You are on page 1of 10

KONSEPSI

KEKUASAAN

Dr. Abdul Gaffar Karim, MA


AAGN Ari Dwipayana, SIP, MSc
M. Adhi Ikhsanto, SIP, MiOP
Wawan Mas’udi, SIP, MPA
GINEOLOGI KEKUASAAN
 Kata kekuasaan atau power, secara gineologis, berasal dari
bahasa latin potere yang dapat dibingkai dalam pengertian
mampu.
 Dalam perkembangannya power acap kali dihubungkan dengan
dominasi yang berasal dari kata dominium. Secara harfiah,
dominium sering diartikan sebagai penguasaan yang bersifat
patriakhi di dalam domain rumah tangga. Selain itu, kata
kekuasaan juga dihubungkan dengan otoritas.
 Merujuk pada penjelasan Jefrey Isaac, dalam kajian kali ini,
kata kekuasaan lebih diartikan sebagai kapasitas untuk
bertindak, sehingga pengertian kekuasaan di sini dapat
diperlakukan sebagai genus bagi dominasi dan otoritas yang
dipandang sebagai spesies.
MODEL KEKUASAAN
 Secara umum, dalam analisis politik modern,
terdapat empat model utama dalam melihat
kekuasaan, yaitu:
1. Model voluntaris yang berakar pada tradisi teori
kontrak sosial dan secara metodologis
bersinggungan dengan pemikiran individualism.
2. Model hermeneutik yang berakar pada tradisi
fenomenologi Jerman.
3. Model strukturalis yang berakar pada pemikiran
Marx.
4. Model pos modernisme yang berakar pada tradisi
pemikiran Michel Foucault dan feminisme.
MODEL VOLUNTARIS
 Hampir sebagian besar pemikiran voluntaris,
menempatkan rational choice sebagai instrumen
untuk mendekati kekuasaan.
 Model voluntaris biasanya merujuk pemikiran Robert
Dahl dalam melihat kekuasaan. Dahl membingkai
kekuasaan sebagai sebuah kapasitas untuk
mempengaruhi orang lain untuk melakukan apa yang
diinginkannya.
 Model voluntaris juga dipengaruhi dengan dengan
analogi Newtonian yang menempatkan kekuasaan
sebagai stimulus dari sebuah tindakan.
MODEL HERMENEUTIK
 Hermeneutik adalah studi tentang
pemaknaan.
 Dalam studi hermeneutik, kekuasaan
dipandang sebagai hasil dari kemenangan
atas pertarungan pemaknaan dalam
komunitas sosial.
 Studi hermeneutik cenderung memfokuskan
diri pada norma dan simbol yang bervariasi
yang membentuk rasionalitas parktis dari
agen sosial.
MODEL STRUKTURALIS
 Berbasiskan pada pemikiran Marx tentang kelas.
 Kelas sosial, oleh Lenin, didefinisikan sebagai golongan sosial
dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi
tertentu dalam proses produksi.
 Adapun Marx, mengidentifikasikan kelas sosial sebagai:
 Gejala khas masyarakat pasca feodal.
 Kelas, secara epistemik, bisa diterima jika bukan hanya “secara
obyektif” merupakan golongan sosial dengan kepentingan
tersendiri, melainkan juga “secara subyektif” menyadari diri
sebagai kelas, sebagai golongan khusus dalam masyarakat
yang mempunyai kepentingan-kepentingan spesifik serta mau
memperjuangkannya.
MODEL STRUKTURALIS
 Pada dasarnya, Karl Marx membagi kelas
dalam tiga kategori, yaitu:
 Kaum buruhmereka yang hidup dari upah.
 Kaum pemilik modalmereka yang hidup
dari laba.
 Kaum pemilik tanahmereka yang hidup dari
rente tanah.
MODEL STRUKTURALIS
 Setiap kelas bertindak sesuai dengan
kepentingannya dan kepentingannya ditentukan oleh
situasi yang obyektif.
 Pengaruh struktural mempunyai peran sentral
dibandingkan segi kesadaran dan moralitas dari
manusia.
 Kepentingan borjuis dan proletar senantiasa
bertentangan, sehingga mereka akan mengambil
sikap dasar yang berbeda terhadap perubahan
sosial. Borjuis cenderung konservatif, sedangkan
proletar cenderung revolusioner.
MODEL POS MODERNISME
 Pandangan kaum feminis, sebagai bagian
dari postmodernisme, tentang kekuasaan
menyatakan bahwa konsep kekuasaan yang
selama ini ada hanya didasarkan pada
pengalaman&epistemologi laki-laki i.e
maskulinitas.
 Rekonseptualisasi pemahaman tentang
kekuasaan, menurut kaum feminis, harus
juga memasukkan wilayah-wilayah
epistemologis feminim yang selama ini
diabaikan.
MODEL POS MODERNISME
 Lebih lanjut, Foucault melihat kekuasaan
sebagai sesuatu yang dibangun oleh struktur
atau ‘diskursus’ tertentu, dan melihat bahwa
kekuasaan memiliki dimensi positif dan
negatif.
 Foucault percaya bahwa agen-agen sosial
muncul dan beroperasi dalam berbagai relasi
kekuasaan di mana mereka berpartisipasi,
dan setiap ‘resistensi’ terhadap kekuasaan
yang muncul selalu berada dalam batasan-
batasan struktur dari mana mereka muncul.

You might also like