Professional Documents
Culture Documents
Jourding THT Syifa
Jourding THT Syifa
Jourding THT Syifa
RSUD Sragen
Identitas Jurnal
Post-operative sore throat (POST) adalah komplikasi umum setelah prosedur anestesi umum
intubasi endotrakeal (general endotracheal anesthesia (GETA))
Banyak kasus POST sembuh secara spontan dalam hitungan hari dan hanya sedikit yang
memerlukan intervensi dalam bentuk pengobatan
Meskipun dianggap sebagai komplikasi kecil, gangguan fisik yang signifikan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pasien secara keseluruhan pasca operasi
pendahuluan
Levodropropizine adalah agen non-opiat dengan efek antitusif tracheobronchial perifer yang baru-
baru ini terbukti mengurangi insiden dan keparahan POST
Diberikan secara oral dalam bentuk sirup sehingga nyaman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh
pasien
Penelitian sebelumnya telah menghubungkan refleks batuk dalam perkembangan POST, hal ini
mendukung peran efek antitusif levodropropizine dalam menurunkam kejadian POST
—Tujuan penelitian
Mengetahui keefektifan levodropropizine dalam mengurangi kejadian sakit tenggorokan pasca operasi
pada telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher yang menjalani anestesi endotrakeal umum
METODE PENELITIAN
0 Desain studi:
randomized double-blind
Time & Setting:
1
controlled trial Hospital KL berusia antara 19 hingga 60
Januari - Maret 2019 tahun dirawat di Southern
Philippines Medical Center
• Tindakan operasi berupa tiroidektomi, eksisi kelenjar submandibular, dan tonsillektomi yang
membutuhkan intubasi orotrakeal
• Peserta diacak menjadi kelompok kontrol dan pengobatan masing-masing 30 pasien oleh residen
menggunakan pengundian fishbowl untuk menerima levodropropizine atau plasebo
• Ukuran sampel untuk menentukan perbedaan antara 50% POST pada kelompok plasebo dan 15%
kelompok pengobatan dengan alpha 5% dan daya 0,80
• Data awal yang dikumpulkan meliputi usia, jenis kelamin, dan riwayat merokok (sebagai faktor risiko
sakit tenggorokan)
KRITERIA EKSKLUSI
0 • riwayat penyakit gastroesophageal reflux (GERD) • memiliki riwayat kesulitan intubasi atau kondisi dengan
2
• riwayat reaksi obat setelah minum obat anti batuk atau perkiraan kesulitan jalan napas termasuk klasifikasi
pilek Mallampati ≥ 3 atau jarak tiromental <6,5 cm
• sedang hamil • memiliki gejala sakit tenggorokan atau infeksi saluran
• memiliki kelainan kongenital atau didapat dari saluran pernapasan bagian atas
napas bagian atas seperti tumor, polip, trauma, abses, • diperkirakan membutuhkan selang nasogastrik selama
peradangan, infeksi, atau benda asing periode perioperatif
• pernah menjalani operasi saluran napas sebelumnya • menggunakan alat intubasi selain laringoskopi direk
• memiliki peningkatan risiko aspirasi seperti stilet berlampu atau bronkoskopi fiberoptik
• memiliki gangguan koagulasi • membutuhkan intubasi nasotrakeal
intervensi Penelitian
Kelompok intervensi/ pengobatan menerima 15 ml sirup levodropropizine satu jam
sebelum induksi
Intervensi dan plasebo diberikan oleh dokter residen yang telah ditetapkan
sebelumnya, sehingga para peneliti, ahli bedah, perawat, dan pasien tidak
mengetahui alokasi pengobatan
• Prosedur induksi anestesi diamati oleh ahli anestesi yang juga tidak mengetahui alokasi pengobatan
• Tabung endotrakeal bermanset standar dilumasi dengan KY® Jelly (Reckitt Benckiser Group, Slough,
England)
• Ukuran tabung endotrakeal yang digunakan selama tiap prosedur dicatat
• Laringoskop standar dengan 3 atau 4 bilah logam Macintosh digunakan sesuai kebutuhan
• Setelah intubasi, manset dipompa hingga tidak terdengar kebocoran udara, dengan tekanan puncak jalan
napas (intracuff) dipertahankan antara 20-22 cm H2O menggunakan manometer tekanan manset
genggam Rusch®EndoTest™ (Teleflex® Inc. Morrisville, NC, USA)
• Tidak ada pemakaian selang nasogastrik pada pasien manapun
• Setelah prosedur pembedahan, pemberian anestesi dihentikan
METODE PENELITIAN
• Setelah keluar dari anestesi, ventilasi spontan adekuat dan respons terhadap perintah verbal dinilai
• Dilakukan pengisapan lembut sekret orofaring menggunakan kateter karet lembut dilakukan untuk
meminimalkan cedera pada jaringan di rongga mulut kemudian ekstubasi trakea segera dilakukan
• Setelah ekstubasi, semua pasien dipindahkan ke unit perawatan pasca anestesi
• Variabel intraoperatif yang dicatat dan dikumpulkan termasuk durasi anestesi, durasi operasi, klasifikasi
ASA-PS, anestesi inhalasi, jumlah upaya laringoskopi, laringoskopi traumatis, jumlah upaya intubasi,
adanya darah di sekret atau tabung, ukuran endotrakeal tabung, tekanan awal manset, bucking dan
batuk saat intubasi, dan ekstubasi.
METODE PENELITIAN
• Di bangsal, penilaian POST dilakukan oleh evaluator residen yang juga tidak mengetahui alokasi
pengobatan pada 6 jam, 24 jam, 48 jam, dan 72 jam pasca operasi.
• Tingkat keparahan POST dinilai dengan skala empat poin (0-3) sebagai berikut:
Score Interpretation
0 no sore throat
1 mild sore throat (complained of sore throat only upon inquiry)
2 moderate sore throat (complained of sore throat on his/her own)
3 severe sore throat (change of voice or hoarseness, associated with
throat pain)
METODE PENELITIAN
• Variabel kontinu diringkas sebagai mean ± SD dan dibandingkan menggunakan Independent Sample
t-test
• Variabel kategori diringkas menggunakan frekuensi dan persentase dan dibandingkan menggunakan
Chi-square dengan koreksi Yates dan uji Fisher jika tabel kontingensi memiliki nilai kurang dari 1.
Nilai p <.05 dianggap signifikan.
• Absolute dan relative risk reduction ditentukan dengan intention to treat analysis
METODE PENELITIAN
• Sebagai analisis sekunder, kami juga membandingkan kelompok pada tingkat keparahan POST pada 6,
24, 48 dan 72 jam setelah operasi
• Dalam analisis bertingkat ini, kelompok dibandingkan secara terpisah menggunakan ada atau tidak
adanya POST ringan, sedang, atau berat (binomial) sebagai variabel dependen kategoris, dan studi obat
(levodropropizine versus plasebo) sebagai variabel independen
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI SUBJEK
PENELITIAN
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
Karakteristik p-value
n=30 n=30
Usia 19-60 tahun 34,10 (SD ± 8,68) 35,47 (SD ± 10,34) p = 0.5815
Jenis Kelamin Perempuan (n=36)
20:10 (66,7%) 16:14 (53,33%) p = 0,1679
Laki-laki (n=24)
Riwayat merokok (n=12) 8/30 (26,67%) 4/30 (13,33%) p = 0,564
JENIS OPERASI YANG DILAKUKAN
SUBJEK PENELITIAN
KELOMPOK KELOMPOK
JENIS OPERASI p-value
KONTROL INTERVENSI
Eksisi kelenjar
3 3 p tidak dicantumkan
submandibular
H
A
L
TABLE 1. Intraoperative Variables and Frequency Distribution (Multiple t-test analyses)
ASA I (n=48) 25 23
p=0,52
ASA II (n=12) 5 7
H
A
L
TABLE 2. Frequency Distribution of Patients with Postoperative Sore Throat at 6 Hours, 24 Hours, 48 Hours and 72 Hours.
Intraoperative Variables and Frequency Distribution
KEJADIAN POST PADA KELOMPOK
PEROKOK DAN NON PEROKOK
KELOMPO
KARAKTERIS KELOMPOK K
POST POST p-value
TIK SUBJEK KONTROL INTERVEN
SI
Perokok (n=12) 8 8 4 3
T p = 0.61
Non-perokok
22 19 26 14
(n=48)
KEJADIAN POST PADA PASIEN
TONSILEKTOMI
KELOMPOK KELOMPOK
POST POST p-value
KONTROL INTERVENSI
H
A
L
TABLE 3. Frequency Distribution of POST Between Placebo and Levodropropizine
Perbandingan bertingkat antara proporsi POST yang dilakukan pada 6, 24, 48 dan 72 jam dengan perkiraan Absolute risk reduction (ARR) dan number
needed to treat (NNT) pada interval kepercayaan 95% (CI) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol pada
6 jam pasca operasi (X2 = 4,929; p =. 026; ARR = 0,3 [0,064 hingga 0,496]; NNT = 3 [16 hingga 2]). Namun, tidak ada perbedaan yang jelas antara
perawatan pada 24 jam pasca operasi (X2 = 3,326; p = 0,068; ARR = 0,267 [0,017 hingga 0,475]; NNT = 4 [60 hingga 2]), pada 48 jam pasca operasi (X2
= 2.424; p = .119; ARR = 0.233 [-0.017 to 0.446]; NNT = 4 [-60 to 2]) dan pada 72 jam pasca operasi (X2 = 2.538; p = .111; ARR = 0,233 [-0,012 hingga
0,443]; NNT = 4 [-86 hingga 2])
Diskusi
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengobatan dengan 15 ml levodropropizine diberikan 1 jam sebelum
operasi mengurangi kejadian POST derajat sedang setelah anestesi umum dengan intubasi orotrakeal
Pada 6 jam pasca operasi, ARR sebesar 30% (CI 6-50%) dan NNT adalah 3
Terdapat perbedaan untuk POST derajat ringan, tetapi hanya signifikan pada 48 dan 72 beberapa jam setelah
operasi. POST tersebut umumnya menurun seiring dengan meningkatnya interval waktu dari operasi hingga
penilaian ulang POST yang dapat dikaitkan dengan pengobatan pasca operasi, penyembuhan dan penurunan
inflamasi.
Diskusi
Namun, karena pasien yang menunjukkan POST derajat berat jumlahnya sedikit menurun bahkan pada
kelompok intervensi, mungkin disarankan bahwa POST berat memerlukan obat tambahan
Selanjutnya dapat disarankan bahwa efek levodopropizine secara klinis dan secara statistik signifikan dalam
mengurangi POST sebagian besar pada 6 jam pertama pasca operasi.
Selain itu, distribusi POST ringan, sedang dan berat antara kelompok perlakuan dan kontrol dari waktu ke
waktu tidak menunjukkan penurunan keparahan POST.
Diskusi
Studi sebelumnya oleh Rashwan et al. mengevaluasi kemanjuran obat kumur tramadol pada POST dan
menyimpulkan bahwa berkumur sebelum operasi dengan tramadol mengurangi kejadian dan keparahan POST.
Farhang dan Grondin mempelajari efektivitas tablet hisap seng pada POST dan menemukan bahwa pemberian
dosis tunggal sebelum operasi 40 mg seng tablet hisap efektif untuk mengurangi POST.
Borazan et al. menunjukkan bahwa pemberian permen magnesium oral sebelum operasi efektif dalam
mengurangi kejadian dan keparahan POST.
Namun dalam semua studi ini, pasien menjalani operasi ortopedi atau operasi urologi dan tidak ada operasi
kepala dan leher yang dimasukkan.
Diskusi
Dalam studi sebelumnya, para peneliti menyarankan bahwa efektivitas obat yang diberikan dalam mengurangi
kejadian dan keparahan POST disebabkan oleh efek anti-inflamasi dari obat
Cara kerja levodropropizine mungkin terkait dengan berkurangnya gerakan faring yang dapat memicu nyeri
Levodropropizine adalah agen antitusif non-opiat rasemat dan bekerja melalui efek antitusif trakeobronkial
terutama perifer dengan menghambat serat-C vagal dan neuropeptida sensornya
Penurunan aktivasi serat C dapat meredam refleks batuk yang dirangsang oleh penyisipan ETT, mengurangi
dan mungkin mencegah POST di antara pasien dalam kelompok pengobatan
Diskusi
Menariknya, semua 8 pasien yang mendapat skor POST berat dalam kelompok intervensi secara konsisten
melaporkan POST berat di semua pengukuran waktu. Di antara pasien ini (4 perempuan, 4 laki-laki), 7
menjalani tiroidektomi dan 1 menjalani tonsilektomi dan 2 dari pasien diklaim memiliki riwayat merokok
Namun, dalam penelitian ini, temuan ini tidak cukup untuk mendukung bahwa jenis kelamin, merokok, dan
jenis pembedahan merupakan faktor risiko perkembangan POST berat
Levodropropizine menunjukkan efek depresan sistem saraf pusat (SSP) yang jauh lebih rendah daripada
antitusif opiat lainnya dan paling tidak mungkin menyebabkan sedasi pada pasien yang dirawat
Efek samping: muntah, sakit perut, diare, dan reaksi alergi. Efek samping ini umumnya serupa dengan obat
antitusif dan anestesi lainnya, akan tetapi tidak ada efek yang terlihat di antara pasien.
KETERBATASAN
PENELITIAN
Jumlah pasien yang terdaftar per prosedur relatif kecil
Prosedur bedah kepala dan leher tidak dikelompokkan menurut jenis karena
terbatasnya jumlah kasus
Sebuah studi yang hanya terbatas pada satu jenis prosedur bedah kepala dan
leher dapat mengurangi faktor-faktor yang mempengaruhi POST
Kelompok yang lebih besar (disesuaikan untuk perancu lain) mungkin lebih baik
menggambarkan manfaat levodropropizine untuk POST
KESIMPULAN
Levodropropizine yang diberikan satu jam sebelum operasi secara signifikan menurunkan kejadian
(tetapi bukan tingkat keparahan) sakit tenggorokan derajat sedang (serta ringan) pasca operasi THT-KL
yang menjalani anestesi endotrakeal umum. Penelitian ini tidak terbukti menurunkan kejadian sakit
tenggorokan derajat berat dalam penelitian ini.
CRITICAL 02.
APPRAISAL
Section A: ARE THE RESULTS OF
THE TRIAL VALID? Pada bagian abstrak dan pendahuluan
dijelaskan tujuan penelitian yaitu mengetahui
keefektifan levodropropizine dalam
1. Did the trial address a clearly YE mengurangi kejadian sakit tenggorokan pasca
focused issue? operasi pada pasien telinga, hidung,
S tenggorokan, kepala dan leher yang
menjalani anestesi endotrakeal umum.
RANDOMISED?
Section A: ARE THE RESULTS OF
THE TRIAL VALID?
Semua peserta diperhitungkan, tidak ada
Were all of the patients who
3. entered the trial properly YE yang tidak menyelesaikan penelitian dan
peserta di follow up pada jam ke 6, 24, 48,
dan 72 untuk dinilai POST
accounted for its conclusion? S
11 Are the benefits worth the YE hingga hari ke -3. Didapatkan hasil akhir terdapat
penurunan secara signifikan kejadian sakit
harms and costs? tenggorokan derajat sedang (serta ringan) sehingga
. S manfaat yang didapatkan sepadan dengan kerugian
dan biaya yang dikeluarkan. Selain itu, penelitian ini
dapat dijadikan acuan untuk dilakukan penelitian-
penelitian selanjutnya.
THANKS!
Do you have any questions?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com