You are on page 1of 47

ASUHAN KALA IV PERSALINAN

ASKEB IBU II
SeorangINGAT
wanita dapat
!!!!!
meninggal karena
perdarahan pasca
persalinan dalam waktu 1
jam setelah melahirkan.
Penilaian dan
penatalaksanaan yang
cermat selama kala III dan
kala IV persalinan sangat
DEFINISI KALA IV
Adalah
Dua jam pertama setelah plasenta lahir

kala IV ini membutuhkan pengawasan yang intensif


dengan harapan perdarahan post partum dapat
dikurangi atau dihindarkan.
Oleh karena itu petugas / bidan harus tinggal
bersama ibu dan bayi dalam kondisi yang stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan
stabilisasi.
Fisiologi Kala IV
 Dua jam pertama setelah
persalinan merupakan waktu
yang kritis bagi ibu dan bayi
dimana baru saja mengalami
perubahan fisik yang luar
biasa. Pada ibu melahirkan
bayi dari perutnya dan bayi
sedang menyesuaikan diri dari
dalam perut ibu ke dunia luar
Perubahan-perubahan dari
organ ibu pada kala IV
1. Involusi korpus uteri
2. Involusi tempat plasenta
3. Perubahan pada
pembuluh darah
4. Perubahan pada serviks
dan vagina
5. Perubahan peritonium dan
dinding abdomen
6. Perubahan pada saluran
kencing
LANJUTAN.............
 Berat uterus setelah melahirkan
menjadi 1 kg, hal ini berkaitan
dengan berkurangnya ukuran bukan
pengurangan jumlah sel otot
 Karena pelepasan plasenta dan
membran termasuk lapisan
spongiosa, maka hanya desidua
basal yang tetap di uterus dengan
ketebalan yang menyolok,
gambaran bergerigi, tidak teratur
dan terinfiltrasi oleh darah.
INVOLUSI KORPUS UTERI
 Segera setelah pengeluaran plasenta,
fundus uteri yang berkontraksi terletak
di pertengahan antara umbilikus dan
simfisis atau lebih tinggi
 Korpus uteri sebagian besar terdiri dari
miometrium yang dibungkus oleh serosa
dan dilapisi oleh desidua, dinding
anterior dan posterior berada pada posisi
menempel dengan tebal 4 – 5 cm
 Uterus tampak iskemik karena pembuluh
darah tertekan oleh kontraksi
miometrium
INVOLUSI TEMPAT PLASENTA

 Setelah plasenta lahir, tempat plasenta tampak


kasar, tidak rata dengan ukuran tempat plasenta
sebesar telapak tangan dan dengan cepat
mengecil pada minggu kedua dengan diameter
3 – 4 cm, pada akhir masa nifas 1 – 2 cm.
 Tempat plasenta yang terdiri dari pembuluh
darah, tersumbat oleh trombus dan akan
dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru di bawah permukaan luka
(terjadi proses exfoliasi), plasenta bed mengecil
karena kontraksi.
PERUBAHAN PADA
PEMBULUH DARAH

• Setelah kelahiran, pembuluh


darah ekstra uteri mengecil atau
mendekati keadaan pra
kehamilan. Sebagian besar
pembuluh darah mengalami
obliterasi dengan perubahan
hialin dan pembuluh yang lebih
kecil.
PERUBAHAN PADA SERVIKS DAN
VAGINA
 Setelah persalinan, serviks dan segmen bawah
uteri menjadi struktur yang tipis, kolaps dan
kendor, tepi luar serviks yang tadinya os.
eksterna mengalami laserasi.
 Mulut serviks mengecil perlahan-lahan,
setelah persalinan serviks dapat dimasuki 2
jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-
retak karena robekan dalam persalinan
LANJUTAN...

 Pada vagina dan pintu keluar membentuk


lorong berdinding lunak dan luas yang
ukurannya secara perlahan akan mengecil.
Rugae tampak pada minggu ketiga
PERUBAHAN PERITONIUM DAN
DINDING ABDOMEN
 Saat miometrium berkontraksi dan
beretraksi setelah kelahiran,
peritonium yang membungkus
sebagian besar uterus dibentuk
menjadi lipatan-lipatan dan
kerutan-kerutan
 Ligamentum latum dan rotundum
lebih kendor daripada kondisi tidak
hamil dan memerlukan waktu yang
cukup lama untuk kembali dari
peregangan dan pengendoran yang
dialami selama kehamilan
Lanjuut....
 Sebagai akibat putusnya serat-serat
elastis kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya
uterus saat hamil, dinding abdomen
lemah dan kendor.
Perubahan pada SALURAN KENCING

 Pada pemeriksaan sistokopik, dinding


kandung kencing tampak oedema dan
hiperemia dan sering ekstravasasi darah
mukosa.
 Kandung kencing mempunyai kapasitas yang
bertambah besar dan relatif tidak sensitif
terhadap tekanan cairan intravesika.
 Dilatasi ureter dan pelvis renalis kembali ke
keadaan sebelum hamil, mulai dari 2 minggu
dari kelahiran
TUGAS BIDAN pada
PERIODE KALA IV
 Evaluasi uterus
 Pemeriksaan dan evaluasi serviks, vagina
dan perineum
 Pemeriksaan dan evaluasi plasenta,
selaputnya dan tali pusat
 Penjahitan kembali episiotomi dan laserasi
(jika ada)
 Pemantauan dan evaluasi lanjut, meliputi:
tanda vital, kontraksi uterus, lochea,
perdarahan, kandung kemih.
Perubahan anatomi pada UTERUS
 Setelah kelahiran plasenta, uterus biasanya
akan berada pada garis tengah dari abdomen,
kira-kira duapertiga sampai tigaperempat naik
ke atas antara symphysis pubis dan umbilikus.
 Uterus yang dijumpai berada di atas umbilikus
merupakan indikator adanya penggumpalan
darah di dalam uterus.
 Uterus yang dijumpai berada di atas umbilikus
dan agak menyamping biasanya ke kanan,
menunjukkan bahwa kandung kemih penuh.
Lanjuut........
 Uterus seharusnya terasa keras (kaku) bila
diraba.
 Uterus yang lembek, berayun menunjukkan
bahwa uterus dalam keadaan hypotomi dan
tidak berkontraksi dengan baik.
 Uterus yang keras merupakan indikasi
mengenai hemostatis uterus yang efektif.
Langkah awal dengan mengevaluasi
kekonsistenan uterus serta memberikan
masase ringan

jika kontraksi tidak baik/adekuat. Bidan juga


harus memastikan kebutuhan mengenai
peningkatan kontraksi uterus dengan cara
menyusukan bayi pada ibu segera dan
memberikan oksitosin
Asuhan Kala IV
• Lanjutkan rangsangan taktil pada dinding
uterus
• Evaluasi hasilnya dengan mengukur
kekenyalan dinding dan tinggi fundus uteri
• Lakukan perkiraan kehilangan darah
• Periksa perineum dan jalan lahir
• Nilai keadaan umum ibu
• Dokumentasikan asuhan dan temuan
pada kala IV di halaman belakang
partograf
Memperkirakan jumlah perdarahan

 Belum ada metode yang akurat


 Meletakkan penampung darah di bawah
bokong ibu, selain tidak nyaman juga
tidak menjamin pengukuran yang tepat
 Pengukuran dengan gelas ukur dapat
terganggu dengan tambahan cairan lain
atau jumlah yang hilang akibat material
penyerap (kain, kasa, pakaian, dsb)
SYARAT PEMBERIAN
INJEKSI OKSITOSIN
 Kekonsistenan uterus
 Uterus seharusnya berkontraksi dengan baik dan
terasa keras jika diraba
 Potensi uterus untuk mereda (rileks)
 Uterus akan cenderung untuk mereda /kontraksi
tidak adekuat dalam keadaan:
 Bila uterus tersebut sebelumnya telah terlalu
memelar, misal pada kehamilan gamelli,
 Bila ibu sebelumnya telah diinduksi dengan obat-
obatan golongan pitocin.
 Grandemultipara, Partus lama.
 Adanya riwayat atonia uteri pada persalinan yang
lalu.
CaRa Pemeriksaan uterus segera
setelah kelahiran plasenta ;
 Letakkan tangan pada fundus uteri
 Jelaskan tindakan ini pada ibu, anjurkan
ibu untuk menarik nafas dalam, perlahan
dan bersikap tenang.
 Periksa uterus untuk memastikan uterus
berkontraksi dengan baik teraba keras
dan fundus uteri sejajar dengan pusat
atau dua jari bawah pusat.
Estimasi Simtomatik
 Bila perdarahan menyebabkan
terjadinya perubahan tanda vital
(hipotensi) maka jumlah darah yang
keluar telah mencapai 1000-1200 ml
 Bila terjadi syok hipovolemik maka
jumlah perdarahan telah mencapai
2000-2500 ml
Efek Perdarahan terhadap Sirkulasi dan
Oksigenasi Sel

hipotensi

Syok

Gagal Jantung
PEMERIKSAAN &
EVALUASI Pada SERVIKS,
VAGINA & PERINEUM
Seviks, vagina dan perineum harus
diperiksa terutama mengenai laserasi
serta luka-luka sekunder yang terjadi,
karena pemeriksaan serviks
merupakan prosedur yang tidak
nyaman bagi si ibu, maka hal ini hanya
dikerjakan bila ada indikasi
INDIKASI Meliputi ;
• Uterus sudah berkontraksi dengan baik namun
masih ada darah yang terus mengalir dari
dalam vagina.
• Ibu meneran sebelum tercapai pembukaan
leher rahim yang lengkap.
• Persalinan dan kelahiran tersebut berlangsung
cepat dan tergesa-gesa.
• Prosedur traumatis, misalnya kelahiran dengan
ekstraksi forceps atau ekstraksi vakum.
• Kala dua dari persalinan berlangsung traumatis
(misalnya karena dystocia bahu).
Langkah-langkah
PEMERIKSAAN VAGINA
 Menjelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan.
 Periksalah uterus untuk memastikan bahwa uterus
tersebut sudah berkontraksi dengan baik.
 Lihat dan rabalah sambil anda memisahkan labia
dengan tangan yang menggunakan sarung tangan.
 Suruh asisten menerangi dengan menyorotkan lampu
ke vagina ibu.
 Periksa dengan cermat apakah ada robekan atau
hematoma.
LANJUUT.........
 Tekanlah dengan kuat dinding belakang vagina ibu
dengan jari anda. Jika terdapat banyak darah,
hapuslah atau diserap dengan kain kasa agar anda
dapat melihat dinding vagina.
 lihat sampai jauh ke dalam vagina. Perdarahan dari
laserasi mungkin saja berupa tetesan perlahan atau
semburan deras dari arteri yang berdenyut.
 Dengan perlahan tekanlah dinding vagina dan
gerakkan jari anda ke bagian atas dinding vagina satu
per satu. Lihat dan raba apakah permukaannya rata /
licin, adakan titik dimana ada perdarahan
EVALUASI LASERASI &
PERDARAHAN AKTIF PADA
PERINEUM dan VAGINA
 Nilai perluasan laserasi perineum
diklasifikasikan berdasarkan luasnya
robekan, meliputi:
 DERAJAT 1
 DERAJAT 2
 DERAJAT 3
 DERAJAT 4
 Pertemuan ke 15
Keterangan :
 Derajat satu
 Mengenai mukosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum.
 Derajat dua
 Mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum,
otot perineum.
 Derajat tiga
 Mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum,
otot perineum, otot sfingter ani eksternal.
 Derajat empat
 Mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum,
otot perineum, otot sfingter ani eksternal., dinding
rektum anterior
Derajat Derajat Derajat
Laserasi 1 Laserasi 2 Laserasi 3
PERHATIAN !!!!!
 Berikan antibiotik oral 3 x 1 tab.
 Jangan coba menjahit laserasi perineum
derajat tiga / empat, segera lakukan
rujukan karena laserasi ini memerlukan
teknik dan prosedur khusus.
 Pada laserasi derajat satu, penjahitan
tidak diperlukan jika tidak ada
perdarahan dan luka terposisi secara
alamiah.
LANJUT....
 Untuk mencegah luka jelek dan pinggir
luka yang tidak rata dan kuarng bersih,
pada beberapa keadaan dilakukan
episiotomi.
 Bila dijumpai robekan perineum, lakukan
penjahitan luka dengan baik, lapis demi
lapis perhatikan jangan sampai terjadi
ruang kosong terbuka ke arah vagina,
karena akan menghambat penyembuhan
luka.
PEMERIKSAAN &
EVALUASI PLASENTA,
SELAPUT DAN TALI
PUSAT
Pemeriksaan dan evaluasi plasenta, selaput dan
tali pusat dilakukan agar bidan dapat mengenali
jenis-jenis plasenta yang berlainan dengan titik
insersi tali pusat.
CARA PEMERIKSAAN PLASENTA
 Periksa sisi maternal plasenta untuk memastikan
bahwa semuanya lengkap dan utuh.
 Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau
terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang
hilang.
 Periksa plasenta bagian fetal untuk memastikan
tidak ada kemungkinan loba ekstra (suksenturiata)
 Evaluasi selaput untuk memastikan
kelengkapannya.
PENJAHITAN KEMBALI
EPISIOTOMI &
LASERASI
Penjahitan kembali laserasi atau
episiotomi dilakukan setelah pemeriksaan
plasenta selesai. Uterus dicek sekali lagi
untuk memastikan kekonsistenannya baru
kemudian penjahitan dimulai
TUJUAN
 Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi
untuk menyatukan kembali jaringan tubuh
dan mencegah kehilangan darah yang
tidak perlu (memastikan hemostatis).

 Ada berbagai teknik untuk penjahitan


episiotomi dan laserasi, tetapi dengan
berbagai kelebihan diantaranya, sedikit
memberikan rasa sakit bagi ibu (setelah
penjahitan), mudah dipelajari serta jumlah
jahitannya hanya sedikit, maka kita
memakai jahitan jelujur.
CARA PENJAHITAN :
 Jika perlukaan hanya mengenai bagian
luar (superfisial) atau jika perlukaan
tersebut tidak mengeluarkan darah
biasanya tidak perlu dijahit.
 Prinsip perlukaan bisa sembuh karena
pembentukan jaringan-jaringan baru,
yakni jaringan bekas luka akan tumbuh
kembali diantara kedua sisi luka untuk
kemudian menyatu
 Dengan penjahitan kedua sisi perlukaan
menyatu untuk mempermudah
pertumbuhan jaringan bekas luka.
 Setiap kali tusukan, jaringan akan terluka
dan satu tempat baru masuknya bakteri
akan tercipta.
 Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
menggunakan jumlah jahitan yang
sesedikit mungkin untuk merapatkan
jaringan dan untuk menghentikan
pengeluaran darah dari perlukaan.
 Setelah menentukan jenis laserasi yang
terjadi, siapkanlah peralatan yang
diperlukan untuk penjahitan.
 Anestesi lokal diperlukan untuk menjahit
laserasi lebih dari satu / dua jahitan tanpa
anestesi BUKANLAH tindakan asuhan
sayang ibu.
 Lidocaine 1% adalah cairan anestesi yang
dianjurkan, lidocaine 2% tidak dianjurkan
oleh karena terlalu tinggi konsentrasinya
dan bisa menimbulkan nicrosis jaringan
 Lidocaine dengan epinephrine tidak
dianjurkan memperlambat
penyerapan lidocaine dan akan
memperpanjang efek kerjanya.
 Ukuran jarum 22 dengan panjang 3 – 4
cm cukup untuk anestesi luka episiotomi,
perluasan laserasi atau robekan vagina,
sedangkan jarum yang berukuran lebih
kecil untuk laserasi yang lebih kecil di
daerah yang peka.
 Contoh: jarum ukuran 25 panjang 2 – 3
cm digunakan untuk anestesi perlukaan
klitoris.
PEMANTAUAN &
EVALUASI KALA IV
Selama kala IV ini bidan harus meneruskan
proses penatalaksanaan kebidanan yang telah
mereka lakukan selama kala I, II, dan III untuk
memastikan ibu tersebut tidak menemui
masalah apapun.
Pemantauan & Evaluasi Kala IV

 Pantau tanda vital setiap 15 menit pada jam


pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua
 Nilai kontraksi uterus dan jumlah perdarahan
 Ajarkan ibu dan keluarganya untuk
melakukan rangsangan taktil, menilai
kontraksi uterus, dan estimasi perdarahan
 Rawat gabung ibu-bayi dan pemberian ASI
 Berikan asuhan esensial BBL
Pemenuhan kebutuhan ibu & Bayi
KALA IV PERSALINAN

– Bersihkan ibu dan kenakan pakaian yang bersih


dan kering
– Lakukan rawat gabung untuk meningkatkan
hubungan ibu dan bayi sebagai permulaan untuk
pemberian ASI, hal ini juga memacu kontraksi
uterus.
– Biarkan ibu dan bayi istirahat bersama dalam satu
ruangan.
– Tawarkan makanan dan minuman kesukaan ibu
untuk memulihkan energi dan mencegah
dehidrasi.
– Jika ibu ke kamar mandi, pastikan ada yang
mendampingi, ibu harus sudah BAK dalam 3
jam post partum, jika perlu lakukan
kateterisasi.
– Ajari ibu dan anggota keluarga tentang :
a.Bagaimana memeriksa fundus dan
menimbulkan kontraksi
b.Tanda-tanda bagi ibu dan bayi

Perhatian:
• Observasi ibu dan bayi tiap 15 menit
sekali pada jam I post partum, 30 menit
sekali pada jam II post partum.
Ingat!

 Jangan tinggalkan ibu dalam 2 jam pertama


pascapersalinan
 Pastikan tanda vital dalam batas normal
 Berikan asuhan esensial BBL, termasuk
pemberian ASI dalam 1 jam pertama
 Ajarkan ibu dan keluarganya untuk
melakukan rangsangan taktil uterus dan
menilai kontraksi atau perdarahan
 Pastikan ibu dan keluarganya mengetahui
tanda-tanda bahaya atau komplikasi berat
SELAMAT MEMBACA....

SELAMAT BELAJAR....

You might also like