You are on page 1of 12

Perencanaan bahasa dan

kebudayaan
Latar belakang perencanaan bahasa
• terdapat tiga alasan mendasar yang melatar belakangi dilakukannya perencanaan bahasa. Berikut
diuraikan ketiga alasan tersebut.
• a. Bahasa itu dinamis sehingga menyebabkan bahasa tersebut hidup, berubah, dan berkembang.
Bahasa itu aktif dan terus berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat
pemakai bahasa tersebut.
• b. Banyak pemakai bahasa yang sedikit banyak telah memiliki pengetahuan mengenai linguistik.
Mereka dengan sendirinya dapat menilai dan menentukan benar tidaknya penggunaan suatu
bahasa. Mereka juga dapat membedakan suatu bahasa baku, dialek, kreol, slang, dan variasi
bahasa lainnya. Pada prinsipnya pemakai bahasa (penutur, penulis, pendengar, dan pembaca)
dpat menilai suatu bahasa benar atau salah berdasarkan ilmu bahasa yang diketahuinya.
• c. Penjajah juga dapat menyebabkan penggunaan bahasa pada masyarakat tertentu berubah.
Perubahan semacam ini banyak berlaku di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Penjajah memaksakan
penggunaan bahasanya terhadap penduduk atau negara yang dijajahnya. Banyak negara di Afrika
jajahan Prancis menggunakan bahasa Prancis sebagai bahasa resmi, meskipun negara tersebut
telah merdeka (dalam Muslich dan Oka, 2010: 1).
Definisi
• a. Jernudd dan Das Gupta (1971 : 211) : Perencanaan bahasa adalah kegiatan politis dan administratif untuk menyelesaikan persoalan bahasa dalam
masyarakat.

• b. Ray (1961, yang dikutip Moeliono 1985) : Perencanaan bahasa terbatas pada saran atau rekomendasi yang aktif untuk mengatasi masalah
pemakaian bahasa dengan cara yang paling baik.

• c. Tauli (dalam Moeliono 1985) : the methodical activity of regulating and improving existing languange or creating new common regional, national, or
international languange . Bagi Tauli tugas perencanaan bahasa adalah mencari norma yang ideal yang didasarkan atas prinsip kejelasan, kehematan
dan keindahan.

• d. Gorman (dalam Moeliono 1985) : Perencanaan bahasa adalah tindakan koordinatif yang diambil untuk memilih, mengkodifikasikan, serta
mengembangkan aspek tata ejaan, tata bahasa, dan leksikon; dan menyebarkan bentuk-bentuk yang disetujui itu di dalam masyarakat

• e. Gupta (dalam Boey 1975: 110) : Languange Planning refers to a set of deliberate activities, systematically designed to organize and develop the
languange resources of the community in an ordered shcedule of time.
Definisi
• f. Neustupny (1970) : Perencanaan bahasa dibedakan menjadi dua yaitu pemilihan bahasa untuk maksud dan tujuan tertentu seperti untuk bahasa
kebangsaan atau bahasa resmi, yang tentunya melibatkan banyak faktor di luar bahasa, dan pengembangan bahasa yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf keberaksaraan, dan juga usaha pembakuan bahasa.

• g. Nababan (1984 : 56) : perencanaan bahasa adalah penggarapan bentuk-bentuk bahasa dalam masyarakat.

• h. Alwasilah (1997) : perencanaan bahasa adalah sebagai upaya yang disengaja untuk memfungsikan (ragam) bahasa (lokal, nasional, regional,
global) untuk memenuhi tujuan politik.

• i. Weinstein dalam Wardhaugh (1992: 346) perencanaan bahasa adalah suatu perintah untuk memberikan kuasa, menyokong dengan penuh untuk
menentukan fungsi-fungsi bahasa dalam masyarakat dengan tujuan menyelesaikan berbagai persoalan dalam komunikasi.

• j. Haugen dalam Sumarsono (2002) : perencanaan bahasa adalah usaha untuk membimbing perkembangan bahasa ke arah yang diinginkan oleh
perencana.

• k. Crystal (1994) : perencanaan bahasa adalah kreasi dan implementasi dari kebijakan sebuah pemerintahan tentang bagaimana bahasa-bahasa itu
dan variasi dari bahasa digunakan dalam sebuah bahasa.

• Kesimpulan definisi
Tujuan
• Salah satu tujuan perencanaan bahasa adalah mengangkat status
bahasa menjadi bahasa nasional atau bahasa resmi. Sekiranya
pengangkatan ini diterima dengan baik oleh masyarakat
penuturnya,maka bahasa dapat dijadikan alat untuk menyatupadukan
rakyat dan integrasi nasional.
• Perencanaan bahasa juga bertujuan untuk mensinkronkan semua
dialek yang terdapat dalam suatu negara.
Hambatan
• Adapun jenis-jenis masalah atau kendala yang sering timbul dalam perencanaan bahasa antara lain sebagai berikut.
• a. Dari segi bahasa
• Terlihat bahwa pembakuan ejaan, kosa kata dan istilah serta tata bahasa yang selama ini agaknya masih mengandung kelemahan sebagai bahasa
baku, terutama masalah relevansinya dengan kebutuhan warga masyarakat Indonesia dan kebutuhan pembangunan.
• b. Dari segi warga pemakai bahasa Indonesia
• Sikap sebagian warga rakyat Indonesia yang bangga menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, tetapi kurang bangga menggunakan bahasa
Indonesia merupakan kelemahan dalam pengimplementasian hasil-hasil pembakuan bahasa Indonesia selama ini.
• c. Dari segi pelaksana
• Status dan wibawa Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa hingga sekarang masih mengandung berbagai kelemahan sebagai pusat nasional
pembinaan dan pengembangan bahasa di Indonesia pada umumnya dan pembakuan bahasa Indonesia pada khususnya, terutama dalam masalah
pemerataan kegiatan dan hasil kegiatan pembinaan dan pengembangan bahasa serta dalam hal pengolahan tenaga dan sumber daya lain.
• d. Dari segi proses perencanaan bahasa
• Proses perencanaan pembakuan bahasa Indonesia agaknya masih mengandung kelemahan dalam hal pengawasan, penilaian, dan pengukuhan.
• Selain hal-hal di atas hambatan-hambatan lain yang dapat timbul dalam proses perencanaan bahasa meliputi
• (1) sikap penutur bahasa,
• (2) dana, dan
• (3) ketenagaan.
Saussure (dalam Muslich dan Oka, 2010: 3-4) berpendapat bahwa perencanaan bahasa perlu dilakukan secara
berangsur-angsur dan berkesinambungan karena hal-hal berikut.

• a. Budaya masyarakat senantiasa berubah yang mengkibatkan bahasanya pun berkembang dan berubah.
• b. Bahasa perlu dirancang untuk menyediakan ruang daya cipta dan kreativitas individu.
• c. Perencanaan bahasa dapat membantu corak kepemimpinan suatu bangsa.
• d. Pemerintah yang melaksanakan perencanaan bahasa berarti memelihara jiwa bangsanya.
• e. Perkembangan bahasa yang terencana dapat dijadikan bahasa nasional dan bahasa resmi.
• f. Perencanaan bahasa dapat menepis pengaruh negatif terhadap bahasa tersebut.
• g. Bahasa yang terencana (perkembangannya) dapat dijadikan alat propaganda bangsa dan negara.
• h. Bahasa yang terrencana (perkembangannya) dapat memupuk sentimen atau ideologi bangsa tersebut.
• i. Bahasa yang terrencana (perkembangannya) dapat menampung konsep atau ide baru yang muncul sejalan
dengan perkembangan bahasa tersebut.
Aspek-aspek perencanaan bahasa
• pengamatan Ferguson (1968) dalam hal perencanaan bahasa, aspek-
aspek yang akan dilaksanakan sebagai tujuan perencanaan adalah
• (1) pembakuan (standardisasi),
• (2) modernisasi (intelektualisasi),
• (3) grafisasi (tulisan dan ejaan).
Model-model perencanaan bahasa
• Haugen mengemukakakn empat tahapan dalam perencanaan bahasa, yaitu pemilihan, penyandian,
pelaksanaan, dan peluasan.
• 1. Pemilihan. Tahap ini melibatkan pemilihan satu bahasa (atau lebih) atau norma yang akan dibina untuk
tujuan tertentu. Pada umumnya, pembinaan ini bertujuan agar bahasa sasaran bisa menjalankan tugas
sebagai bahasa nasional. Norma adalah suatu konsep abstrak yang dipilih atau dibentuk sebagai sasaran
perencanaan. Bahasa baku, misalnya, adalah norma yang dijadikan sasaran perencanaan bahasa.
• 2. Penyandian. Tahap ini melibatkan uasaha-uasaha yang terkait dengan pembakuan bahasa,misalnya
penyusunan ejaan, pembentukan istilah, penyusunan tatatabahasa, penyusunan ungkapan, dan sebagainya.
Upaya pembakuan ini pada dasarnya adalah pengenalan sandi-sandi bahasa yang memiliki banyak ragam
dan menentukan penggunaan masing-masingnya.
• 3. Pelaksanaan. Tahap ini melibatkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh petugas (baik lembaga maupun
individu) yang ditunjuk untuk menyebarkan informasi dan melakukan pembinaan terkait dengan norma-
norma yang telah ditetapkan dan penyandian yang telah disusun.
• 4. Peluasan. Tahap ini berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan bahasa sasaran, baik dari segi
bentuk maupun fungsinya. Hal ini melibatkan proses pemodernan bahasa sasaran secara umum.
• tiga komponen yang perlu diperhatikan, yaitu pengabjadan, pembakuan, dan
pemodernan.
• 1. Pengabjadan. Pengabjadan adalah usaha agar bahasa sasaran mempunyai
abjad atau sistem ejaan yang sempurna. Kegiatan ini dilakukan apabila bahasa
sasaran belum mempunyai ejaan, atau pembakuan atau perbaikan ejaan yang
sudah ada.
• 2. Pembakuan. Pembakuan adalah proses menjadikan satu dialek atau bahasa
sebagai bahasa yang baku dibanding dengan dialek-dialek lain lewat
penggunaannya dalam bidang ilmiah, pemerintahan, atau situasi resmi lainnya.
• 3. Pemodernan. Pemodernan adalah usaha-usaha pengembangan kosakata dan
pembinaan bentuk-bentuk wacana tertentu, biasanya wacana ilmiah. Pembinaan
kosakata ini melibatkan penciptaan istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan
tertentu unuk menampung keperluan ilmiah atau bidang-bidang lainnya.
• dua dimensi, yaitu perencanaan status dan perencanaan bahan.
• 1. Perencanaan Status. Perencanaan status adalah usaha menentukan atau
memilih suatu dialek atau bahasa dari berbagai dialek atau bahasa yang
ada untuk dijadikan bahasa yang berstatus tertentu. misalnya menjadi
bahasa nasional, bahasa resmi, dan sebagainya.
• 2. Perencanaan Bahan. Perencanaan bahan adalah usaha yang terkait
dengan pembentukan istilah, pembakuan ejaan, pembakuan tata bahasa,
dan bagaimana penerapannya dalam praktik berbahasa.
• Selain itu, Kloss juga mengemukakan satu unsur lagi, yaitu pembiayaan,
yang melibatkan aspek ekonomi, dan pengurusan di dalam perencanaan
bahasa. Sebagaimana perencanaan bahasa pada umumnya, unsur
pembiayaan dan pengurusan adalah penting.
• F.X. Karam berpendapat bahwa pelaksanaan perencanaan bahasa
dilakukan pada tingkat nasional oleh lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah. Di Indonesia, misalnya, dilakukan oleh Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. Lembaga ini akan melakukan tiga tugas,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Komponen penilain,
menurut Karam, sangat penting karena untuk mengetahui apakah
langkah-langkah yang telah dilakukan berhasil atau belum.

You might also like