You are on page 1of 22

‫كتاب النكاح‬

Pekan ke - Tema
8 Nikah (Pengertian, Jenis, Hukum, Hikmah )
9 Akad Jual Beli ( Pengertian , Jenis, Hukum , Hikmah )
10 Riba ( Pengertian , Jenis , Hukum , Hikmah )
11 Akad Salam ( Pengertian , Dalil, Jenis, Hukum , Hikmah )
12 Akad Rahn ( Pengertian ,Dalil, Jenis , Hukum, Hikmah )
13 Syirkah ( Pengertian , Dalil, Jenis , Hukum , Hikmah )
‫تعريف النكاح‬
‫النكاح لغة‪ :‬الضم والجمع‪.‬‬
‫والنكاح شرعا‪ :‬عقد يتضمن إباحة استمتاع كل من الزوجين باآلخر على الوجه المشروع‬
‫دليله من السنة‬
‫قوله ‪ -‬صلى هللا عليه وسلم ‪" :-‬يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج‪ ،‬فإنه أغض للبصر‬
‫وأحصن للفرج‪ ،‬ومن ثم يستطع فعليه بالصوم‪ ،‬فإنه له وجا ٌء «‬
‫الباءة‪ :‬القدرة على الجماع بتوفر القدرة على مؤن الزواج‪.‬‬
‫وجاء‪ :‬قاطع لشهوة الجماع‬

‫ّ‬
‫والحث عليه‪ ،‬رقم‪ )1080 :‬عن أبي أيوب ‪-‬‬ ‫وروى الترمذي (كتاب النكاح‪ ،‬باب‪ :‬ما جاء في فضل التزويج‬
‫رضي هللا عنه ‪ -‬قال‪ :‬قال رسول هللا ‪ -‬صلى هللا عليه وسلم ‪ " :-‬أربع من سنن المرسلين‪ :‬الحياء‪،‬‬
‫والتَّعَطر‪ ،‬وال ِّ ّ‬
‫سواك‪ ،‬والنكاح «‬

‫قال رسول هللا ‪ -‬صلى هللا عليه وسلم ‪ " :-‬الدنيا متاع وخير متاع الدنيا المرأة الصالحة " رواه مسلم‬
‫روى الترمذي (النكاح‪ ،‬باب‪ :‬ما جاء في النهي عن التبتّل‪ ،‬رقم‪ )1082 :‬عن سمرة ‪ -‬رضي هللا عنه ‪( :-‬أن‬
‫النبي ‪ -‬صلى هللا عليه وسلم ‪ -‬نهى عن التبتّل‬
‫دليله من القانون‬
1. UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ( pasal 1 ).
2. Kompilasi Hukum Islam ( KHI ),pasal 2
‫اركان النكاح‬
‫ويفتقر الولي والشاهدان إلى ستة شرائط ‪:‬‬ ‫وال يصح عقد النكاح إال ب ‪:‬‬
‫‪ .1‬االسالم‬ ‫‪ .1‬ولي‬
‫‪ .2‬والبلوغ‬ ‫‪ .2‬وشاهدي عدل‬
‫‪ .3‬والعقل‬
‫‪ .4‬والحرية‬ ‫لقوله صلى هللا عليه وسلم « ال نكاح إال‬
‫بولي ‪ ،‬وشاهدي عدل ‪ ،‬وما كان من نكاح‬
‫‪ .5‬والذكورة‬
‫على غير ذلك فهو باطل «‬
‫‪ .6‬والعدالة‬
‫واولى الوالة‬
‫والنساء على ضربين ‪:‬‬ ‫‪ .1‬االب‬
‫‪ .1‬ثيبات ( ال يجوز نزويجها إال بعد بلوغها‬ ‫‪ .2‬ثم الجد ابو االب‬
‫وإذنها )‬
‫‪ .3‬ثم االخ لالب واالم‬
‫‪ .2‬وأبكار ( يجوز لألب والجد إجبارها على‬
‫‪ .4‬ثم االخ لالب‬
‫النكاح )‬
‫‪ .5‬ثم ابن االخ لألب واألم‬
‫‪ .6‬ثم ابن األخ لألب‬
‫والمؤمنون والمؤمنات بعضهم أولياء بعض‬
‫‪ .7‬ثم العم‬
‫حديث عمر « التنكح المرأة إال بإذن وليها أو‬
‫ذي الرأي من أهلها أو السلطان «‬ ‫‪ .8‬ثم ابنه ‪ ،‬فإذا عدمت العصبات ‪:‬‬
‫‪ .9‬فالمولى المعتق ‪ ،‬ثم عصباته ثم الحاكم‬
‫المهر‬
‫أقله ‪:‬روى الترمذي ‪ 1113‬عن عامر بن ربيعة رضي هللا عنه ‪ :‬أن امرأة من بني فزارة‬
‫تزوجت على نعلين ‪ ،‬فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ‪ « :‬أرضيت من نفسك ومالك‬
‫بنعلين « قالت ‪ :‬نعم ‪ ،‬فأجازه‬

‫أكثره « وآتيتم إحداهن قنطارا‬


‫أي والقنطار المال الكثير ‪ ،‬فدل على أنه ال حد للمهر في الكثرة‬

‫ش ْيء ِ نم ْنهُ نَ ْفسا ً فَ ُكلُوهُ َهنِيئا ً َّم ِريئا ً‬ ‫ص ُدقَاتِ ِه َّن نِ ْحلَةً فَإِن ِطب َْن لَ ُك ْم َ‬
‫عن َ‬ ‫َوآتُواْ النَّ َ‬
‫ساء َ‬
Poligami
Dasar Hukum, Q.S. An-Nisa,4 : 3 )‫ع‬ َ ‫ث َوربَا‬ َ ‫اء َمثْنَ ٰى َوث ََل‬
ِّ ‫س‬ َ ‫ (فَان ِّكحوا َما َط‬dan
َ ّ‫اب لَكم ِّ ّم َن ال ِّن‬
129.( ‫اء َولَ ْو َح َرصْت ْم ۖ فَ ََل ت َ ِّميلوا ك َّل ا ْل َم ْي ِّل فَت َ َذرو َها كَا ْلمعَلَّقَ ِّة ۚ َو ِّإن‬ِّ ‫س‬َ ّ‫ست َ ِّطيعوا أَن ت َ ْعدِّلوا بَ ْي َن ال ِّن‬
ْ َ ‫َولَن ت‬
َ ‫َان‬
‫غفورا َّر ِّحيما‬ َ َّ ‫ص ِّلحوا َوتَتَّقوا فَ ِّإ َّن‬
َ ‫َّللا ك‬ ْ ‫)ت‬

Latar belakang turunnya ayat :


 Pasca perang Uhud, banyak janda dan anak yatim yang harta bendanya tidak
terurus.
 Penekanan pada konsep keadilan, bukan pada bilangan isteri.
Pembatasan jumlah isteri, dari yang tanpa batas, menjadi maksimal empat
dengan tetap mengedepankan asas monogami.
Lanjutan
Praktek poligami Rasulullah  pendekatan sosial dan pendekatan
dakwah, bukan pendekatan seksual. Selama 28 tahun Rasulullah
menerapkan monogami hanya dengan Siti Khadijah.
Praktek poligami saat ini  lebih banyak madlarat daripada
maslahahnya.
Lanjutan
Surat An-Nisa’,4 : 3  bukan merupakan anjuran untuk berpoligami apalagi
disunahkan. Tetapi merupakan respon atas kondisi dan situasi yang terjadi pada
waktu itu.
Dampak negatif : kecemburuan, persaingan tidak sehat, saling iri, anak-anak
terlantar, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain-lain.

Dampak positif :
Pernikahan Siri
Pengertian – Perbedaan dengan Nikah resmi
Hukumnya dalam Islam dan UU Negara
Faktor Penyebab dilangsungkannya
Dampak-dampak positif dan negatif
Solusi
Nikah Siri
Pengertian : Pernikahan yang meskipun telah memenuhi rukun dan
syarat pernikahan sesuai ketentuan syar’i, namun tidak dicatatkan di
KUA/ Pegawai Pencatat Nikah.
Perbedaan :
Nikah Resmi  mempunyai akta nikah,
sah secara agama dan secara hukum
Nikah Siri  Tidak ada akta nikah,
sah secara agama, tidak sah secara hukum.
STATUS HUKUM
Secara Hukum Islam, nikah siri adalah sah dimata Allah selama
pelaksanaannya memenuhi ketentuan-ketentuan syar’i,
Seperti adanya calon mempelai, wali,dua orang saksi, mahar, ijab dan
qabul.
Secara Hukum Nasional, nikah siri tidak sah secara hukum, karena
merupakan pelanggaran terhadap UU no.1 Tahun 1974 tentang
perkawinan pasal 2:
(1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu
(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Faktor Penyebab dilangsungkannya :
 Menghindari zina
 Belum ada kesiapan moril dan materiil
 Menghindari prosedur yang berbelit
 Tidak ada biaya untuk administrasi pernikahan
 Alasan untuk bisa berpoligami
 Dan lain-lain.
Dampak positif
 sah secara agama
 terhindar dari pergaulan bebas dan dosa
Dampak Negatif
 tidak ada kepastian hukum
 status anak tidak jelas, karena tidak ada bukti autentik dari
pernikahan orang tuanya.
 bila terjadi perceraian,isteri dan anak tidak akan mendapatkan
hak-hak yang seharusnya didapatkan misalnya, hak waris, hak
asuh,hak pendidikan anak dan sebagainya.
 memunculkan persangkaan negatif di kalangan masyarakat
 memicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
Solusi
 Segera lakukan Itsbat Nikah
Pengajuan ke Pengadilan Agama agar memperoleh penetapan
pernikahan dengan akta nikah sebagai buktinya.
 Walimatul Ursy jika dimungkinkan.
Menghindari pandangan negatif masyarakat, pernikahan perlu di
I’lan kan
Pernikahan Mut’ah
Pengertian :
Pernikahan yang didasarkan pada jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak.
Hukumnya:
Pernikahan tersebut pernah terjadi pada masa Rasulullah, namun
kemudian Rasul melarangnya :
“ Saya pernah membolehkanmu melakukan nikah mut’ah, namun Allah
telah melarangmu sampai hari akhir Pengadilan”.
Kalangan Syiah Isna Asyariyah sepakat bahwa nikah mut,ah
diperbolehkan atas dasar Q.S. An-Nisa’,4 : 24.
Jumhur ulama melarang praktek nikah tersebut, karena hanya
didasarkan pada kesenangan semata dan dalam jangka waktu tertentu.
Hal tersebut menyalahi tujuan, fungsi dan prinsip-prinsip pernikahan
dalam Islam, yaitu mewujudkan konsep keluarga sakinah yang
dilandaskan pada rasa kasih sayang yang harus dibina dan dipupuk
secara berkelanjutan.

You might also like