You are on page 1of 48

KARIes

KELOMPOK 3

Fasilitator : drg. Shelly Lelyana, Sp.PM


TERMINOLOGI

Rabecka Sinta
1690014
• Karies adalah penyakit yang menyebabkan
demineralisasi dan kerusakan pada jaringan
terkalsifikasi pada gigi akibat aktivitas mikroba.

• Antidepresant merupakan suatu obat yang


digunakan untuk mengurangi gejala depresi.
(misalnya fluoxetine)
• Kalkulus: terdiri atas
deposit plak
termineralisasi yang
keras dan melekat pada
gigi.

• Alveolar crest
merupakan bagian
tertinggi dari tulang
maksila dan mandibula
yang mendukung soket
gigi.
• Radiolusen: lolosnya
sebagian sinar-x, pada
radiograf daerah
radiolusen akan tampak
lebih gelap dari daerah
• Radiografi adalah radioopak.
pemeriksaan yang
mengacu pada
pemeriksaan bagian
tubuh manapun untuk
tujuan diagnostik
dengan cara x-ray.
• Karies media: kerusakan telah mencapai dentin,
namun belum melebihi setengah ketebalan
dentin/belum mendekati pulpa.

• Plak: deposit lunak yang terbentuk pada permukaan


gigi, merupakan penyebab dari karies yang terdiri
dari sisa makanan, mucin dan epitel yang mati.
Definisi & Etiologi Karies

Saras Rahmawati
Monica giam
Definisi Karies

• Penyakit akibat infeksi mikrobiologi


pada gigi yang menyebabkan
Sturdevant pelarutan dan penghancuran jaringan
kalsifikasi terlokalisasi

• Proses yang mungkin terjadi pada


setiap permukaan gigi di rongga mulut
Pickard dimana microbial biofilm (plak gigi)
dibiarkan berkembang dalam jangka
waktu tertentu
• Karies gigi adalah proses penyakit
yang mengakibatkan demineralisasi
Qualtrough jaringan keras gigi akibat aktivitas
mikroba
Etiologi Karies

Gigi Bakteri Makanan

Waktu Faktor lain


Gigi
• Anatomi gigi
• Fisur yang dalam pada gigi
• Daerah yang sering terselip sisa makanan
• Komposisi mineral pada struktur gigi
• Permukaan sekitar gigi(mesial&distal) yang
kurang akses saat pembersian mulut
Bakteri
• Streptococcus mutans
• Lactobacillus & Bifidobacteria
Makanan
• Isi dari makanan yang menghasilkan energy ->
berpengaruuh pada masa praerupsi serta
pasca erupsi gigi geligi
• Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan.
• Bakteri plak mampu memetabolisme
karbohidrat diet tertentu yang menghasilkan
berbagai asam organik di permukaan gigi .
Waktu
• Lamanya gigi terpapar oleh lingkungan yang
kariogenik dapat mempengaruhi
perkembangan karies
• Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam
Faktor Lain
• Dapat membantu proses pembersihan
mekanis di dalam rongga mulut
• Memiliki efek buffer
• Mengandung ion kalsium dan fosfat yang
dapat membantu meningkatkan proses
remineralisasi
Mekanisme Karies

Anindya claudia kartika


Varin aulia helmika
Mekanisme

Memproduksi
Bakteri Fermentasi asam

Demineralisasi pH menurun
Mekanisme
• Penurunan pH dihasilkan dari metabolisme
plak.
• Namun hanya s. mutans dan laktobasilus yang
dapat menurunkan pH sampai 5.5 dalam
waktu 20-50 menit  demineralisasi.
Mekanisme
• Sukrosa yang terpapar plak yang bersifat
kariogenik akan dengan cepat termetabolisme
membentuk asam organic.
• Asam organic (asam laktat primer) 
penurunan pH.
• Penurunan pH tidak cukup menyebabkan
perubahan mineral pada permukaan gigi
tetapi diperlukan waktu yang cukup untuk
demineralisasi.
• Lesi awal karies hanya berbatas pada email  karies
insipient yang berwarna chalky white
• Kavitas akan terbentuk  demineralisasi dibawah
permukaan gigi  struktur gigi kolaps
• Peningkatan demineralisasi  email lemah, lalu
hancur  kavitas lebih protektif dan retentive
terhadap plak kariogenik.
Tanda dan Gejala Karies

Nabila Aini
Tanda dan Gejala Karies
Tanda awal → white spot (chalky
white), menandakan adanya
demineralisasi, dapat kembali
ke asal (reversibel)

Apabila sudah berlubang → struktur yang rusak tidak


dapat kembali dan daerah yang terkena akan berubah
warna dan menjadi lunak ketika disentuh.

Fajerskov. O Edwina.A. M. 2006. Dental Caries The Disease and its Clinical Management. USA : Blackwell\
Tanda dan Gejala Karies
Pasien merasakan:
• 'lubang pada gigi' dengan lidah
• Perubahan warna coklat atau hitam
• Rongga dapat dilihat
• Rasa sakit yang terus-menerus
Karies pada dentin, tidak selalu terasa nyeri, tapi
terkadang hadir sebagai rasa nyeri ringan dengan
konsumsi makanan/minuman manis atau dengan
panas atau dingin.

Pickard HM. 2003. Pickard’s Manual of Operative Dentistry . 8th ed. New York : Oxford.
Tanda dan Gejala Karies
Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan
akan terasa nyeri, pulpitis (sakit gigi), akhir
perkembangan lesi karies ketika karies sangat dekat
dengan pulpa /benar-benar pada pulpa.

Pulpitis kronis → mungkin tidak menimbulkan


gejala atau hanya menghasilkan gejala ringan.
Pulpitis akut→ sangat menyakitkan dipicu oleh
rangsangan panas dan dingin, tidak
terlokalisasi.
Pickard HM. 2003. Pickard’s Manual of Operative Dentistry . 8th ed. New York : Oxford.
saliva sebagai agen
antikaries alamiah
Medeline M. C. Walukow
Indra Wahyu .T.S
Saliva
• Pentingnya saliva dalam pemeliharaan kesehatan rongga mulut
dapat dilihat secara nyata dengan mengamati perubahan
kesehatan rongga mulut setelah perawatan dengan radiasi pada
kepala dan leher.
• Setelah radiasi kelenjar saliva menjadi fibrotik dan menghasilkan
sedikit atau tanpa mengeluarkan saliva, yang mengakibatkan
pasien mulutnya sangat kering yang disebut xerostomia
• Pasien seperti ini mungkin mengalami kehancuran gigi secara
total hanya dalam beberapa bulan setelah perawatan dengan
radiasi.
Bacterial clearance
• Sekresi dari kelenjar saliva pada mulut membentuk saliva yang utuh
atau campuran. Jumlah saliva yang disekresi sangat bervariasi dari
waktu ke waktu. Saat disekresikan, saliva tetap di dalam mulut
dalam waktu singkat sebelum ditelan. Tingkat sekresi air liur
memiliki kaitan dengan kerentanan karies dan pembentukan
kalkulus.

• Orang dewasa menghasilkan 1 – 1.5 L saliva dalam sehari dan


sangat sedikit terjadi pada saat tidur. Efek pembilasan aliran saliva
ini cukup menghilangkan mikroorganisme yang tidak menempel
pada permukaan gigi. Pembilasan paling efektif selama
pengunyahan atau stimulasi rongga mulut, keduanya menghasilkan
jumlah yang besar pada saliva. Jumlah saliva yang banyak juga
dapat mengencerkan dan menetralkan asam biofilm.
Aktivitas antibakterial secara langsung

• Lysozyme, lactoperoxidase, lactoferin, dan aglutinin


memiliki aktivitas antibakteri. Protein salivary bukan
merupakan bagian dari sistem imun tetapi merupakan
bagian dari skema keseluruhan proteksi untuk membran
mukosa yang terjadi sebagai tambahan kontrol
imunologis.

• Protein pelindung ini hadir secara terus menerus,


memiliki sprektrum aktivitas yang luas, dan tidak
memiliki “memori” dalam mekanisme imunologis.
• Flora normal rongga mulut resisten terhadap mekanisme
antibakteri. Meskipun protein antibakteri pada saliva
memainkan peranan penting dalam proteksi jaringan lunak
pada kavitas oral dari infeksi oleh patogen, namun efeknya
sedikit terjadi pada karies karena kadar protein antibakteri
serupa dapat ditemukan pada inividu yang karies aktif dan
bebas karies.

• Diperkirakan bahwa kerentanan karies pada individu sehat


tidak terkait dengan komposisi air liur. Individu dengan
penurunan produksi saliva karena penyakit, pengobatan
atau radiasi dapat memiliki kerentanan karies yang jauh
lebih tinggi.
Kapasitas buffer
• Volume dan kapasitas buffer saliva yang tersedia pada permukaan gigi
memiliki peran utama dalam perlidungan karies.

• Kapasitas buffer saliva ditentukan terutama oleh konsentrasi ion


bikarbonat. Kapasitas buffer dapat diperkirakan dengan teknik tirtasi.

• Saliva mengandung molekul yang berkontribusi terhadap peningkatan pH


biofilm.

• Hal ini termasuk urea dan sialin, yang merupakan suatu tetrapeptida
yang mengandung lisin dan arginine. Hirolisis salah satu senyawa dasar
yang menghasilkan produksi ammonia yang menyebabkan peningkatan
pH.

• Karena saliva ini sangat penting dalam mengontrol flora oral dan
kandungan mineral gigi, pengujian saliva harus dilakukan pada pasien
dengan aktivitas karies tinggi dan juga dapat digunakan untuk pengujian
bakteriologis
Reminerasilsasi
• Saliva dan cairan biofilm ditambah ion kalsium dan fosfat,
tanpa control untuk pengendapan ion ini gigi akan menjadi
penuh dengan endapan mineral.
• Saliva mengandung statherin, kaya proline peptide yang
menstabilsasi ion kalsium dan fosfat dan mencegah
deposit yang berlebihan ion tersebut pada gigi.
• Keadaan supersaturated (konsentrasi yang tinggi) saliva
menyediakan kesempatan untuk remineralisasi enamel dan
dapat melindungi gigi pada kondisi kariogenik.
Obat-obatan yang dapat
menyebabkan hiposalivasi
Lydia Gabriella
Agustine Hakim
Antispasmodic
• Obat yang mengurangi atau mencegah spasme otot
(biasanya otot polos)
• Contoh : Belladona Alkaloids
Antidepressant
• Obat yang digunakan untuk mengurangi rasa depresi mental
• Contoh : Amitriptyline

Antipsychotic
• Obat obatan yang digunakan untuk penyakit psikis seperti
schizoprhenia
• Contoh : Chlorphromazine
Skeletal muscle relaxant
• Obat untuk merelaksasi otot skeletal
• Contoh : cyclobenzaprine

Parkinsonian
• Obat untuk mengobati penyakit parkinson
• Contoh : Benztropine

Arrythmia Medications
• Obat untuk menekan rhythm abnormal dari jantung (cardiac
arrythmia)
• Contoh : Disopyramide

Antihistamine
• Obat yang menghambat efek fisiologis dari histamin, biasanya untuk
mengobati alergi
• Contoh : Chlorpheniramine
Appetite • Mencegah/ menurunkan napsu makan
( diet pills )
Depressant • Contoh : Phentermine

• Secara klinis untuk mengontrol kejang/


Anticonvulsant seizures dari epilepsy
• Contoh : Gabapentin -> gangguan tidur

• Obat anti cemas


Anxiolytic
• Contoh : Alprazolam
• Menurunkan mortalitas, mordibitas
Antihypertensive renal & kardiovaskuler
• Contoh : Atenolol (beta-blocker)

• Menurunkan tekanan darah


Diuretic • Contoh : Hydrochlorothiazide

Miscellaneous • Contoh : Isotretinoin


Interaksi Sinar-X dengan
Objek
Eliza Madyanty
Kenny Samuel F
Ronaldo Putra
pencitraan di bidang kedokteran gigi, sinar X menembus
wajah pasien berinteraksi dengan jaringan keras dan jaringan
lunak, dan mencapai sensor digital atau film. Berkas sinar
tersebut mengandung foton dari berbagai energi, namun
bersifat homogen spasial.

Berkas sinar yang keluar memiliki intensitas yang uniform.


Ketika sinar melewati pasien, intensitasnya berkurang
(atenuasi). Atenuasi ini hasil dari absorpsi foton-foton pada
sinar oleh atom-atom pada jaringan atau oleh foton-foton
pada berkas sinar yang tersebar.
Dalam interaksi penyerapan, foton mengionisasi atom absorber (yang dapat
menyerap foton), mengubah energynya menjadi energi kinetic pada
elektron yang dikeluarkan, lalu foton-foton tersebut berhenti. Dalam
interaksi penyebaran, foton juga berinteraksi dengan atom absorber namun
kemudian bergerak ke arah yang lain.

Frekuensi interaksi ini tergantung pada jenis jaringan yang


terpapar (contohnya jaringan lunak vs tulang). Tulang lebih
cenderung menyerap foton-foton pada sinar X, sedangkan jaringan
lunak lebih membiarkan sinar X melewatinya.
Walaupun sinar yang menghantam pasien bersifat spasial
homogeny, sinar yang tersisa (sinar yang teredam oleh pasien)
bersifat spasial heterogen karena perbedaan absoprsi oleh
struktur anatomi yang dilewati. Perbedaan paparan pada film
atau sensor digital membentuk gambaran radiografis.
Coherent Scattering

• Coherent Scattering (juga dikenal sebagai


classical, elastis, atau Thompson) dapat terjadi
saat foton kejadian berenergi rendah (<10 keV)
lewat di dekat elektron terluar sebuah atom
(yang memiliki energi pengikatan rendah).
• Foton yang datang menyebabkan tereksitasi
sementara pada frekuensi yang sama ketika
foton datang. Foton yang datang lalu berhenti.
• Atom yang tereksitasi secara cepat kembali ke
awal dan menghasilkan foton sinar X yang lain
dengan frekuensi yang sama (energi) dengan
foton yang datang.
• Penyebaran koheren sedikit mempengaruhi
bayangan seperti kabut pada film karena
jumlahnya total dari foton yang tersebar kecil
dan tingkat energinya terlalu rendah sehingga
sebagian besar mencapai film.
Photoelectric Absorption
• Photoelectric absorption sangat penting pada
pencitraan diagnostik. Proses ini terjadi ketika
foton berinteraksi dengan elektron di orbital
bagian dalam dari atom pada pasien. Foton
tersebut melempar elektron dari orbital
bagian dalam menjadi elektron yang
terlempar (Photoelectron)
Photoelectric Absorption
• Energi kinetik yang diberikan kepada elektron
yang terlempar adalah sama dengan energi
foton dikurangi energyi yang mengikat
elektron.
• Sekitar 27% interaksi pada pemaparan sinar X
di kedokteran gigi melibatkan photoelectric
absorption.
Compton scattering
• Compton scattering terjadi ketika foton
(partikel cahaya) berinteraksi dengan elektron
di orbit terluar.
• Compton scattering menghasilkan kehilangan
sebuah elektron dan ionisasi dari atom yang
dapat mengabsorpsi.
• Foton-foton yang menyebar meneruskan jalur
baru menyebabkan ionisasi lanjutan dan
eksitasi pada pasien. Elektron yang terlempar
juga memberikan energi dengan mengionisasi
atom yang lain.

You might also like