You are on page 1of 23

KASUS FRAUD PT.

Kimia Farma Tbk 2001

Kelompok 9

Divla A. C. Faah (1810020062)


Alan D. Tameon (1810020059)
CONTENTS
01 Sejarah Kimia Farma 04 Pihak – Pihak Yang Terlibat

02 Gambaran Kasus 04 Sebab dan Akibat

03 Kronologis 04 Penyelesaian Kasus

04 Pembahasan Kelompok
Sejarah Kimia Farma
Kimia Farma adalah perusahaan industri pertama di indonesia
yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1817.
Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien
Handle Rathkamp & Co

Pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan


peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF
(Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma.

Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum


PNF diubah menjadi PT sehingga nama perusahaan berubah
menjadi PT Kimia Farma (Persero)
Gambaran Kasus
tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan
adanya 
laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit
oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan
tetapi, Kementerian
BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu
besar dan mengandung unsur rekayasa.
Sehingga KAP yang mengaudit diminta untuk melakukan audit
ulang. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan
keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena
telah ditemukan kesalahan Pembahasan Dari Sisi Akuntan Publik
cukup mendasar.
Kronologis

LK per 31 Desember Kementiran BUMN Audit Ulang


2001 dan BAPEAM (OJK) Pada 3 Oktober 2002
Manajemen PT Kimia Menilai bahwa laba laporan keuangan Kimia
Farma Tbk melaporkan bersih tersebut terlalu Farma 2001 disajikann
laba bersih seesar Rp. besar dan mengandung kembali (restated)
132 M dan telah diaudit unsur rekayasa. dengan keuntungan
oleh KAP HTM hanya sebesar Rp 99,56
M atau lebih rendah
24,7%
Kronologis

Direktur produksi menerbitkan dua buah daftar harga persediaan pada tanggal 1 3 Febuari
2002. Daftar harga per 3 febuari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan pdasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.

•Overstated penjualan sebesar Rp 2,7 M pada unit Industri Bahan Baku


•Overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 M pada unit Logistik Sentral
•Overstated persediaan sebesar Rp 8,1 M pada unit Perdagangan Besar Farmasi
•Overstated penjualan sebesar Rp 10,7 M
Pihak – Pihak Yang
Terlibat

01. 02. 03. 04.

Direktur Utama PT Pimpinan Kepala Biro Kantor Akuntan


Kimia Farma Tbk, Bapepam, Hukum Publik HTM
Gunawan Pranoto Herwidayatmo Bapepam,
Robinson
Simbolon
Penyebab
Direksi lama PT Kimia Farma memiliki tendensi untuk meningkatkan laba
perusahaan dengan praktik yang tidak sehat dan melanggar peraturan (mark up) dan
Lalainya pihak auditor dalam mendeteksi terjadinya kecurangan dan rekayasa dalam
LK
PT Kimia Farma.

Akibat
LK PT Kimia Farma Tbk tahun 2001 overstated,
Pemakai laporan keuangan tidak menerima
informasi yang fair, Citra dan reputasi auditor
menurun, Pemegang saham PT Kimia Farma secara
aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM
sebagai akuntan publik
Penyelesaian Kasus
Sesuai pasal 5 Huruf n Undang – Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:

01 02

Direksi Lama PT Kimia farma Sdr. Ludovicus Sensi W , rekan


periode 1998 – 2002 diwajibkan KAP HTM selaku auditor PT
membayar sejumlah Rp 1 M untuk Kimia Farma diwajibkan
disetor ke kas negara, karena membayar sejumlah Rp 1 M ke
melakukan penggelembungan atas kas negara, karena atas risiko audit
LK 2001 yang gagal mendeteksi adanya
penggelembungan laba tersebut.
Pembahasan kelompok

Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah


pada pelaksanaan audit oleh KAP HTM selaku badan
independen, kesepakatan dan kerjasama dengan
klien (PT Kimia Farma Tbk.) dan pemberian opini atas
laporan keuangan klien.
Pembahasan kelompok

KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan


dihentikannya jasa audit mereka. Hal ini terjadi bukan
karena kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu
melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan
keuangan, tetapi lebih karena kesalahan manajemen Kimia
Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan
penggelembungan nilai persediaan.
Pembahasan kelompok

Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko


inheren dari dijalankannya suatu tugas audit. Sedari
awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa
kemungkinan besar akan ada risiko manipulasi
seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat
KAP HTM adalah KAP yang telah berdiri cukup lama.
Pembahasan kelompok

Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata


pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM
harus menghadapi konsekuensi risiko seperti
hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan
kemampuan HTM, penurunan pendapatan jasa audit,
hingga yang terburuk adalah kemungkinan di
tutupnya Kantor Akuntan Publik tersebut.
Pembahasan kelompok

Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP


HTM ini cenderung pada kemungkinan dilakukannya
kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam
manipulasi laporan keuangan. Walaupun secara fakta KAP
HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus
manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.
Pembahasan kelompok

kasus tersebut juga telah melakukan penyimpangan


terhadap Teori etika profesi yakni Teori Agensi dan
Manajemen Laba. Pertama, Teori Agensi dapat
dipandang sebagai suatu versi dari game theory
(Mursalim, 2005)
Pembahasan kelompok

Delegasi Tanggung Jawab

Amanah

Principal Agent
SESUAI KONTRAK KERJA
Pembahasan kelompok

Kontrak kerja bertujuan


untuk principal dan
agent dapat
memaksimalkan utility
masing - masing

Principal Agent
Pembahasan kelompok

<
informasi
Principal Sehingga terjadi Agent
Asimetry Information
Pembahasan kelompok
Asimetry information merupakan suatu kondisi
dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara
pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper)
dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada
umumnya sebagai pengguna informasi
(user).
Karena manajer lebih superior dalam menguasai
informasi dibanding pihak lain (pemilik atau
pemegang saham), maka memberikan kesempatan
kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu
memperoleh keuntungan pribadi.
Pembahasan kelompok
Manajemen Laba merupakan suatu intervensi dengan
maksud tertentu terhadap proses pelaporan
keuangan eksternal dengan sengaja untuk
memperoleh beberapa keuntungan pribadi.

Menurut Watts dan Zimmerman (tahun 1986),


ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya
manajemen laba.
Pembahasan kelompok
Manajemen Laba merupakan suatu intervensi dengan
maksud tertentu terhadap proses pelaporan
keuangan eksternal dengan sengaja untuk
memperoleh beberapa keuntungan pribadi.

Menurut Watts dan Zimmerman (tahun 1986),


ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya
manajemen laba.
Pembahasan kelompok
Teori akuntansi positif (Positif Accounting Theory)

mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba, yaitu:

(1) hipotesis program bonus

(2) hipotesis perjanjian hutang

(3) hipotesis biaya politik


Thanks!

You might also like