You are on page 1of 35

Pemeriksaan Laboratorium

Pada Neuromuskular
Disease
Dr. Hiratna,SpPK
Aldolase
 Aldolase : enzim yg dipakai dlm
pemecahan glukosa.
 Tes ini dpt membedakan kelemahan yg
disebabkan kel saraf dari kel otot.
 Bila nilai aldolase N  kel pd saraf, bila
nilai aldolase me↑  kel pd otot.
 Kadar aldolase sgt tinggi pd Duchenne’s
muscular dystrophy.
 Kadar aldolase me↑ :
- Kel muscular (mis : muscular dystrophy,
dermatomyositis, polymyositis)
- Trauma muscular
- Infeksi muscular
- Proses gangren
- Kel hepatoseluler (mis : hepatitis)
 Kadar aldolase me↓ :
- intoleransi fruktosa herediter
 Kadar aldolase N : atrophy neurogenik, multiple
sclerosis & myasthenia gravis.
 Nilai N : neonatus : 6,0 – 32,0 U/l
anak2 : 3,0 – 16,0 U/l
dewasa : 1,5 – 8,1 U/l
Alkaline Phosphatase (ALP)
 ALP : enzim yg berasal dari tulang, hati, usus,
plasenta dan ginjal
 Disebut alkaline krn berfungsi terbaik pd pH 9.
 Kadar ALP tergantung usia & sex
 Isoenzim ALP dipakai utk membedakan kel hati
atau kel tulang
 Isoenzim ALP : ALP 1 (hati), ALP 2 (tulang), ALP
3 (usus) & ALP 4 (plasenta)
 Utk membedakan isoenzim2 ini dilakukan tes
stabilitas panas dimana ALP 1 lebih tahan
panas.
 ALP serum me↑ :
- cirrhosis
- Paget’s disease
- Rheumatoid arthritis
- obstruksi intra & ekstra hepatik
- kehamilan trimester ketiga
- pertumbuhan tulang pd anak2
- penyembuhan fraktur tulang
- hyperparathyroid
 ALP serum me↓ :
- Hypothyroid
- malnutrisi
- hypophosphatemia
- def vit C
 Nilai N : < 2 thn : 128 – 353 U/l
2-8 thn : 98 – 315 U/l
9-15 thn : 90 – 300 U/l
dewasa : 42 – 128 U/l
AST/SGOT (Aspartate
Transaminase/Glutamic
Oxaloacetic Transaminase)
 AST dijumpai di otot jantung, sel hati, otot
rangka dan ginjal.
 Dahulu merupakan salah satu enzim yg dipakai
utk evaluasi infark miokard.
 AST me↑ :
- Infark myocard
- Hepatitis
- Trauma otot
- Infeksi mononucleosis
- Progressive Muscular Dystrophy
 AST me↓ :
- Beri beri
- Diabetic ketoacidosis
- Kehamilan
 Nilai N : Bayi : 15 – 60 U/l
Dewasa : 8 – 20 U/l
Creatinine Phosphokinase
(CPK/CK)
 CPK tu dijumpai di otot jantung, otot
rangka & otak.
 Ada 3 isoenzim CK : CK BB (otak), CK MB
(jantung) & CK MM (otot)
 Pemisahan ketiga isoenzim dgn cara
elektroforesis.
 Nilai N : bayi : 68 – 580 U/l
dewasa ♂ : 55 – 170 U/l
♀ : 30 – 135 U/l
 CPK me↑ :
- AMI
- Acute cerebrovascular disease
- Kejang
- Muscular Dystrophy
- Polymyositis
- Hypokalemia
- Trauma CNS
- Dermatomyositis
Lactic Dehydrogenase (LDH)
 LDH : suatu enzim intraseluler yg dijumpai dlm
sitosol & berfungsi dlm jalur glikolitik.
 LDH dijumpai tu di jantung, hati, ginjal, otot
rangka, otak, sel darah merah & paru.
 Ada 5 isoenzim LDH yg dipisahkan dgn cara
elektroforesis :
- LDH 1 : jantung dan pemb darah
- LDH 2 : sistem retikuloendotelial
- LDH 3 : paru
- LDH 4 : ginjal, plasenta & pancreas
- LDH 5 : hati & otot rangka
 LDH me↑ :
- infark miokard
- peny paru
- peny hati
- trauma otot rangka
- Muscular dystrophy
- fraktur
 Nilai N : bayi : 100 – 250 U/l
anak : 60 – 170 U/l
dewasa : 45 – 90 U/l
isoenzim LDH 1 : 17 – 27%
LDH 2 : 27 – 37%
LDH 3 : 18 – 25%
LDH 4 : 3 – 8%
LDH 5 : 0 – 5%
CSF/Cairan Otak
 CSF : ultrafiltrasi plasma & proses
pembtkan aktif dr pleksus choroideus.
 Pem CSF bertujuan : mengetahui peny/kel
pd SSP.
 CSF diperoleh dgn LP yg dilakukan pd
L4–L5 krn daerah ini lbh kecil kemgknan
terjadi trauma pd sistem saraf.
 Pem CSF meliputi : adanya darah, bakteri,
& sel2 ganas, juga jlh glukosa & prot.
 Prosedur LP :
1. Pasien ditptkan dgn posisi lateral decubitus (fetal) spt
gbr.
2. Pasien disuruh menekuk lengan pd lutut utk
mempertahankan posisi. Posisi duduk jg dpt
dilakukan.
3. Anastesi lokal dilakukan pd kulit & jar subkutan setelah
lokasi LP dibersihkan secara aseptik.
4. Jarum spinal yg mengandung inner obturator
dimasukkan melalui kulit & kedlm sal spinal.
5. Rongga subarachnoid dimasuki.
6. Obturator dikeluarkan & CSF dpt terlihat mengalir
secara perlahan dari jarum.
7. Jarum dilekatkan pd manometer steril & dicatat
tekanannya.(tek terbuka)
8. Sebelum pembacaan tek dilakukan, pasien disuruh
relaks & merapatkan kaki utk mengurangi tek intra
abdominal yg dpt menyebabkan peningkatan tek CSF.
9. 3 tabung steril diisi dgn CSF sebanyak 5 – 10ml.
10. Tek diukur ( tek tertutup).
Cat : jika terjadi sumbatan pd sirkulasi CSF di
rongga subarachnoid disangkakan, tes
Queckenstedt-Stookey dpt dilakukan.
 Kontraindikasi :
1. Pasien dgn peningkatan tek intrakranial : LP
dpt menginduksi herniasi serebral atau
serebellar melalui foramen magna.
2. Pasien yg menderita kel sendi vertebral
degeneratif yg berat : sulit utk memasukkan
jarum melalui rongga interspinal arthritic yg
degenerasi.
3. Pasien dgn infeksi disekitar lokasi LP :
kontaminasi CSF.
 Komplikasi :
1. Kebocoran CSF persisten yg menyebabkan sakit
kepala yg hebat.
2. Masuknya bakteri kedlm CSF yg menyebabkan
meningitis supuratif.
3. Herniasi otak melalui tentorium cerebelli atau herniasi
cerebellum melalui foramen magna. Pd pasien dgn
peningkatan tek intrakranial, penurunan tek yg cepat di
column spinal oleh LP dpt menginduksi herniasi otak,
yg menyebabkan kompresi batang otak. Hal ini dpt
memperburuk status neurologi pasien & kematian.
4. Punksi aorta atau vena cava, yg menyebabkan
perdarahan retroperitoneal yg serius.
5. Sakit punggung transien & sakit atau paresthesia di
kaki.
6. Punksi spinal cord yg kurang hati2, yg disebabkan
punksi spinal cord yg tdk tepat tingginya.
 CSF yg diperoleh ditptkan dlm 3 tabung steril.
 Tabung I menampung tetesan yg pertama keluar
dr jarum punksi  tdk dipakai sbg bahan pem.
 Tabung II menampung 2-4 ml CSF  utk bahan
pem
 Tabung III = tabung II  utk pem bakteriologik.
 Bila CSF keruh, kekuningan atau bercampur
darah  tambahkan antikoagulan Na sitrat 20%
sebanyak 0,01 ml/ ml CSF.
 Pem hrs segera dilakukan (< ½ jam)
1. Tekanan
 Tekanan CSF berhub lgsg dgn tek pd vena
jugularis & vertebralis yg menghubkan dgn sinus
intrakranial & spinal.
 Cara : lekatkan manometer steril pd jarum yg
dipakai utk LP & lakukan pengukuran.
 Tek > 200 cm H2O : abnormal.
 Pd kondisi2 spt CHF atau obstruksi vena cava
sup : tek CSF me↑,sedangkan pd kolaps
sirkulasi : tek CSF me↓.
 Pengukuran tek CSF dilakukan : utk mendeteksi
kel aliran CSF atau utk me↓kan tek CSF dgn
mengeluarkan sedikit CSF. (10-20 ml)
 Tek CSF me↑ :
- tumor intrakranial
- meningitis
- CHF
- syndroma vena cava sup
- perdarahan subarachnoid
- edema cerebral
- trombosis vena
 Tek CSF me↓ :
- kolaps sirkulasi
- dehidrasi berat
- hiperosmolalitas
- kebocoran cairan spinal
- sumbatan spinal - subarachnoid
2. Warna
 CSF N tdk berwarna.
 Warna kemerahan menandakan adanya darah yg
dpt terjadi krn perdarahan sub arachnoid,
intraserebral, infark otak atau akibat trauma
punksi.
 Darah krn trauma punksi dpt dibedakan dgn
makin berkurangnya darah pd tabung berikutnya
& darah akan membeku.
3. Kejernihan
 CSF N jernih.
 Kekeruhan dijumpai pd peningkatan jlh lekosit.
 Pleositosis tanpa kekeruhan dijumpai pd
meningitis tuberkulosis, meningitis sifilis,
ensefalitis atau poliomielitis.
 Pd meningitis purulenta CSF sgt keru.
4. Bekuan
 CSF N tdk ada bekuan.
 Bekuan dinilai sifatnya berupa halus, berkeping,
berserat, berupa selaput kasar.
 Bekuan terdapat pd sindroma Froin (kadar prot
tinggi, xanthokrom, pleositosis limfositik).
5. Jumlah sel
 Cara : Hisap cairan Turk s/d grs 1 (bila CSF
jernih), s/d grs 0,5 (bila CSF keruh) dgn pipet
lekosit, lalu hisap cairan otak s/d grs 11.Kocok
pipet lalu buang 3 tetes. Isi kamar hitung &
biarkan selama 5 menit. Hitung semua sel lekosit
dlm seluruh bidang kamar hitung dgn
pembesaran 10x.
 Jumlah sel/μl = jlh sel yg dihitung : 3 (utk CSF
jernih), x 100/16 (utk CSF keruh).
 Pleositosis ringan < 200 sel/μl didpt pd
poliomielitis, ensefalitis, meningitis tuberkulosis,
atau meningitis sifilis.
 Pleositosis > 500 sel/μl dijumpai pd meningitis
purulenta.
6. Hitung jenis lekosit
 Cara : CSF diputar dgn kecepatan 1500 – 2000
rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang &
sedimen dipakai utk membuat sediaan apus &
biarkan kering. Warnai dgn pewarnaan Wright.
Hitung jlh sel mononuklear (limfosit, monosit) &
sel polinuklear (neutrofil) dlm 100 sel.
 Pd infeksi ringan atau kronis : sel yg meningkat
adalah limfosit ( meningitis tuberkulosis, sifilis).
 Pd infeksi berat atau akut : yg meningkat
neutrofil segmen.
7. Protein
a. Cara kwalitatif
A1. Tes Pandy : 1 ml reagen Pandy ditambah 1
tetes CSF, campur & dilihat kekeruhannya.
Normal : tdk ada kekeruhan.
A2. Tes Nonne : 1 ml reagen Nonne dimasukkan
dlm tabung reaksi. Dgn hati2 masukkan 1 ml
CSF dlm tabung dgn cara mengalirkan melalui
pinggir tabung shg membtk 2 lapisan. Biarkan
selama 3 menit. Lihat ada tdknya kekeruhan pd
perbatasan kedua lapisan.
Normal : tdk ada kekeruhan.
b. Cara kwantitatif
Pem prot menggunakan alat otomatis.
 Normal kadar prot 15 – 45 mg/dl CSF
 Kadar prot CSF me↑ pd pasien yg
mengalami infeksi atau inflamasi spt
meningitis, ensefalitis, atau mielitis, juga
tumor pd otak.
 Elektroforesis prot CSF penting dlm
mendeteksi multiple sclerosis.
 Normal : γ globulin < 12 % dari total prot.
 Rasio albumin/globulin > pd CSF drpd
darah, krn albumin ukurannya lbh kecil shg
dpt melewati blood brain barrier.
 Peningkatan fraksi globulin CSF dijumpai
pd multiple sclerosis, neurosyphilis, peny
autoimun pd SSP.
8. Glukosa
 Cara pem dgn alat otomatis.
 Normal kadar glukosa : 60 – 70% dr kadar glukosa
plasma.
 Glukosa darah diambil min 30 menit sebelum
pengambilan CSF.
 Kadar glukosa me↓ bila terjadi peningkatan jlh sel dlm
CSF yg menggunakan glukosa yaitu sel2 inflamasi, sel2
bakterial atau sel2 tumor.
 Kadar glukosa CSF < 60% kadar glukosa darah
menandakan meningitis atau neoplasma.
9. Elektrolit
 Cara pem dgn alat otomatis.
 Normal kadar Na = kadar Na plasma
kadar K < kardar K plasma
kadar Cl > kadar Cl plasma
 Kadar Cl dlm CSF me↑ pd meningitis tuberkulosis,
infeksi pd meningeal, & kondisi2 kadar Cl darah rendah.
 Peningkatan kadar Cl CSF tdk bermakna secara
neurologis.
10. LDH
 Cara pem dgn alat otomatis.
 Pem kadar LDH CSF berguna dlm menD/ meningitis
bakterial, krn sumber LDH adalah neutrofil yg melawan
invasi bakteri.
 Bila kadar LDH meningkat : disangkakan adanya infeksi
atau inflamasi.
11. Asam laktat
 Peningkatan asam laktat menandakan metab anaerob yg
berhub dgn penurunan oksigenasi otak.
 Asam laktat CSF me↑ pd meningitis bakterial & fungal,
tetapi tdk pd meningitis viral.
 Asam laktat jg meningkat bila glukosa CSF sgt rendah
atau lekosit CSF meningkat.
12. Glutamine
 Glutamine dlm CSF berguna utk mendeteksi &
mengevaluasi hepatic encephalopathy & coma.
 Kadar glutamine sering meningkat pd pasien dgn Reye’s
syndrome.
13. Bakteriologi
 Buat sediaan apus dari sedimen CSF lalu diwarnai dgn
pewarnaan Gram, pewarnaan Ziehl Nielsen utk BTA.
 Biakan & tes resistensi juga dpt dilakukan utk
mengetahui organisme penyebab & terapi antibiotika yg
tepat.
14. Serologi
 Sifilis latent didiagnosa dgn melakukan tes serologi yg
meliputi VDRL (Venereal Disease Research Laboratory)
& FTA (Fluorescent Treponemal Ab).
 Tes FTA lbh sensitif & spesifik.
 Bila tes (+) : diagnosa neurosyphilis ditegakkan & terapi
spesifik diberikan.
Nilai Normal CSF

Jenis Pemeriksaan Nilai Normal


Warna Tdk berwarna
Kejernihan Jernih
Sedimen Tidak ada
Bekuan Tidak ada
Jumlah Leukosit
Dewasa 0 – 5 sel/μl
Anak < 1thn 0 – 30 sel/μl
Anak 1 – 4 thn 0 – 20 sel/μl
Anak 5 – pubertas 0 – 10 sel/μl
Hitung Jenis Limfosit Monosit Neutrofil
Dewasa 40 – 80% 15 – 45% 0 – 6%
Neonatus 5 – 35% 50 - 90% 0 – 8%
Nilai Normal CSF

Jenis Pemeriksaan Nilai Normal


Total Protein 15 – 45 mg/dl
Albumin 10 – 30 mg/dl
Ig G 0,7 – 4,0 mg/dl
Glukosa 50 – 80 mg/dl
Na 135 – 160 meq/l
K 2,6 – 3,0 meq/l
Cl 115 – 130 meq/l
LDH 0 – 25 U/l
Asam Laktat 10 – 25 mg/dl
Glutamine 6 – 15 mg/dl
Pemeriksaan TBC cara Rapid
 Menggunakan Ag khusus yg telah
dipatenkan
 Dapat mendeteksi Ig G, Ig A & Ig M
 Sampel dpt dipakai WB, serum, atau
plasma
 Sensitivitasnya 350 mU/ml
 Pengerjaannya mudah & hasil cepat
diperoleh
 Stabil dlm suhu kamar

You might also like