Professional Documents
Culture Documents
Keperawatan
jiwa dengan
masalah
keperawatan
Perilaku
Kekerasan
Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya
kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan
pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk
bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk
penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah
tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau
membunuh orang lain. perilaku kekerasan lingkungan
dapat berua perilaku merusak lingkungan, melempar
kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan
(Yusuf, Fitriyasari & Nihayati, 2015).
Etiologi (Faktor predisposisi)
1. Teori Biologis
Neurologic factor
Beragam komponen dari sistem syaraf mempunyai peran mempengaruhi
timbulnya perilaku agresif.
Genetic factor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi
perilaku agresif.
Cycardian Rhytm
n pada jam sibuk seperti menjellang masuk kerja dan menjelang berakhirnya kerja
ataupun pada jam tertentu akan menstimulasi orang untuk lebih mudah bersikap
agresif
Faktor Biokimia
Faktor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak contohnya epineprin,
norepenieprin, dopamin dan serotonin sangat berperan dalam penyampaian
informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh
Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya.
Etiologi (Faktor Presipitasi)
Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, dan sebagainya.
Suara keras
ketus
Tanda dan gejala (perilaku)
Melempar atau memukul benda/orang
lain
Merusak lingkungan
Amuk/agresif
Rentang respon marah
Proses terjadinya amuk
Apabila perasaan
marah
Respon marah dapat
Amuk merupakan diekspresikan secara internal diekspresikan dengan
respons kemarahan atau eksternal. Secara perilaku agresif dan
yang paling maladaptif internal dapat berupa menentang, biasanya
yang ditandai dengan perilaku tidak asertif dan dilakukan karena ia
perasaan marah dan merusak diri, sedangkan merasa kuat. Cara ini
bermusuhan yang kuat secara eksternal dapat
berupa perilaku destruktif. menimbulkan masalah
disertai hilangnya agresif.Respons marah yang berkepanjangan
kontrol, yang individu dapat diungkapkan melalui dan dapat
dapat merusak diri tiga cara yaitu (1) menimbulkan tingkah
sendiri, orang lain, atau menungkapkan secara
lingkungan. verbal, (2) menekan, dan (3) laku yang destruktif
menantang dan amuk (Yusuf,
Fitriyasari & Nihayati,
2015).
Pohon masalah
Masalah keperawatan
Isolasi sosial
lingkungan
Data yang perlu dikaji
•tekanan darah meningkat, takikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan
Aspek kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot
seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku dan refleks cepat
Biologis
sosial
Kriteria Evauasi
a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
b) Klien dapat mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel/jengkel (dari diri sendiri, orang
lain dan lingkungan)
Intervensi
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
b) Bantu klien mengungkap perasaannya
TUK III : Kien dapat mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi
a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah
atau jengkel
b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal
yang dialami
Intervensi :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat
marah/jengkel
b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat
jengkel/marah yang dialami
TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
Kriteria evaluasi :
a) Klien dapatmengungkapkan perilaku kekerasan
yang dilakukan
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku
kekerasan yang dilakukan
c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat
menyelesaikan masalah atau tidak
Intervensi :
a) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan klien
b) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
c) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang
klien lakukan masalahnya selesai
TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara yang
dilakukan klien
Intervensi :
a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang
dilakukan klien
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang
dilakukan oleh klien
c) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari
cara baru yang sehat
TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif
dalam berespon terhadap kemarahan secara
konstruktif
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat melakukan cara berespn terhadap
kemarahan secara konstruktif
Intervensi :
a) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari
car baru
b) Beri pujian jika klien menemukan cara yang
sehat
c) Diskusikan dengan klien mengenai cara lain
TUK VII : Klien dapat mengontrol
perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
a) Fisik : olahraga dan menyiram tanaman
b) Verbal : mengatakan secra langsung dan tidak menyakiti
c) Spiritual : sembahyang, berdoa/ibdah yang lain
Intervensi
a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut
d) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien
menstimulasi cara tersebut
e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya
jiak ia sedang kesal/jengkel
TUK VIII : Klien mendapat dukungan keluarga
dalam mengontrol perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
a) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien
yang berperikalu kekerasan
b) Keluarga klien meras puas dalam merawat klien
Intervensi :
a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap
apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama
ini
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien
c) Jelaskan cara merawat klien
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat kien
e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
TUK IX : Klien dapat menggunakan obat
dengan benar (sesuai program pengobatan)
Kriteria hasil :
a) Klien dapat meyebutkan obat-batan yang
diminum dan kegunaannya
b) Klien dapat minum obat sesuai dengan
program pengobatan
Intervensi :
a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian
berhenti minum obat tanpa izin dokter
Asuhan Keperawatan pada sdr S
dengan masalah keperawatan
Perilaku Kekerasan dengan
diagnosa medis Skizofrenia
Hebrefrenik
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
RS JIWA MENUR SURABAYA
IDENTITAS KLIEN
Inisial : Sdr. S Tanggal Pengkajian : 26-11-2018
Umur : 22 tahun RM No. : 0567xx
Informan : Klien+RM
ALASAN MASUK
Klien mengatakan dibawa ke RSJ Menur oleh orangtuanya karena klien
marah-marah dan memukul ibunya. Klien juga mengatakan pernah
membanting helm saat marah-marah di rumah. Kondisi klien saat
pengkajian nada bicara cepat dan tinggi, tangan mengepal serta mata
melotot dan mengatakan “tak pukul kamu”.
Faktor Predisposisi
Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu tahun 2015
hanya rawat jalan tidak MRS
Pengalaman aniaya fisik sebagai perilaku terjadi saat umur 22 tahun, yaitu
klien marah dan memukul ibunya, klien juga mengatakan pernah
membanting helm saat marah di rumah
klien anak ke satu dari dua bersaudara, anak dan kakak. Sebagai anak tugasnya
tinggal dengan kedua orangtua dan adiknya, membantu orangtua, sebagai kakak tugasnya
tidak ada keluarga yang mengalami menjadi kakak untuk adiknya. Klien juga
oleh keluarganya
klien mengatakan paling suka tulang bagian
dada karena bagian yang paling kurus Masalah keperawatan : Harga diri rendah
cowok.
Hubungan sosial
Orang yang berarti : klien mengatakan
keluarganya yang paling utama adalah ibunya
karena klien menganggap surge ada di telapak
kaki ibu
22 Laki-laki
Perempuan
Klien
Status mental
• klien berpakain rapi, bersih, kuku pendek bersih, dan
rambutnya tersisir rapi
penampilan • Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
•: saat bicara klien ganti-ganti topic, topic satu dengan yang lain
Proses pikir tidak ada kaitanya, ngelantur.
•Masalah keperawatan : gangguan proses pikir
•klien mengetahui bahwa dirinya mengalami sakit jiwa atau tidak mengingkari
penyakitnya.
Daya tilik diri •Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
KEBUTUHAN PULANG
Kemampuan klien memenuhi/
menyediakan kebutuhan : klien mampu
memenuhi kebutuhan makanan,
keamanan, keperawatan kesehatan
sendiri dengan sedikit bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada
masalah keperawatan
Kegiatan hidup sehari-hari :
Perawatan diri : makan tetapi klien
klien dapat melakukan mengatakan merasa sudah
perawatan diri dengan sedikit kenyang/cukup.
bantuan orang lain Masalah keperawatan : tidak
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
ada masalah keperawatan
Tidur :
Nutrisi : klien mengatakn bisa tidur
Klien mengatakan puas akan nyenyak
pola makannya Masalah keperawatan : tidak
Frekuensi makan 3 kali dalam ada masalah keperawatan
sehari
Klien menjalani diet TKTP
Klien menghabiskan ½ porsi
Kegiatan hidup sehari-hari :