You are on page 1of 60

” Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat


memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.
(UU KUP Pasal 1 ayat (1))”
PEMBANGUNAN
NEGARA
PENERIMAAN NEGARA

NON PAJAK
NON PAJAK

PAJAK

PERAN SERTA MASYARAKAT


DJP YANG DAPAT DIPERCAYA (TRUST)

DUKUNGAN DARI INSTANSI LAIN


Peran Pajak dalam Pembangunan

Posyandu, Imunisasi Fasilitas & Infrastruktur Subsidi Pangan & BBM Dana Alokasi Umum

PEMILIHAN UMUM
Pelayanan kesehatan

Pertahanan & Keamanan


Penegakan Hukum

Penanggulan Transportasi masal


Pendidikan Kelestarian LH Kelestarian
Bencana Budaya
APBN

DANA DESA

PAJAK

Keberlangsungan anggaran
terjamin apabila kepatuhan
dan penerimaan pajak tinggi
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA, PERMENDAGRI NO 113/2014

PERMENDAGRI NO. 113 TAHUN


PERENCANAAN
2014, BAB V, PASAL 20 S.D. PASAL 43

1. APBDes PELAKSANAAN
2. RKP Desa
3. Peraturan ttg
APBDes
1. Rencana Anggaran
Biaya (RAB) PENATAUSAHAAN
2. Surat Permintaan
Pembayaran (SPP)
3. Bendahara Desa
sbg Wajib pungut 1. Buku Kas Umum
PPh dan pajak 2. Buku Kas PELAPORAN
lainnya, wajib Pembantu Pajak
setor ke kas 3. Buku Bank 1. Lap.semester PERTANGGUNG
negara.
pertama JAWABAN
2. Lap.semester
akhir taun
1. LPJ Realisasi
Pelaksanaan
APBDes
3 KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA

• Mendaftarkan Diri – Surat Penunjukan Sebagai


1 Bendahara

• Menghitung dan atau Memotong/Memungut Pajak


2 Yang harus Dibayar

• Menyetorkan Pajak yang telah dihitung dan


3 dipungut/dipotong ke Kas Negara

• Melaporkan Penghitungan &


4 Pemungutan/Pemotongan ke Kantor Pelayanan Pajak
Kewajiban Penyetoran dan Pelaporan Pajak

Uraian Tanggal Penyetoran Tanggal Pelaporan


PPh Pasal 21 Paling Lama Tanggal 10 Bulan Berikutnya Paling Lama 20 Hari Setelah Masa Pajak
Setelah Masa Pajak Berakhir Berakhir
PPh Pasal 22 Disetor Pada Hari Yang Sama Dengan Paling Lama 14 Hari Setelah Masa Pajak
Pelaksanaan Pembayaran Berakhir
PPh Pasal 23 Paling Lama Tanggal 10 Bulan Berikutnya Paling Lama 20 Hari Setelah Masa Pajak
Setelah Masa Pajak Berakhir Berakhir
PPh Pasal 4 (2) Paling Lama Tanggal 10 Bulan Berikutnya Paling Lama 20 Hari Setelah Masa Pajak
Setelah Masa Pajak Berakhir Berakhir
PPN a. Untuk Bendahara Pengeluaran Sebagai a. Paling Lama Akhir Bulan Berikutnya
Pemungut PPN, Paling Lama Tanggal Setelah Masa Pajak Berakhir;
7 (Tujuh) Bulan Berikutnya Setelah Masa
Pajak Berakhir;
a. Untuk Pejabat Penandatangan Surat b. Paling Lama Akhir Bulan Berikutnya
Perintah Membayar (SPM) Sebagai Setelah Masa Pajak Berakhir
Pemungut PPN, Harus Disetor Pada Hari Yang
Sama Dengan Pelaksanaan
Pembayaran Kepada Pengusaha Kena
Pajak Rekanan Pemerintah.
DTH dan RTH --------- a. DTH : Paling Lama Tanggal 10
Setelah Bulan Yang Bersangkutan
Berakhir

b. RTH : Paling Lama Tanggal 20 Setelah


Bulan Yang Bersangkutan Berakhir
• memastikan kewajiban perpajakan bendahara desa dijalankan
dengan benar (Permendagri No.113 Tahun 2014, Pasal 31)
• mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran termasuk dokumen
perpajakan
• bertanggungjawab terhadap tata kelola keuangan desa termasuk
terhadap kewajiban perpajakan bendahara desa
PPh Pasal 21
Pengertian PPh Pasal 21/26
Pajak Penghasilan
Sehubungan Dengan

• Pekerjaan atau jabatan


• Jasa dan
• Kegiatan Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang Pribadi

Atas Penghasilan Berupa:


Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain
dengan nama/bentuk apapun
Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

• Penghasilan Pegawai Tetap baik teratur maupun tidak teratur


• Penghasilan Penerima Pensiun secara teratur
• Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
sehubungan pensiun yang diterima sekaligus
• Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang
dibayarkan secara bulanan
• Imbalan kepada bukan pegawai
• Imbalan kepada peserta kegiatan

TERMASUK
Natura/Kenikmatan dari :

• Bukan Wajib Pajak


• Wajib Pajak PPh Final
• Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
Pasal 5
Upah harian atau rata-rata upah harian

Tidak lebih dari Rp 300.000 Lebih dari Rp 300.000

Dikurangi Rp 300.000

Tidak dipotong PPh Pasal 21 Dipotong PPh tarif 5%

Pada saat melebihi Rp 3.000.000 dalam satu bulan

Dipotong tarif Pasal 17 UU PPh


Dikurangi PTKP sebenarnya
dari jumlah bruto
WP Tidak Kawin Kode Jumlah
Untuk WP 36.000.000 0 Tanggungan TK/0 36.000.000
1 Tanggungan TK/1 39.000.000
Status menikah 3.000.000
(istri tidak bekerja) 2 Tanggungan TK/2 42.000.000
3 Tanggungan TK/3 45.000.000
Istri bekerja
36.000.000 WP Kawin Kode Jumlah

Untuk tanggungan 0 Tanggungan K/0 39.000.000


(maksimal 3 orang)
3.000.000 1 Tanggungan K/1 42.000.000
2 Tanggungan K/2 45.000.000
Pasal 7 UU PPh 3 Tanggungan K/3 48.000.000

WP Kawin + Penghasilan Istri Digabung Kode Jumlah


0 Tanggungan K/I/0 72.000.000
1 Tanggungan K/I/1 75.000.000
2 Tanggungan K/I/2 78.000.000
3 Tanggungan K/I/3 81.000.000
TARIF PPh
Ps. 17 ayat (1) huruf a UU PPh

LAPISAN PENGHASILAN
TARIF
KENA PAJAK

SAMPAI DENGAN
5%
Rp 50 JUTA

DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN 15%
Rp 250 JUTA
DIATAS Rp 250 JUTA
SAMPAI DENGAN 25%
Rp 500 JUTA

DI ATAS Rp 500 JUTA 30%


Saat Terutang
PPh Pasal 21/26

Bagi Penerima Bagi Pemotong PPh Pasal


Penghasilan 21/26

SAAT DILAKUKAN UNTUK SETIAP MASA PAJAK


PEMBAYARAN ATAU SAAT
TERUTANGNYA PENGHASILAN

AKHIR BULAN DILAKUKANNYA


PEMBAYARAN
ATAU
AKHIR BULAN TERUTANGNYA
PENGHASILAN

Pasal 21
PPh Pasal 22
1. Pasal 22 Undang-Undang Pajak Penghasilan

2. PMK Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan PPh Pasal 22


Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di
Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain s.t.d.t.d. PMK Nomor
107/PMK.011/2015.

3. PMK Nomor 253/PMK.03/2008 tentang Wajib Pajak Badan Tertentu


sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli atas Penjualan Barang
yang Tergolong Sangat Mewah.

4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010 tentang


Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di
Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain s.t.d.t.d. Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2013

18
2,5% (dengan API),
7,5% (tanpa API), dan
Nilai Impor
dengan API utk barang tertentu
PPh Pasal 22 Impor 0,5%(kedelai, gandum, terigu dengan API)

7,5% (yang tidak dikuasai) Harga Jual Lelang


PPh Pasal 22 Bendaharawan
Bendahara Pemerintah,
Kuasa Pengguna Anggaran, 1,5%
Pejabat Penerbit SPM,
Bendahara Pengeluaran, BUMN tertentu Harga Beli

PPh Pasal 22 0,25%


Pedagang Pengumpul
-0,25% BBM SPBU Pertamina
-0,3% BBM SPBU Non Pertamina
PPh Pasal 22 Migas -0,3% BBG Penjualan
-0,3% Pelumas

PPh Pasal 22
ATPM, APM, dan importir umum 0,45%

- 0,25% Semen DPP PPN


- 0,1% Kertas
PPh Pasal 22 Industri - 0,3% Baja
-0,3% Obat
- 0,45% Otomotif

PPh Pasal 22 Barang Mewah 5% Harga Jual


Saat Pembayaran Bea Masuk/
PPh Pasal 22 Impor
Saat Penyelesaian Dokumen PIB

PPh Pasal 22 Pembelian barang


Saat Pembayaran
dan/atau bahan

PPh Pasal 22 Industri Saat Penjualan

PPh Pasal 22 Migas Saat Penerbitan delivery order

PPh Pasal 22
Saat Pembelian
Pedagang Pengumpul

PPh Pasal 22 Barang Mewah Saat Penjualan

20
Pembayaran dan Bukti Pungut:
PPh Pasal 22 Impor - Penyetor: WP setor sendiri
- SSP a.n. Wajib Pajak (yg. Dipungut)
- SSP sekaligus sbg. Bukti Pungut

Pembayaran dan Bukti Pungut:


PPh Pasal 22 Bendaharawan - Penyetor: Pemungut Pajak
- SSP a.n. Wajib Pajak (yg. Dipungut)
- SSP sekaligus sbg. Bukti Pungut

PPh Pasal 22 Migas


Pembayaran dan Bukti Pungut:
PPh Pasal 22 - Penyetor: Pemungut Pajak
Pedagang Pengumpul - SSP Kolektif a.n. Pemungut
- Bukti Pungut a.n. Wajib Pajak
PPh Pasal 22 Barang Mewah
- Bukti Pungut tiga lembar:
PPh Pasal 22 BUMN tertentu 1-pembeli/penjual (Pengumpul)
2-KPP
PPh Pasal 22 Industri 3-pemungut
21
(PMK 184/PMK.03/2007 std PMK 242/PMK.03/2014)

Sehari setelah pemungutan dilakukan


PPh Pasal 22 Impor (untuk DJBC sebagai Pemungut)

7 (tujuh) hari setelah pelaksanaan pembayaran


atau penyerahan barang
PPh Pasal 22 Bendaharawan

PPh Pasal 22 Industri

PPh Pasal 22 Migas


PPh Pasal 22 Tanggal 10 bulan takwim berikutnya
Pedagang Pengumpul
PPh Pasal 22 BUMN tertentu

22
PPh Pasal 22 Barang Mewah
(PMK 184/PMK.03/2007 std PMK 80/PMK.03/2010)
paling lama pada hari kerja terakhir minggu
PPh Pasal 22 Impor berikutnya
(untuk DJBC sebagai pemungut)

PPh Pasal 22 Bendaharawan 14 hari setelah Masa Pajak berakhir

PPh Pasal 22 Industri

PPh Pasal 22 Migas


PPh Pasal 22 20 hari setelah Masa Pajak berakhir
Pedagang Pengumpul
PPh Pasal 22 BUMN tertentu

23
PPh Pasal 22 Barang Mewah
pembelian barang atas penggunaan dana BOS

pembayaran atas pembelian BBM, BBG, pelumas, benda pos, pemakaian


air dan listrik, serta pembayaran atas pembelian barang:

paling banyak paling banyak


Rp2.000.000,00 oleh Rp10.000.000,00 oleh
bendahara pemerintah BUMN tertentu

24
PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Tarif Tarif
15% 15%

Hadiah/
Dipotong
Imbalan
Penghargaan
Selain PPh 21
PPh Modal
Pasal 23

Sewa
Selain
Tarif Tanah/ Jasa Tarif
Bangunan
2% 2%

JIKA REKANAN TDK MEMILIKI NPWP MAKA


TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI
Jasa Objek PPh Pasal 23

JENIS PENGHASILAN YANG TERKENA Tarif PPh


OBJEK PPH PASAL 23 Psl 23

1. Jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa


konsultan,
2. Jasa Lainnya : Jasa penilai, jasa aktuaris, jasa
akuntansi, jasa perancang, jasa pengeboran
migas, jasa penunjang di bidang
penerbangan, jasa penebangan hutan, jasa 2%
pengolahan limbah, jasa penyedia tenaga
kerja, jasa perantara, jasa instalasi, jasa
pemeliharaan, jasa maklon, jasa penyelidikan
dan keamanan, jasa penyelenggaraan
kegiatan, jasa pengepakan, jasa media masa,
jasa pembasmian hama, jasa kebersihan, jasa
catering
Mekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23

Saat Lapor
1. Menyampaikan SPT
Saat Setor
Masa PPh Pasal 23
Saat Transaksi
1. Pemungut Pajak 2. Dilampiri Daftar Bukti
1. Pemungut Pajak menjumlahkan Pemotongan, Bukti
membuat bukti pemotongan PPh Pemotongan, dan SSP
potong untuk Pasal 23 selama 1 3. Paling lambat tanggal
rekanan (sbg kredit bulan 20
pajak bagi rekanan) 2. Membuat SSP atas
2. Pemungut Pajak nilai tersebut.
mencatat nilai 3. SSP atas nama
transaksi dan Pemungut Pajak
pemotongan PPh 4. Paling lambat disetor
Pasal 23 tanggal 10
Contoh Kasus PPh Pasal 23

3
1 2
Bend. Desa C menyewa
Bend. Desa B
Bend. Desa A memakai jasa tenda dari pengusaha yang
menggunakan jasa
service kendaraan (bengkel yang tidak memiliki NPWP
catering untuk kegiatan
memiliki NPWP) untuk Rapat Koordinasi dengan sebesar Rp 800.000,-, PPh
menservice kendaraan dinasnya. biaya Rp 2.000.000,- Pasal 23 yang terutang
Besarnya biaya namun pengusaha jasa adalah :
yang dikeluarkan Rp1.000.000,00 catering tidak memiliki
(harga tersebut sudah termasuk NPWP.
pembelian suku cadangnya,
namun tagihan tidak dipisah-
pisahkan) .

PPh Psl 23 PPh Psl 23


2.000.000× 2% x 2 800.000× 2% x 2
Rp 80.000,00 Rp 32.000,00
PPh Psl 23
Rp1.000.000,00 × 2% =
Rp20.000,00
PPh Final
Objek Pemotongan PPh Final

Sewa Tanah/Bangunan Konstruksi


Objek
Perencanaan, Pengawasan,
Tarif 10 % PPh FInal dan Pelaksanaan

Kecuali di Hotel/Restoran Tarif berdasar kualifikasi

TERMASUK : Pekerjaan Kecil Besar


BIAYA PERAWATAN;
BIAYA PEMELIHARAAN; Pelaksanaan 2% 3%
BIAYA KEAMANAN; Pengawasan 4% 4%
BIAYA FASILITAS Pengalihan
LAINNYA DAN SERVICE Perencanaan 4% 4%
Tanah/Bangunan
CHARGE BAIK YG
PERJANJIANNYA Non Kualifikasi
DIBUAT SECARA Tarif 5 % Pelaksanaan 4%
TERPISAH/DISATUKAN
Pengawasan 6%
Perencanaan 6%
Mekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal Final

Saat Lapor
1. Menyampaikan SPT
Saat Setor
Masa PPh Pasal 4(2)
Saat Transaksi
1. Pemungut Pajak 2. Dilampiri Daftar Bukti
1. Pemungut Pajak menyetorkan SSP atas Pemotongan, Bukti
melakukan transaksi PPh Final Pemotongan, dan SSP
pemotongan PPh 2. SSP Atas nama 3. Paling lambat tanggal
Final saat Pemungut Pajak 20
pembayaran 3. Paling Lambat tanggal
2. Pemungut Pajak 10
membuat bukti
potong untuk Khusus untuk Pengalihan
rekanan Tanah/Bangunan
menggunakan Laporan
Tersendiri
Contoh Kasus PPh Final

PPh Final

Bend. Desa A PPh final yang harus


menyelenggarakan dipungut dan disetor oleh
seminar tentang
PT. ABC atas pembayaran
perumahan dan harus Contoh tersebut : Rp 3.000.000,-
menyewa sebuah ruang
pertemuan milik orang
x 10% = Rp 300.000,-
Kasus
pribadi dengan harga Rp
3.000.000.

Kasus Sewa Tanah/Bangunan Jawaban


PPN
PAJAK PAJAK PENJUALAN
PERTAMBAHAN ATAS BARANG MEWAH
NILAI (PPN) (PPn BM)

PAJAK YANG DIKENAKAN


PAJAK YANG DIKENAKAN
ATAS KONSUMSI BARANG
ATAS KONSUMSI
YG BERDSRKAN KMK
BARANG DAN JASA
TERGOLONG BRG MEWAH

DI DALAM

DAERAH PABEAN

WILAYAH RI YANG DI DALAMNYA


BERLAKU PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN PABEAN
36
BARANG BARANG
BERWUJUD TIDAK BERWUJUD

SIFAT/HUKUMNYA

BARANG
BERGERAK YANG DIKENAKAN
PPN
BARANG
TIDAK BERGERAK

37
SETIAP KEGIATAN PELAYANAN
BERDASARKAN
SUATU PERIKATAN/PERBUATAN HUKUM

YANG MENYEBABKAN
BARANG/FASILITAS/KEMUDAHAN/HAK,
TERSEDIA UTK DIPAKAI
termasuk

JASA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN


BARANG KARENA PESANAN/PERMINTAAN
DGN BAHAN DAN ATAS PETUNJUK DARI PEMESAN

DIKENAKAN PPN
ORANG PRIBADI/BADAN

DALAM LINGKUNGAN
PERUSAHAAN ATAU PEKERJAANNYA
- MENGHASILKAN BARANG;
- MENGIMPOR BARANG;
- MENGEKSPOR BARANG;
- MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN;
- MEMANFAATKAN BRG TIDSK BERWUJUD DARI LUAR DAERAH PABEAN;
- MELAKUKAN USAHA JASA; ATAU
- MEMANFAATKAN JASA DARI LUAR DAERAH PABEAN YANG
MELAKUKAN PENYERAHAN BKP DAN/ATAU JKP YG DIKENAKAN PPN.

TIDAK TERMASUK PENGUSAHA KECIL YG MEMILIH


kecuali
PENGUSAHA KECIL UTK DIKUKUHKAN MENJADI PKP.
39
PMK No. 197/PMK.03/2013
TGL. 20 Desember 2013 Berlaku Mulai 1 Januari 2014

PENGUSAHA YG DLM LINGKUNGAN


PERUSAHAAN/PEKERJAANNYA MELAKUKAN

PENYERAHAN BKP DAN ATAU JKP

PEREDARAN BRUTO
TDK LEBIH DARI
Rp 4.8 M SETAHUN

Catatan :
Apabila sampai dengan suatu Masa Pajak dalam satu tahun buku
peredaran bruto lebih dari Rp 4.800.000.000,00 maka pengusaha ini
memenuhi syarat sebagai PKP sehingga wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP selambat-lambatnya pada akhir bulan
berikutnya.
HARGA JUAL

HARGA
PENGGANTI SEBAGAI
DASAR
NILAI IMPOR PENGHITUNGAN
PPN YANG
TERUTANG
NILAI EKSPOR

NILAI LAIN
YANG DITETAPKAN
MENTERI KEUANGAN
41
PENYERAHAN
BKP YANG BERDASARKAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
TERGOLONG SEBAGAI BARANG MEWAH

OLEH

PABRIKAN

42
BARANG HASIL PERTAMBANGAN ATAU HASIL PENGEBORAN YANG DIAMBIL
LANGSUNG DARI SUMBERNYA, YAITU :
MINYAK MENTAH (CRUDE OIL), GAS BUMI, PANAS BUMI, PASIR DAN KERIKIL,
BATUBARA SEBELUM DIPROSES MENJADI BRIKET BATUBARA DAN BIJIH BESI, BIJIH
TIMAH, BIJIH EMAS, BIJIH TEMBAGA, BIJIH NIKEL, DAN BIJIH PERAK SERTA BIJIH
BAUKSIT

BARANG-BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG SANGAT DIBUTUHKAN OLEH RAKYAT


BANYAK, YAITU :
BERAS, GABAH, JAGUNG, SAGU, KEDELAI, DAN GARAM BAIK YANG BERYODIUM
MAUPUN YANG TIDAK BERYODIUM, DAGING, TELUR SUSU, BUAH

MAKANAN DAN MINUMAN YANG DISAJIKAN DI HOTEL, RESTORAN, RUMAH


MAKAN, WARUNG, DAN SEJENISNYA, TERMASUK MAKANAN DAN MINUMAN
YANG DISERAHKAN OLEH JASA BOGA ATAU CATERING

UANG, EMAS BATANGAN, DAN SURAT-SURAT BERHARGA


Jenis – Jenis Jasa :
a. Jasa bidang pelayanan kesehatan medik;
b. Jasa bidang pelayanan sosial;
c. Jasa pengiriman surat dengan perangko;
d. Jasa keuangan;
e. Jasa asuransi
f. Jasa keagamaan;
g. Jasa pendidikan;
h. Jasa kesenian & hiburan;
i. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
j. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan darat dalam negeri yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;
k. Jasa tenaga kerja;
l. Jasa perhotelan;
m. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum.
n. Jasa penyediaan tempat parkir;
o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
q. Jasa boga atau katering.
Dasar Pengenaan Pajak ( DPP )
( Pasal 1 Angka 17 )

HARGA JUAL/PENGGANTIAN SEBAGAI


DASAR
NILAI LAIN YANG PENGHITUNGAN
DITETAPKAN MENKEU PPN YANG
(KMK No 251/KMK.03/2002 ) TERUTANG

DLM HAL HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN SUKAR DITETAPKAN, MENTERI


KEUANGAN DAPAT MENENTUKAN NILAI LAIN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK

1. UNTUK PENYERAHAN JASA BIRO PERJALANAN /


PARIWISATA ADALAH 10% X JUMLAH TAGIHAN
ATAU JUMLAH YANG SEHARUSNYA DITAGIH
2. UNTUK JASA PENGIRIMAN PAKET ADALAH 10% X
JUMLAH TAGIHAN
PPN EKSPOR PPn BM

10 % PPN 0 % 10, 20 30, 40 50, 200

SERENDAH-
5% RENDAHNYA 10%

SETINGGI-
15% 200%
TINGINYA
Pajak Pertambahan Nilai

PPN (Tarif 10%)

SEMUA BARANG
adalah Semua Jasa
BARANG KENA PAJAK
Penyerahan adalah
Kecuali Barang/Jasa Jasa Kena Pajak
Barang Tidak Kena PPN Di Daerah
1. Barang Tambang Pabean
2. Barang Kebutuhan Kecuali
Pokok Kecuali :
3. Makanan&Minuman di Negative List JasaTidak Kena PPN
Hotel/Restoran
4. Uang, Emas batangan, (Pasal 4A UU 42/2009)
dan surat berharga-

PPnBM
PAJAK YG DIKENAKAN ATAS KONSUMSI BARANG
YG BERDSRKAN KMK TERGOLONG BRG MEWAH
Mekanisme Pemotongan, Penyetoran,
dan Pelaporan PPN

Saat Lapor
1. Pemungut Pajak
Saat Setor
menyampaikan SPT
Saat Transaksi
1. SSP Disetor oleh Masa PPN 1107 PUT
1. Rekanan membuat Pemungut Pajak 2. Paling Lambat akhir
faktur pajak 2. Paling Lambat tanggal bulan berikutnya
2. Rekanan membuat 7 Bulan Berikutnya 3. Walaupun tidak ada
SSP atas nama pemungutan, tetap
rekanan yang wajib melapor tiap
ditandatangani bulan
Pemungut Pajak 4. Melampirkan SSP dan
Faktur Pajak
Contoh Kasus PPN

PPN PPN

Jumlah PPN yang dipungut Pembayaran yang jumlahnya paling


adalah 10/110 bagian dari banyak Rp 1.000.000 dan tidak
jumlah pembayaran. merupakan pembayaran yang terpecah-
pecah.
Jumlah pembayaran Rp 1.100.000,- Harga Jual = Rp 950.000
PPN yang harus dipungut: PPN: 10% x Rp 950.000 = Rp 95.000
10/110 x Rp 1.100.000,- = Harga Jual + PPN = Rp 1.045.000
Rp. 100.000,- - Meskipun harga jual Rp 950.000 tetapi karena
pembayaran termasuk PPN
Jumlah yang dibayarkan kepada berjumlah Rp 1.045.000 (di atas Rp 1.000.000),
rekanan Pemerintah Rp 1.000.000,- maka PPN yang terutang harus dipungut oleh
Pemungut Pajak.
Pemungutan PPN
Atas transaksi yang terkena PPh Pasal 22, PPh Psl 23, PPh Final = dikenakan PPN

Kemungkinan

Dipungut
PPh PPh Final
Psl. 22
PPN Konstruksi
10 %

PPh PPh
Psl. 23 Final
Contoh Kasus Pembelian Barang

Barang

Beli Motor
Rp. 11 jt
(Termasuk PPN)

PPh Pasal 22 PPN

1,5% x 100/110 x harga barang 10 % x 100/110 x harga barang

1,5% x 100/110 x 11 jt = 10% x 100/110 x 11 jt =

Rp. 150.000,- Rp. 1.000.000,-


Contoh Kasus Penyerahan Jasa

Jasa

PPh Pasal 23 PPN


2% Tidak dipungut
x Servis Motor karena imbalan
(100/110) masih dibawah
x 1 juta
220rb
Rp. 220 rb
= Rekanan yang
(Termasuk PPN)
memungut PPN
Rp. 6.000,- atas transaksi ini

Jasa
Contoh Kasus :

Dana Bantuan sebesar Rp 250.000.000

Bagaimana cara menghitungan kewajiban perpajakan atas dana tersebut ?

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) = Rp 250.000.000 x 100/110

DPP = Rp 227.272.727,-

PPN = DPP x 10% = Rp 22.727.273

PPh Pasal 22 = DPP x 1,5% = Rp 3.409.091


UU No.6 Tahun 2014
• Pasal 75
1) Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Desa.
2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Keuangan Desa diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

PP No.43 Tahun 2014 ttg Peraturan Pelaksanaan UU Desa


• Pasal 93
1) Pengelolaan keuangan Desa meliputi:
a. perencanaan;
b. pelaksanaan;
c. penatausahaan;
d. pelaporan; dan
e. pertanggungjawaban.
2) Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3) Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa.
Permendagri No.113 Tahun 2014 ttg Pengelolaan Keuangan Desa

- Pasal 3
1) Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan
mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan.
2) Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), mempunyai kewenangan:
a) menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa;
b) menetapkan PTPKD;
c) menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa;
d) menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa; dan
e) melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa.
3) Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa, dibantu oleh PTPKD.
- Pasal 4
1) PTPKDsebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) berasal dari unsur Perangkat
Desa,terdiri dari:
a) Sekretaris Desa;
b) Kepala Seksi; dan
c) Bendahara.
2) PTPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
- Pasal 31
- Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

You might also like