Professional Documents
Culture Documents
Modul 10 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Modul 10 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
DefinisiK3 (OSH)
K3 di Indonesia
K3 di Konstruksi
Penyebab/Faktor Kecelakaan Konstruksi
Biaya K3
Aspek Legal K3
Kecelakaan Kerja Kontruksi
Jamsostek
Kesehatan Kerja
Pengawasan Pelaksanaan K3
Muhamad Abduh, Ph.D. SI-3151 Manajemen Konstruksi 2
Daur Hidup Proyek (review)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Cause Percentage
Nature of Work
Human Behavior
Difficult Work-Site Condition
Poor Safety Management
Unsafe Work Methods,
Equipments and Procedures
COSTS
Scaffolds
Guardrails
Temporary Stairways
Safety Nets
Personal Protective Equipments
c
d
a = Minimum width 60 cm
b = Minimum 300 or with handrail
c = Steps, interval between 25 – 35 cm
c
b
Excavation 2
1 Pasal 10.1.1.
Pasal 10.1.2.
Sebelum penggalian pada setiap tempat dimulai, stabilitas tanah
harus diuji terlebih dahulu oleh orang yang ahli
Sebelum pekerjaan dimulai pada setiap tempat galian pemberi
Safety -
kerja harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu atas segala
instalasi di bawah tanah seperti saluran pembuangan, pipa gas,
pipa air, dan konduktor listrik, yang dapat menimbulkan bahaya
selama waktu pekerjaan.
Guidelines 3 Pasal 10.1.3. Apabila perlu untuk mencegah terjadinya kecelakaan sebelum
penggalian di mulai, gas, air, listrik dan prasarana umum
lainnya harus dimatikan atau diputuskan alirannya terlebih
dahulu.
4 Pasal 10.1.4. Apabila pipa bawah tanah, konduktor, dan sebagainya tidak
dapat dipindahkan atau diputuskan alirannya, benda tadi harus
dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi.
5 Pasal 10.1.5. Apabila diperlukan untuk mencegah bahaya, lahan harus
dibersihkan dari pohon-pohonan, batu-batu besar dan rintangan-
rintangan lainnya sebelum penggalian dimulai.
6 Pasal 10.1.16. Sejauh mungkin diusahakan, agar galian-galian bebas dari air
7 Pasal 10.2.1. Dinding galian dimana pekerja menghadapi bahaya yang
berupa bergeraknya tanah harus dibentuk dengan talud
pengaman, penahan, tameng portable atau cara-cara lain yang
serupa.
8 Pasal 10.2.7. Dilarang menggali di bawah timbunan tanah/tanggul tanah
kecuali apabila sudah ditopang.
9 Pasal 10.1.22. Apabila perlu bagian lubang galian yang memungkinkan
seseorang jatuh terperosok ke dalamnya, harus dilindungi
dengan penghalang yang cukup.
10 Pasal 10.1.15. Apabila perlu untuk mencegah terjadinya kecelakaan, dinding
galian dan timbunan bahan galian harus diberi penerangan
secukupnya selama jam-jam (waktu-waktu) gelap.
11 Pasal 10.1.7. Jalan keluar masuk yang aman harus disediakan di setiap
tempat di mana orang bekerja di tempat galian.
12 Pasal 10.1.23. Dilarang menempatkan atau menumpuk barang-barang di
dekat sisi galian yang menyebabkan bahaya terhadap orang
yang sedang bekerja dibawahnya.
13 Pasal 10.1.24. Dilarang menempatkan atau menggerakan beban mesin atau
peralatan lainnya dekat sisi galian yang dapat menyebabkan
runtuhnya sisi galian dan membahayakan setiap orang di
dalamnya.
Muhamad Abduh, Ph.D. SI-3151 Manajemen Konstruksi 39
Muhamad Abduh, Ph.D. SI-3151 Manajemen Konstruksi 40
Muhamad Abduh, Ph.D. SI-3151 Manajemen Konstruksi 41
Muhamad Abduh, Ph.D. SI-3151 Manajemen Konstruksi 42
Muhamad Abduh, Ph.D. SI-3151 Manajemen Konstruksi 43
Muhamad Abduh, Ph.D. SI-3151 Manajemen Konstruksi 44
Jamsostek
UU No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja: Jamsostek adalah
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan uang sebagai
pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan
sebagai akibat dari suatu peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, tua dan meninggal
dunia. Didukung lebih lanjut dengan PP No. 14/1993 mengenai
penyelenggaraan jamsostek di Indonesia, Peraturan Menteri Tenaga Kerja
RI No. PER-05/MEN/1993, yang menunjuk PT. ASTEK (sekarang menjadi
PT. Jamsostek), sebagai sebuah badan (satu-satunya) penyelenggara
jamsostek secara nasional.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.:KEP-196/MEN/1999:
penyelenggaraan program jamsostek diatur secara khusus untuk para
tenaga kerja harian lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu,
pada sektor jasa konstruksi. Para pengguna jasa wajib mengikutsertakan
pekerja-pekerja lepas dalam dua jenis program jamsostek yaitu jaminan
kecelakaan kerja dan jaminan kematian. Apabila mereka bekerja lebih dari
3 bulan, pekerja lepas ini berhak untuk ikut serta dalam dua program
tambahan lainnya yaitu program jaminan hari tua dan jaminan
pemeliharaan kesehatan.Muhamad Abduh, Ph.D. SI-3151 Manajemen Konstruksi 45
Kesehatan Kerja
Aspek kesehatan kerja diatur melalui Keppres No.22/1993. Dalam
Keppres terdapat 31 jenis penyakit yang diakui untuk mungkin
timbul karena hubungan kerja.
Setiap tenaga kerja yang menderita salah satu penyakit ini berhak
mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam
hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir (sampai
maksimal 3 tahun).
Pada umumnya, penyakit-penyakit tersebut adalah sebagai akibat
terkena bahan kimia yang beracun yang berasal dari material
konstruksi yang apabila terkena dalam waktu yang cukup lama
dapat mengakibatkan penyakit yang serius.
Penyakit yang mungkin timbul juga termasuk kelainan pendengaran
akibat kebisingan kegiatan konstruksi, serta kelainan otot, tulang
dan persendian yang sering terjadi pada pekerja konstruksi yang
terlibat dalam proses pengangkutan material berbobot dan berulang,
dan penggunaan peralatan konstruksi yang kurang ergonomis.
Muhamad Abduh, Ph.D. SI-3151 Manajemen Konstruksi 46
Pengawasan Pelaksanaan K3
Aspek pengawasan ketenagakerjaan termasuk masalah K3
dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang harus
memiliki kompetensi dan independensi.
Pegawai pengawas K3 di Departemen Tenaga Kerja pada tahun
2002 berjumlah 1.299 orang secara nasional, yang terdiri dari 389
orang tenaga pengawas struktural dan 910 orang tenaga pengawas
fungsional.
Para tenaga pengawas ini jumlahnya sangat minim bila
dibandingkan dengan lingkup tugasnya yaitu mengawasi 176.713
perusahaan yang mencakup 91,65 juta tenaga kerja di seluruh
Indonesia.
Para tenaga pengawas perlu melalukan audit paling tidak satu kali
dalam tiga tahun. Perusahaan- perusahaan yang memenuhi
kewajibannya akan diberikan sertifikat tanda bukti. Tetapi peraturan
ini kurang jelas dalam mendifinisikan sanksi bagi perusahaan-
perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya.
Muhamad Abduh, Ph.D. SI-3151 Manajemen Konstruksi 47
Pustaka lebih lanjut…
Safety and health in construction : An ILO code of
practice, Geneva, International Labour Office, 1992, ISBN
92-2-107104-9
Wirahadikusumah, R. D. (2007), Tantangan Masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi
di Indonesia, Buku Referensi, Konstruksi: Industri,
Pengelolaan, dan Rekayasa, Penerbit ITB, ISBN 979-
3507-98-5
Abduh, M., Sahputra, R., J., Boris, B., 2010, Pengelolaan
Faktor Non-Personil Untuk Pencegahan Kecelakaan Kerja
Konstruksi, Prosiding Seminar Nasional KoNTekS 4,
Peluang & Tantangan Dalam Rekayasa Sipil dan
Lingkungan, Wisma Wisata Werdhapura, Sanur – Bali, 2-3
Juni 2010
Muhamad Abduh, Ph.D. SI-3151 Manajemen Konstruksi 48