNGAN
PPN YANG
TERUTANG
NILAI EKSPOR
NILAI LAIN
YANG DITETAPKAN
MENTERI KEUANGAN
41
PENYERAHAN
BKP YANG BERDASARKAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
TERGOLONG SEBAGAI BARANG MEWAH
OLEH
PABRIKAN
42
BARANG HASIL PERTAMBANGAN ATAU HASIL PENGEBORAN YANG DIAMBIL
LANGSUNG DARI SUMBERNYA, YAITU :
MINYAK MENTAH (CRUDE OIL), GAS BUMI, PANAS BUMI, PASIR DAN KERIKIL,
BATUBARA SEBELUM DIPROSES MENJADI BRIKET BATUBARA DAN BIJIH BESI, BIJIH
TIMAH, BIJIH EMAS, BIJIH TEMBAGA, BIJIH NIKEL, DAN BIJIH PERAK SERTA BIJIH
BAUKSIT
SERENDAH-
5% RENDAHNYA 10%
SETINGGI-
15% 200%
TINGINYA
Pajak Pertambahan Nilai
SEMUA BARANG
adalah Semua Jasa
BARANG KENA PAJAK
Penyerahan adalah
Kecuali Barang/Jasa Jasa Kena Pajak
Barang Tidak Kena PPN Di Daerah
1. Barang Tambang Pabean
2. Barang Kebutuhan Kecuali
Pokok Kecuali :
3. Makanan&Minuman di Negative List JasaTidak Kena PPN
Hotel/Restoran
4. Uang, Emas batangan, (Pasal 4A UU 42/2009)
dan surat berharga-
PPnBM
PAJAK YG DIKENAKAN ATAS KONSUMSI BARANG
YG BERDSRKAN KMK TERGOLONG BRG MEWAH
Mekanisme Pemotongan, Penyetoran,
dan Pelaporan PPN
Saat Lapor
1. Pemungut Pajak
Saat Setor
menyampaikan SPT
Saat Transaksi
1. SSP Disetor oleh Masa PPN 1107 PUT
1. Rekanan membuat Pemungut Pajak 2. Paling Lambat akhir
faktur pajak 2. Paling Lambat tanggal bulan berikutnya
2. Rekanan membuat 7 Bulan Berikutnya 3. Walaupun tidak ada
SSP atas nama pemungutan, tetap
rekanan yang wajib melapor tiap
ditandatangani bulan
Pemungut Pajak 4. Melampirkan SSP dan
Faktur Pajak
Contoh Kasus PPN
PPN PPN
Kemungkinan
Dipungut
PPh PPh Final
Psl. 22
PPN Konstruksi
10 %
PPh PPh
Psl. 23 Final
Contoh Kasus Pembelian Barang
Barang
Beli Motor
Rp. 11 jt
(Termasuk PPN)
Jasa
Jasa
Contoh Kasus :
DPP = Rp 227.272.727,-
- Pasal 3
1) Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan
mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan.
2) Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), mempunyai kewenangan:
a) menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa;
b) menetapkan PTPKD;
c) menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa;
d) menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa; dan
e) melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa.
3) Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa, dibantu oleh PTPKD.
- Pasal 4
1) PTPKDsebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) berasal dari unsur Perangkat
Desa,terdiri dari:
a) Sekretaris Desa;
b) Kepala Seksi; dan
c) Bendahara.
2) PTPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
- Pasal 31
- Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.