You are on page 1of 86

5

Quality, Integrity, Entrepreneurship © 2020 Achmad Tjahjono stieww.ac.id


4
Quality, Integrity, Entrepreneurship © 2020 Achmad Tjahjono stieww.ac.id
3
Quality, Integrity, Entrepreneurship © 2020 Achmad Tjahjono stieww.ac.id
2
Quality, Integrity, Entrepreneurship © 2020 Achmad Tjahjono stieww.ac.id
1
Quality, Integrity, Entrepreneurship © 2020 Achmad Tjahjono stieww.ac.id
PERPAJAKAN 1
Drs. Achmad Tjahjono, MM, Ak.

Quality, Integrity, Entrepreneurship © 2020 Achmad Tjahjono stieww.ac.id 6


Materi 6
PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

Quality, Integrity, Entrepreneurship © 2020 Achmad Tjahjono stieww.ac.id 7


PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG
TENTANG

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH


(UU Nomor 28 Tahun 2009)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
DIREKTORAT PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Oktober 2009

8
LATAR BELAKANG

KONDISI DI AWAL ERA OTONOMI DAERAH


1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih rendah
Peranan PAD dalam APBD: Provinsi : 51%
Kabupaten/Kota : 7%
2. Basis pajak daerah sangat terbatas.
Jenis pungutan daerah yang memenuhi kriteria pajak
daerah memiliki potensi yang relatif kecil.
3. Daerah diberi kewenangan yang besar untuk memungut
PDRD
”open-list”
4. Pengawasan pungutan daerah kurang efektif.
 Sistem pengawasan bersifat ”Represif”
 Tidak ada sanksi bagi yang melanggar.

9
LATAR BELAKANG

IMPLIKASI DI DAERAH
1. Daerah berlomba-lomba menambah jenis pungutan daerah
untuk meningkatkan PAD
2. Timbul banyak Pungutan Daerah yang ’bermasalah’:
 Perda bertentangan dengan peraturan per-UU-an
 Perda bertentangan dengan kepentingan umum
 Perda yang sudah dibatalkan tetap dipungut
 Pungutan didasarkan pada Keputusan Kepala Daerah
 Pungutan tanpa dasar hukum
3. Dampak:
 Kepastian hukum kurang
 Memberikan beban berlebihan bagi masyarakat
 Menghambat kegiatan investasi di daerah

10
LATAR BELAKANG

TUJUAN PERUBAHAN UU PDRD


1. Memperbaiki sistim pemungutan pajak
daerah dan retribusi daerah.
2. Penguatan perpajakan daerah
(local taxing empowerment)
3. Meningkatkan efektivitas pengawasan
pungutan daerah
4. Menyempurnakan pengelolaan pajak daerah
dan retribusi daerah.

11
POKOK-POKOK PERUBAHAN
No. TUJUAN UU 28/2009
1 Sistim Pemungutan 1. Mengubah sistim pemungutan
pajak dan retribusi daerah.
2 Local Taxing Power 2. Memperluas objek pajak daerah
dan retribusi daerah
3. Menambah jenis pajak daerah dan
retribusi daerah
4. Menaikkan tarif maksimum
beberapa jenis pajak daerah
5. Memberikan diskresi penetapan
tarif pajak kepada daerah
3 Sistim Pengawasan 6. Mengubah sistim pengawasan.
7. Mengenakan sanksi bagi yang
melanggar ketentuan PDRD

4 Sistim Pengelolaan 8. Bagi Hasil Pajak Provinsi


9. Earmarking
10. Insentif Pemungutan

12
SISTIM PEMUNGUTAN

1. SISTIM PEMUNGUTAN
UU 34/2000 UU 28/2009
Open-List: Closed List:
1. Provinsi boleh menambah 1. Daerah tidak boleh
jenis retribusi daerah, memungut pajak daerah
sepanjang memenuhi selain yang ditetapkan
kriteria yang ditetapkan dalam UU.
dalam UU. 2. Daerah tidak boleh
2. Kabupaten/Kota boleh memungut retribusi
menambah jenis pajak daerah selain yang
daerah dan retribusi tercantum dalam UU dan
daerah, sepanjang PP.
memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam UU.

13
LOCAL TAXING POWER

2a. PERLUASAN OBJEK PAJAK


PAJAK PROPINSI UU 28/2009

1. Pajak Kendaraan Termasuk kendaraan pemerintah


Bermotor (Pusat & Daerah)

2. Bea Balik Nama Termasuk kendaraan pemerintah


Kendaraan Bermotor (Pusat & Daerah)

PAJAK KABUPATEN/KOTA UU BARU

1. Pajak Restoran Termasuk katering/jasa boga


(sebelumnya PPN)
2. Pajak Hiburan Termasuk permainan golf dan
bowling.

14
LOCAL TAXING POWER

2b. PERLUASAN OBJEK RETRIBUSI


RETRIBUSI DAERAH UU 28/2009
1. Retribusi Pengujian Termasuk kendaraan di air
Kendaraan Bermotor

2. Retribusi Pemeriksaan Termasuk pemeriksaan


Alat Pemadam alat-alat penanggulangan
Kebakaran kebakaran dan keselamatan
jiwa
3. Retribusi Ijin Gangguan Termasuk berbagai
retribusi yang terkait
dengan lingkungan

15
LOCAL TAXING POWER

3a. PENAMBAHAN JENIS PAJAK DAERAH


Daerah UU 34/2000 UU 28/2009
Propinsi 1. Pajak Kendaraan 1. Pajak Kendaraan
Bermotor Bermotor
2. Bea Balik Nama 2. Bea Balik Nama
Kendaraan Kendaraan
Bermotor Bermotor
3. Pajak Bahan 3. Pajak Bahan Bakar
Bakar Kendaraan Kendaraan
Bermotor Bermotor
4. Pajak Air Bawah 4. Pajak Air
Tanah dan Air Permukaan
Permukaan 5. Pajak Rokok

16
LOCAL TAXING POWER

Daerah UU 34/2000 UU 28/2009


Kabupaten 1. Pajak Hotel 1. Pajak Hotel
/ 2. Pajak Restoran 2. Pajak Restoran
Kota 3. Pajak Hiburan 3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame 4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan 5. Pajak Penerangan Jalan
Jalan 6. Pajak Parkir
6. Pajak Parkir 7. Pajak Mineral Bukan
7. Pajak Pengambilan Logam dan Batuan
Bahan Galian Gol. C 8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung
Walet
10. PBB Pedesaan &
Perkotaan
11. Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan

17
LOCAL TAXING POWER

3b. PENAMBAHAN JENIS RETRIBUSI DAERAH


Retribusi Jasa Umum
UU 34/2000 UU 28/2009
1. Pelayanan Kesehatan 1. Retribusi Pelayanan Kesehatan
2. Retribusi Pelayanan 2. Retribusi Persampahan/Kebersihan
Persampahan/Kebersihan 3. Retribusi KTP dan Akte Capil
3. Retribusi Penggantian Biaya 4. Retribusi Pemakaman/Pengabuan Mayat
Cetak KTP dan Akte Capil 5. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum
4. Retribusi Pemakaman dan 6. Retribusi Pelayanan Pasar
Pengabuan Mayat
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
5. Retribusi Parkir di Tepi Jalan
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam
Umum
Kebakaran
6. Retribusi Pelayanan Pasar
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
7. Retribusi Pengujian Kendaraan
10. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
Bermotor
11. Retribusi Penyedotan Kakus
8. Retribusi Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran 12. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
9. Retribusi Penggantian Biaya 13. Retribusi Pelayanan Pendidikan
Cetak Peta 14. Retribusi Pengendalian Menara
10. Retribusi Pengujian Kapal Telekomunikasi
Perikanan

18
LOCAL TAXING POWER

Retribusi Jasa Usaha


UU 34/2000 UU 28/2009

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan 1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah


Daerah 2. Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan
2. Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan 3. Retribusi Tempat Pelelangan
3. Retribusi Tempat Pelelangan 4. Retribusi Terminal
4. Retribusi Terminal 5. Retribusi Tempat Khusus Parkir
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir 6. Retribusi Tempat Penginapan/
6. Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggrahan/Villa
Pesanggrahan/Villa 7. Retribusi Rumah Potong Hewan
7. Retribusi Rumah Potong Hewan 8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan 9. Retribusi Tempat Rekreasi dan
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
Olahraga 10. Retribusi Penyeberangan di Air
10. Retribusi Penyeberangan di Air 11. Retribusi Penjualan Produksi Usaha
11. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Daerah

19
LOCAL TAXING POWER

Retribusi Perizinan Tertentu


UU 34/2000 UU 28/2009
1. Retribusi Izin 1. Retribusi Izin Mendirikan
Mendirikan Bangunan Bangunan
2. Retribusi Izin Tempat 2. Retribusi Izin Tempat
Penjualan Minuman Penjualan Minuman
Beralkohol Beralkohol
3. Retribusi Izin Gangguan 3. Retribusi Izin Gangguan
4. Retribusi Izin Trayek 4. Retribusi Izin Trayek
5. Retribusi Izin Usaha
Perikanan

20
LOCAL TAXING POWER

4. TARIF MAKSIMUM
No. PAJAK PROPINSI UU-34/2000 UU 28/2009
1 PAJAK KENDARAAN BERMOTOR 5% 10%
 KB Pribadi (Pertama) 1% - 2%
 KB Pribadi (Kedua, dst) 2% - 10%
 KB Umum/Pem/TNI/POLRI 0,5% - 1%
 Alat Berat 0,1% - 0,2%

2 BEA BALIK NAMA KEND BERMOTOR 10% 20%


 Penyerahan Pertama 20%
 Penyerahan Kedua, dst 1%
 Alat Berat (Penyerahan I) 0,75%
 Alat Berat (Penyerahan II,dst) 0,075%

3 PAJAK BAHAN BAKAR KEND 5% 10%**


BERMOTOR

4 PAJAK AIR PERMUKAAN 20% 10%


5 PAJAK ROKOK - 10%

**Tarif PBB-KB yang ditetapkan dalam Perda dapat diubah dengan Perpres (dalam jangka waktu 3 tahun)

21
LOCAL TAXING POWER

PAJAK KABUPATEN/KOTA UU-34/2000 UU 28/2009


1. Pajak Hotel 10% 10%
2. Pajak Restoran 10% 10%
3. Pajak Hiburan 35% 75%
4. Pajak Reklame 25% 25%
5. Pajak Penerangan Jalan 10% 10%
6. Pajak Mineral Bukan 20% 25%
Logam dan Batuan
7. Pajak Parkir 20% 30%
8. Pajak Air Tanah 20% 20%
9. Pajak Sarang Burung - 10%
Walet
10. BPHTB - 5%
11. PBB Pedesaan & Perkotaan - 0,3%

22
LOCAL TAXING POWER

5. PENETAPAN TARIF
No. Tarif UU 34/2000 UU 28/2009
1 Pajak Provinsi Ditetapkan dengan PP Ditetapkan dengan Perda
(diberlakukan seragam di (tidak boleh melampaui
seluruh Indonesia) UU)

2 Pajak Ditetapkan dengan Perda Ditetapkan dengan Perda


Kabupaten/Kota (tidak boleh melampaui (tidak boleh melampaui
UU) UU)

3 Retribusi Daerah Ditetapkan dengan Perda Ditetapkan dengan Perda


(sesuai prinsip dan (sesuai prinsip dan
sasaran penetapan tarif sasaran penetapan tarif
untuk masing-masing untuk masing-masing
golongan retribusi) golongan retribusi)

23
PENGAWASAN

6. PENGAWASAN
No. UU 34/2000 UU 28/2009

1 Pengawasan bersifat : Pengawasan bersifat :

REPRESIF - PREVENTIF, dan


- KOREKTIF
2 Pembatalan oleh Mendagri Pembatalan oleh Presiden ,
dengan pertimbangan Menkeu. o diusulkan oleh Mendagri
o berdasarkan rekomendasi
Menkeu .

24
PENGAWASAN

7. SANKSI
No. UU 34/2000 UU 28/2009

1 Tidak mengatur sanksi. Mengatur sanksi, berupa:


o Penundaan, atau
o Pemotongan
dana perimbangan.

25
PENGELOLAAN

8. BAGI HASIL PAJAK PROVINSI


JENIS PAJAK UU 34/2000 UU 28/2009
Provinsi Kab/Kota Provinsi Kab/Kota
1. PKB 70% 30% 70% 30%
2. BBN-KB 70% 30% 70% 30%
3. PBB-KB 30% 70% 30% 70%
4. Pajak Rokok - - 30% 70%
5. Pajak Air 30% 70% 50% 50%
Permukaan 20%* 80%*

*) untuk air permukaan yang berada hanya pada 1 kabupaten/kota

26
PENGELOLAAN

9. EARMARKING
JENIS PAJAK Penerimaan
Porsi Peruntukan
1. PKB Minimal Pembangunan dan/atau
10% pemeliharaan jalan serta
peningkatan moda dan sarana
transportasi umum.
2. Pajak Rokok Minimal Pelayanan kesehatan masyarakat
50% dan
penegakan hukum.
3. Pajak Penerangan Sebagian Penyediaan penerangan jalan.
Jalan

27
PENGELOLAAN

10. INSENTIF PEMUNGUTAN


No. UU 34/2000 PP 65/2001 UU 28/2009
1 -- Biaya Pemungutan --
Pajak Daerah
maksimum 5%
2 -- -- 1. Insentif Pemungutan
diberikan kepada
instansi yang
memungut PDRD atas
dasar kinerja tertentu.
2. Ditetapkan dalam
APBD
3. Diatur lebih lanjut
dalam PP

28
LAIN-LAIN

11. Masa Berlaku


No. Jenis Pajak Daerah Tanggal Berlaku Keterangan

1 UU 28/2009 01-01-2010

2 BPHTB 01-01-2011

3 PBB Pedesaan & 01-01-2014


Perkotaan
4 Pajak Rokok 01-01-2014

29
LAIN-LAIN

12. Peraturan Pelaksanaan


No. Produk Hukum Tentang Keterangan

1 PP Sistim pemungutan pajak daerah 2010


2 PP Tatacara pemberian insentif pemungutan PDRD 2010
Penetapan retribusi daerah tambahan
3 PP Sesuai kebutuhan

4 PMK Tatacara pemungutan dan penyetoran Pajak 2010


Rokok
5 PMK Badan atau perwakilan internasional yang 2010
dikecualikan sebagai subjek PBB Perdesaan dan
Perkotaan
6 PMK Badan atau perwakilan internasional yang 2010
dikecualikan sebagai subjek BPHTB
7 PMK Tatacara pelaksanaan sanksi pelanggaran
ketentuan PDRD 2009

8 Permendagri Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) Setiap tahun

9 PB Menkeu & Tahapan pengalihan PBB Perdesaan & Perkotaan 2010


Mendagri dan BPHTB menjadi pajak daerah

30
IMPLIKASI SOSIAL DAN EKONOMI

1. Menjamin ketersediaan anggaran untuk:


a. pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan
serta peningkatan moda dan sarana
transportasi umum;
b. meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat
dan penegakan hukum dalam rangka
pengawasan peredaran rokok illegal.
2. Meningkatkan kepastian hukum.
3. Meningkatkan pelayanan publik  Masyarakat
tidak dipungut secara berlebihan
4. Menciptakan iklim investasi yang kondusif
(business friendly).

31
PAJAK DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN
BERMOTOR DAN KENDARAAN DI ATAS AIR

32
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Pajak Kendaraan Bermotor


Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan
kendaraan bermotor.
Objek Pajak Kepemilikan dan atau penguasaaan kendaraan bermotor.
Subjek Pajak Orang pribadi dan badan yang memiliki dan atau
menguasai kendaraan bermotor
Wajib Pajak Orang pribadi dan badan yang memiliki dan atau
menguasai kendaraan bermotor. Dalam hal wajib pajak
badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus
atau kuasa badan tersebut. (Dalam PKB Wajib Pajak sama
dengan Subjek Pajak).
Tarif 1. Untuk kepemilikan kendaraaan bermotor pertama
paling rendah 1% dan paling tinggi 2%)
2. Untuk kepemilikan kedua dan seterusnya tarif
ditetapkan secara progresif paling rendah 2% dan
paling tinggi 10%.

33
© 2015 Achmad Tjahjono
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Pajak Kendaraan Bermotor  Lanjutan


Tarif 3. Untuk kendaraan bermotor angkutan umum, ambulan,
pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial
dan keagamaan, Pemerintah/TNI/Polri, Pemda dan
kendaraan lain yang ditetapkan dengan peraturan daerah,
ditetapkan paling rendah 0,5% dan paling tinggi 1%.
4. Untuk kendaraan alat-alat berat dan alat-alat besar
digtetapkan paling rendah 0,1% dan paling tinggi 0,2%.
Tarip PKB ditetapkan dengan peraturan daerah.
Perhitungan Besarnya PKB yang terutang dihitung dengna cara
PKB mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan pajak:
Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
= Tarip Pajak x (NJKB x Bobot)
Saat Terutang Pajak yang terutang merupakan PKB yang harus dibayar oleh
Pajak wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam
tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah tentang
Pajak Kendaraan Bermotor yang ditetapakan oleh Pemerintah
Propinsi setempat. Saat pajak terutang dalam masa pajak
terjadi pada saat pendaftaran kendaraan bermotor.

© 2015 Achmad Tjahjono

34
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Pajak Kendaraan di Atas Air (PKAA)


Pajak Kendaraan Diatas Air adalah pajak atas kepemilikan dan/atau
penguasaan kendaraan di atas air.
Objek Pajak Kepemilikan dan atau penguasaaan kendaraan diatas air.
Objek PKAA adalah:
1) Kendaraan diatas air dengan ukuran isi kotor kurang
dari 20 M3 atau kurang dari GT 7;
2) Kendaraan diatas air yang digunakan untuk
kepentingan penangkatan ikan dengan mesin
berkekuatan lebih besar dari 2 PK;
3) Kendaraan di atas air untuk kepentingan pesiar
perseorangan yang meliputi yarcht/preasure/sporty
ship, dan;
4) Kendaraan di atas air untuk kepentingan angkutan
perairan daratan.
Subjek Pajak Orang pribadi dan badan yang memiliki dan atau
menguasai kendaraan di atas air.

© 2015 Achmad Tjahjono

35
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Pajak Kendaraan Diatas Air (PKAA)  Lanjutan


Wajib Pajak Orang pribadi dan badan yang memiliki dan atau menguasai
kendaraan di atas air. Dalam hal wajib pajak badan, kewajiban
perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa badan
tersebut. (Dalam PKAA Wajib Pajak sama dengan Subjek
Pajak).
Tarip Pajak Tarip PKAA berlaku sama pada setiap propinsi yang
memungut PKAA. Sesuai PP No. 65 Tahun 2001 Pasal 11, Tarip
PKAA ditetapkan sebesar 1,5%. Tarip PKAA ditetapkan
dengan peraturan daerah provinsi.
Perhitungan Besarnya PKAA yang terutang dihitung dengan cara
PKAA mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan pajak:
Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
= Tarip Pajak x NJKAA
Saat Terutang Pajak yang terutang merupakan PKAA yang harus dibayar
Pajak oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau
dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah
tentang Pajak Kendaraan Diatas Air yang ditetapakan oleh
Pemerintah Propinsi setempat. Saat pajak terutang dalam
masa pajak terjadi pada saat pendaftaran kendaraan Diatas
© 2015 Achmad Tjahjono Air.

36
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)


BBNKB adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai
akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi
karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke badan
usaha.
Objek Pajak Penyerahan kepemilikan kendaraan bermotor. Penyerahan
kepemilikan kendaraan bermotorsebagai akibat perjanjian
dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan,
atau pemasukan ke badan usaha.
Subjek Pajak Orang pribadi dan badan yang menerima penyerahan
kendaraan bermotor.
Wajib Pajak Orang pribadi dan badan yang menerima penyerahan
kendaraan bermotor. Dalam hal wajib pajak badan,
kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau
kuasa badan tersebut. (Dalam BBNKB Wajib Pajak sama
dengan Subjek Pajak).

© 2015 Achmad Tjahjono

37
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)


 Lanjutan
Tarip Pajak Tarip BBNKB ditentukan berdasarkan tingkat penyerahan
objek pajak yang terjadi dan jenis kendaraan bermotor yang
diserahkan. Tingkat penyerahan kendaraan bermotor meliputi
penyerahan pertama (yang berarti kendaraan baru) dan
penyerahan kedua dan selanjutnya (yang berarti kendaraan
bekas). Besarnya tarif BBNKB ditetapkan dengan peraturan
daerah.
Berdasarkan Pasal 12 UU No. 28 Tahun 2009, besarnya tarif
BBNKB ditetapkan paling tinggi: (a) 20% untuk penyerahan
pertama, dan (b) 1% untuk penyerahan kedua dan seterunya.
Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat
besar yang tidak menggunakan jalan umum, besarnya tarip
BBNKB ditetapkan paling tinggi: (a) 0,75% untuk penyerahan
pertama, dan (b) 0,075% untuk penyerahan kedua dan
seterusnya.
Perhitungan Besarnya BBNKB yang terutang dihitung dengan cara
BBNKB mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan pajak:
Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
© 2015 Achmad Tjahjono = Tarip Pajak x NJKB

38
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)


 Lanjutan
Saat Terutang Pajak yang terutang merupakan BBNKB yang harus dibayar
Pajak oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau
dalam tahun pajak menurut ketentuan Peraturan Daerah
tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang
ditetapakan oleh Pemerintah Propinsi setempat.
Saat pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat
penyerahan kendaraan bermotor.
BBNKKB yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat
kendaraan bermotor didaftarkan.

© 2015 Achmad Tjahjono

39
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air (BBNKAA)


BBNKAA adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan di atas air
sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan
yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan
ke badan usaha.
Objek Pajak Penyerahan kendaraan di atas air. Penguasaan kendaraan
di atas air yang melebihi dua belas bulan dianggap
sebagai penyerahan, kecuali penyerahan kendaraan
diatas air karena perjanjian sewa beli.
Subjek Pajak Orang pribadi dan badan yang menerima penyerahan
kendaraan diatas air.
Wajib Pajak Orang pribadi dan badan yang menerima penyerahan
kendaraan di atas air. Dalam hal wajib pajak badan,
kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau
kuasa badan tersebut. (Dalam BBNKAA Wajib Pajak sama
dengan Subjek Pajak).

© 2015 Achmad Tjahjono

40
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air (BBNKAA)


 Lanjutan
Tarip Pajak Tarip BBNKAA berlaku sama pada setiap propinsi yang
memungut BBNKAA. Tarip pajak ditentukan berdasarkan
tingkat penyerahan objek pajak yang terjadi. Tingkat
penyerahan kendaraan bermotor meliputi penyerahan pertama
(yang berarti kendaraan baru) dan penyerahan kedua dan
selanjutnya (yang berarti kendaraan bekas), dan penyerahan
karena warisan.
Berdasarkan PP Nomor 65 Tahun 2001 Pasal 24 menentukan
tarip pajak yang dikenakan sebagai berikut:
a. Tarip BBNKAA atas penyerahan pertama ditetapkan
sebesar 5%
b. Tarip BBNKAA atas penyerahan kedua dan selanjutnya
ditetapkan sebesar 1%
c. Tarip BBNKAA atas penyerahan karena warisan ditetapkan
sebesar 0,1%
Perhitungan Besarnya BBNKAA yang terutang dihitung dengan cara
BBNKAA mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan pajak:
Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
© 2015 Achmad Tjahjono = Tarip Pajak x NJKAA

41
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air (BBNKAA)


 Lanjutan
Saat Terutang Pajak yang terutang merupakan BBNKAA yang harus dibayar
Pajak oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau
dalam tahun pajak menurut ketentuan Peraturan Daerah
tentang Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air yang
ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi setempat.
Saat pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat
penyerahan kendaraan bermotor.
BBNKAA yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat
kendaraan di atas air didaftarkan.

© 2015 Achmad Tjahjono

42
PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN
BERMOTOR (PBBKB)

43
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)


PBBKB adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.
Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair atau
gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor.
Objek Pajak Objek Pajak PBBKB adalah bahan bakar kendaraan
bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk
kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang
digunakan untuk kendaraan di atas air.
Subjek Pajak Konsumen bahan bakar kendaraan bermotor
Wajib Pajak Orang pribadi atau badan yang menggunakan bahan
bakar.
Orang pribadi atau badan yang menggunakan bahan
bakar dibagi menjadi dua, yaitu orang pribadi atau badan
yang memperoleh atau membeli bahan bakar kendaraan
bermotor langsung dari penyedia bahan bakar kendaraan
bermotor, yaitu Pertamina dan atau produsen lainnya, atau
orang pribadi atau badan yang memperoleh ataupun
membeli bahan bakar kendaraan bermotor melalui
lembaga penyalur.

© 2015 Achmad Tjahjono

44
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)


 Lanjutan
Tarip Pajak Pasal 19 ayat 1 UU Nomor 28 Tahun 2009 menetapkan tarip
PBBKB paling tinggi sebesar 10% (persen).
Selanjutnya pasal 19 ayat 2 menetapkan khusus Tarip PBBKB
untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling
sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari tarip PBBKB
untuk kendaraan pribadi.
Tarip PBBKB ditetapkan dengan peraturan daerah.
Perhitungan Besarnya PBBKB yang terutang dihitung dengan cara
PBBKB mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan pajak:
Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
= Tarip Pajak x Nilai Jual Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor sebelum
dikenakan PPN

© 2015 Achmad Tjahjono

45
JENIS PAJAK Lama (Propinsi)

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)


 Lanjutan
Masa Pajak, Masa Pajak dalam PBBKB merupakan jangka waktu yang
Tahun Pajak, lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu
Saat Terutang lain yang ditetapkan dengan keputusan gubernur.
Pajak, dan
Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun
Wilayah
takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang
Pemungutan
tidak sama dengan tahun takwim.
PBBKB
Pajak yang terutang merupakan PBBKB yang harus dibayar
oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau
dalam tahun pajak menurut ketentuan Peraturan Daerah
tentang PBBKB yang ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi
setempat.
Saat terutang PBBKB adalah pada saat penyedia bahan bakar
kendaraan bermotor menyerahkan bahan bakar kendaraan
bermotor kepada lembaga penyalur konsumen lengsung
bahan bakar.
© 2015 Achmad Tjahjono BBNKAA yang terutang dipungut di wilayah provinsi tempat
lembaga penyalur dan konsumen langsung bahan bakar
kendaraan bermotor berada.

46
PENGALIHAN PAJAK PROVINSI (Kabupaten/Kota)

Pajak Air Permukaan


Pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air permukaan. Air
permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan
tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di
darat.
Objek Pajak Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan
Subjek Pajak Orang pribadi atau Badan yang dapat melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.
(Barang siapa yang dapat melakukan pengambilan dan
atau pemanfaatan air permukaan).
Wajib Pajak Orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.
(Siapa yang nyata-nyata melakuan pengambilan dan
atau pemanfaatan air permukaan).
Tarif Berdasar Pasal 24 UU Nomor 28 Tahun 2009, besarnya
tarip Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi 10%.
Tarip Pajak Air Permukaan ditetapkan dengan
peraturan daerah.

47
© 2015 Achmad Tjahjono
PENGALIHAN PAJAK PROVINSI (Kabupaten/Kota)

Pajak Air Permukaan Lanjutan


Perhitungan Besarnya Pajak Air Permukaan yang terutang dihitung dengan cara
Pajak Air mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan pajak:
Permukaan Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
= Tarip Pajak x Nilai Perolehan Air
Permukaan
Masa Pajak, Masa Pajak dalam Pajak Air Permukaan merupakan jangka waktu
Tahun Pajak, yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain
Saat Terutang yang ditetapkan dengan keputusan gubernur.
Pajak, dan Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun takwim,
Wilayah kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama
Pemungutan dengan tahun takwim.
Pajak yang terutang merupakan Pajak Air Permukaan yang harus
dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau
dalam tahun pajak menurut ketentuan Peraturan Daerah tentang
Pajak Air Permukaan yang ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi
setempat.
Saat terutang Pajak Air Permukaan adalah pada saat pengambilan air
permukaan, atau diterbitkan SKPD.
Pajak Air Permukaan yang terutang dipungut di wilayah provinsi
tempat lembaga penyalur dan konsumen langsung bahan bakar
© 2015 Achmad Tjahjono kendaraan bermotor berada.

48
PAJAK ROKOK

49
JENIS PAJAK BARU (Provinsi)

Pajak Rokok
Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
pemerintah pusat.
Objek Pajak Konsumsi rokok (sigaret, cerutu, dan rokok daun),
kecuali rokok yang tidak dikenai cukai berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang cukai.
Subjek Pajak Konsumen rokok
Wajib Pajak Pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin
berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai.

Wajib Pungut DJBC (bersamaan dengan pemungutan cukai rokok


Tarif 10% dari cukai rokok
Penjelasan:
Pengenaan pajak rokok sebesar 10% dari cukai rokok diperhitungkan dalam
penetapan tarif cukai nasional. Hal ini dimaksudkan agar terdapat keseimbangan
antara beban cukai yang harus dipikul oleh industri rokok dengan kebutuhan fiskal
nasional dan daerah.

50
© 2015 Achmad Tjahjono
JENIS PAJAK BARU (PROVINSI)

Pajak Rokok Lanjutan


Perhitungan Besarnya Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara
Pajak Rokok mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan pajak:
Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
= Tarip Pajak x Cukai Rokok yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat Terhadap Rokok

© 2015 Achmad Tjahjono

51
PAJAK HOTEL, RESTORAN DAN PAJAK
HIBURAN

52
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan di hotel. Hotel adalah
fasilitas penyedia jasa penginapan/ peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubug
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos
dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh.
Objek Pajak Pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai
kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olah
raga dan hiburan.
Subjek Pajak Orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran
kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan
hotel. (Konsumen yang menikmati dan membayar
pelayanan yang diberikan oleh pengusaha hotel).
Wajib Pajak Orang pribadi atau Badan yang mengusahakan hotel,
yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun
yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya
melakukan usaha di bidang jasa perhotelan.

53
© 2015 Achmad Tjahjono
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Hotel Lanjutan


Tarip Pajak Tarip Pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
Hotel (sepuluh persen) dan ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
Perhitungan Besarnya Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara
Pajak Hotel mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan pajak:
Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
= Tarip Pajak x Jumla Pembayaran atau
yang Seharusnya Dibayar Kepada Hotel
Contoh Seorang menginap di hotel “Lambada” dan melakukan
pembayaran: Sewa Kamar Rp2.500.000,-, Jasa Binatu
Rp200.000,- dan Jasa Telpon Rp100.000.-. Ditambah service
charge 10%,, serta pajak hotel yang berlaku 10%.
Besarnya Dasar Pengenaan Pajak adalah Rp2.500.000 +
Rp200.000,- + Rp100.000 = Rp2.800.000 + 10% X Rp2.800.000
atau sama dengan Rp3.080.000,-.
Maka Pajak Hotel yang Terutang = 10% x Rp3.080.000 =
Rp308.000,-.

© 2015 Achmad Tjahjono

54
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Hotel Lanjutan


Masa Pajak, Masa Pajak dalam Pajak Hotel merupakan jangka waktu yang
Tahun Pajak, lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu
Saat Terutang lain yang ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
Pajak, dan Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun
Wilayah takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang
Pemungutan tidak sama dengan tahun takwim.
Pajak yang terutang merupakan Pajak Hotel yang harus
dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak,
atau dalam tahun pajak menurut ketentuan Peraturan Daerah
tentang Pajak Hotel yang ditetapkan oleh Pemerintah
kabupaten/kota setempat.
Saat pajak terutang dalam masa pajak yang ditentukan
menurut keadaan, yaitu pada saat terjadi pembayaran atau
pelayanan jasa penginapan di hotel atau penginapan.
Pajak hotel yang terutang dipungut di wilayah kabupaten/kota
tempat hotel berlokasi.

55
© 2015 Achmad Tjahjono
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan di restoran.
Objek Pajak Pelayanan yang disediakan oleh restoran. Pelayanan
yang disediakan di restoran meliputi pelayanan
penjualan makanan dan atau minuman yang dikonumsi
oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan
maupun di tempat lain. Termasuk dalam objek pajak
restoran adalah rumah makan , cafe, bar dan
sejenisnya.
Subjek Pajak Orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan
atau minuman di restoran. (Konsumen yang membeli
makanan dan atau minuman di restoran)
Wajib Pajak Orang pribadi atau Badan yang mengusahakan
restoran, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk
apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya melakukan usaha di bidang rumah
makan.

56
© 2015 Achmad Tjahjono
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Restoran Lanjutan


Tarip Pajak Tarip Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
Restoran (sepuluh persen) dan ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
Perhitungan Besarnya Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara
Pajak Restoran mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan pajak:
Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
= Tarip Pajak x Jumlah Pembayaran yang
diterima atau yang Seharusnya diterima Restoran
Contoh Seorang menikmati makanan di RM “Sederhana” dan
melakukan pembayaran: Makanan Rp100.000,-, Minuman
Rp30.000,- dan service charge 10%. Misalnya pajak restoran
ditetapkan 10%.
Besarnya Dasar Pengenaan Pajak adalah Rp100.000 +
Rp30.000,- = Rp130.000 + 10% X Rp130.000 atau sama dengan
Rp143.000,-.
Maka Pajak Restoan yang Terutang = 10% x Rp143.000 =
Rp14.300,-.

© 2015 Achmad Tjahjono

57
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Restoran Lanjutan


Masa Pajak, Masa Pajak dalam Pajak Restoran merupakan jangka waktu
Tahun Pajak, yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka
Saat Terutang waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
Pajak, dan Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun
Wilayah takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang
Pemungutan tidak sama dengan tahun takwim.
Pajak yang terutang merupakan Pajak Restoran yang harus
dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak,
atau dalam tahun pajak menurut ketentuan Peraturan Daerah
tentang Pajak Restoran yang ditetapkan oleh Pemerintah
kabupaten/kota setempat.
Saat pajak terutang dalam masa pajak yang ditentukan
menurut keadaan, yaitu pada saat terjadi pelayanan jasa
penginapan di restoran atau rumah makan.
Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah
kabupaten/kota tempat restoran berlokasi.

58
© 2015 Achmad Tjahjono
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Yang dimaksud
dengan hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan
atau keramian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
Objek Pajak Jasa Penyelenggaraan hiburan dengan dipungut
bayaran.
Subjek Pajak Orang pribadi atau Badan yang menikmati hiburan.
(Konsumen yang menikmati hiburan)
Wajib Pajak Orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan
hiburan. Dengan demikian pajak Pajak Hiburan subjek
pajak dan wajib pajak tidak sama, dimana konsumen
yang menikmati hiburan merupan subjek pajak yang
membayar (menanggung) pajak, sementara
penyelenggara hiburan bertindak sebagai wajib pajak
yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari
konsumen (subjek pajak).

59
© 2015 Achmad Tjahjono
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Hiburan Lanjutan


Tarip Pajak Tarip Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga
Hiburan puluh lima persen) dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Perhitungan Besarnya Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara
Pajak Hiburan mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan pajak:
Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
= Tarip Pajak x Jumlah Pembayaran yang
diterima atau yang Seharusnya diterima
Penyelenggara hiburan.

60
© 2015 Achmad Tjahjono
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Hiburan Lanjutan


Masa Pajak, Masa Pajak dalam Pajak Hiburan merupakan jangka waktu
Tahun Pajak, yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka
Saat Terutang waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
Pajak, dan Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun
Wilayah takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang
Pemungutan tidak sama dengan tahun takwim.
Pajak yang terutang merupakan Pajak Hiburan yang harus
dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak,
atau dalam tahun pajak menurut ketentuan Peraturan Daerah
tentang Pajak Hiburan yang ditetapkan oleh Pemerintah
kabupaten/kota setempat.
Saat pajak terutang dalam masa pajak yang ditentukan
menurut keadaan, yaitu pada saat penyelenggaraan hiburan.
Pajak Hiburan yang terutang dipungut di wilayah
kabupaten/kota tempat hiburan diselenggarakan.

61
© 2015 Achmad Tjahjono
PAJAK REKLAME DAN PENERANGAN JALAN

62
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Reklame
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah
benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang
untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan,
atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan,
yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan dinikmati oleh umum.
Objek Pajak Semua penyelenggaraan reklame. Penyelenggaraan
reklame bisa dilakukan oleh penyelenggara reklame
atau peusahaan jasa periklanan yang terdaftar pada
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota.
Subjek Pajak Orang pribadi atau Badan yang menggunakan reklame.
Wajib Pajak Orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan
reklame. Jika reklame diselenggarakan sendiri secara
langsung oleh orang pribadi atau badan, wajib pajak
Reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut.
Apabila reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga ,
misalnya perusahaan jasa periklanan, pihak ketiga
tersebut menjadi wajib pajak reklame.

63
© 2015 Achmad Tjahjono
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Reklame Lanjutan


Tarip Pajak Tarip Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%
Reklame (dua puluh lima persen) dan ditetapkan dengan peraturan
daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Perhitungan Besarnya Pajak Reklame yang terutang dihitung dengan cara
Pajak Reklame mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan pajak:
Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
= Tarip Pajak x Nilai Sewa Reklame

64
© 2015 Achmad Tjahjono
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Reklame Lanjutan


Masa Pajak, Masa Pajak dalam Pajak Reklame merupakan jangka waktu
Tahun Pajak, yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka
Saat Terutang waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
Pajak, dan Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun
Wilayah takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang
Pemungutan tidak sama dengan tahun takwim.
Umumnya masa pajak adalah jangka waktu tertentu yang
lamanya sama dengan waktu penyelenggaraan reklame.
Pajak yang terutang merupakan Pajak Reklame yang harus
dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak,
atau dalam tahun pajak menurut ketentuan Peraturan Daerah
tentang Pajak Reklame yang ditetapkan oleh Pemerintah
kabupaten/kota setempat.
Saat pajak terutang dalam masa pajak yang ditentukan
menurut keadaan, yaitu pada saat penyelenggaraan reklame.
Pajak Reklame yang terutang dipungut di wilayah
kabupaten/kota tempat reklame berlokasi.

65
© 2015 Achmad Tjahjono
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Penerangan Jalan (PPJ)


Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Penerangan jalan
adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang
rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
Objek Pajak Pengunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun yang diperoleh dari sumber lain. Listrik yang
dihasilkan sendiri meliputi seluruh pembangkit listrik.
Subjek Pajak Orang pribadi atau Badan yang dapat menggunakan
tenaga lisgtrik. (Konsumen yang menikmati dan
membayart pelayanan yang diberikan oleh pengusaha
penerangan jalan)
Wajib Pajak Orang pribadi atau Badan yang menggunakan tenaga
listrik. Dengan demikian pajak

66
© 2015 Achmad Tjahjono
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Penerangan Jalan Lanjutan


Tarip Pajak Tarip Pajak Penerangan jalan (PPJ) ditetapkan paling tinggi
Penerangan sebesar 10% (sepuluh persen) dan ditetapkan dengan
Jalan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Khusus penggunaan listrik dari sumber lain oleh industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alama, tarip PPJ
ditetapkankan paling tinggi 3 persen.
Untuk penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarip
PPJ ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5 % (satu setengah
persen)
Perhitungan Besarnya Pajak Penerangan Jalan yang terutang dihitung
Pajak dengan cara mengalikan tarip pajak dengan dasar pengenaan
Penerangan pajak:
Jalan
Pajak Terutang = Tarip Pajak x DPP
= Tarip Pajak x Nilai Jual Tenga Listrik.

67
© 2015 Achmad Tjahjono
JNEIS PAJAK (Kabupaten/Kota)

Pajak Penerangan Jalan Lanjutan


Masa Pajak, Masa Pajak dalam Pajak Penerangan Jalan merupakan jangka
Tahun Pajak, waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau
Saat Terutang jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan
Pajak, dan bupati/walikota.
Wilayah Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun
Pemungutan takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang
tidak sama dengan tahun takwim.
Pajak yang terutang merupakan Pajak Penerangan Jalan yang
harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa
pajak, atau dalam tahun pajak menurut ketentuan Peraturan
Daerah tentang Pajak Penerangan Jalan yang ditetapkan oleh
Pemerintah kabupaten/kota setempat.
Saat pajak terutang dalam masa pajak ditentukan sejak
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) PPJ oleh
bupati/walikota.
Pajak Penerangan Jalan yang terutang dipungut di wilayah
kabupaten/kota tempat penggunaan listrik.

68
© 2015 Achmad Tjahjono
PAJAK REKLAME PAJAK MINERAL BUKAN
LOGAM DAN BATUAN dan PAJAK AIR TANAH
DAN PENERANGAN JALAN

69
JENIS PAJAK DAERAH (Kabupaten/Kota)

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik
dari sumber alam di dalam dan atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan
Objek Pajak Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan
batuan.
Subjek Pajak Orang pribadi atau Badan yang dapat mengambil
mineral bukan logam dan batuan.
Wajib Pajak Orang pribadi atau Badan yang mengambil
mineral bukan logam dan batuan. Dengan
demikian, pada pajak jenis pajak ini, subyek
pajak sama dengan wajib pajak.
Tarif Tarip Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua puluh
lima persen) dan ditetapkan dengan peraturan
daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

© 2015 Achmad Tjahjono

70
PENGALIHAN PAJAK PROVINSI (Kabupaten/Kota)

Pajak Air Tanah


Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah
Objek Pajak Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah
Subjek Pajak Orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
Wajib Pajak Orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
Tarif Tarip Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar
20% (dua puluh persen) dan ditetapkan dengan
peraturan daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan.

71
PAJAK PARKIR DAN PAJAK SARANG BURUNG
WALET

72
JENIS PAJAK DAERAH (Kabupaten/Kota)

Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir
di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan
pokok usaha mapun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
Objek Pajak Penyelenggaraan tempat parkirdi luar badan jalan,
baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor.
Subjek Pajak Orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir
kendaraan bermotor.
Wajib Pajak Orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan
tempat parkir. Dengan demikian pada pajak parkir
subjek pajak tidak sama dengan wajib pajak.
Tarif Tarip Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%
(tiga puluh persen) dan ditetapkan dengan peraturan
daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

73
© 2015 Achmad Tjahjono
JENIS PAJAK BARU (Kabupaten/Kota)

Pajak Sarang Burung Walet


Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak yang dikenakan atas kegiatan
pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.
Objek Pajak Pengambilan dan/atau pengusahaan sarang
burung walet, kecuali yang telah dikenakan
PNBP.
Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang melakukan
pengambilan dan/atau mengusahakan sarang
burung walet.

Wajib Pajak Orang pribadi atau badan yang melakukan


pengambilan dan/atau mengusahakan sarang
burung walet.

Tarif Maksimum 10% dari nilai jual sarang burung


walet

74
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)
dan PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN
PERKOTAAN (PBB P2)

75
PENGALIHAN PAJAK PUSAT (Kabupaten/Kota)

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan


Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan
hak atas tanah dan/atau bangunan.

Objek Pajak Perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
tanah dan/atau bangunan.

Wajib Pajak Orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
tanah dan/atau bangunan.

Tarif Maksimum 5% dari nilai perolehan objek pajak (NPOP)

76
PENGALIHAN PAJAK PUSAT (Kabupaten/Kota)

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan & Perkotaan


Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan dan pertambangan.
Objek Pajak Bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan
dan pertambangan.
Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu
hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan arau
memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan.
Wajib Pajak Orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu
hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan arau
memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan.
Tarif Maksimum 0,3% dari nilai jual objek pajak (NJOP)

77
RETRIBUSI DAERAH

78
DAFTAR RETRIBUSI DAERAH
1. Retribusi Jasa Umum
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan
2. Retribusi Persampahan/Kebersihan
3. Retribusi KTP dan Akte Capil
4. Retribusi Pemakaman/Pengabuan Mayat
5. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum
6. Retribusi Pelayanan Pasar
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10.Retribusi Pengolahan Limbah Cair
11.Retribusi Penyedotan Kakus
12.Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
13.Retribusi Pelayanan Pendidikan
14.Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

79
© 2015 Achmad Tjahjono
2. Retribusi Jasa Usaha
1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2. Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan
3. Retribusi Tempat Pelelangan
4. Retribusi Terminal
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir
6. Retribusi Tempat Penginapan/
Pesanggrahan/Villa
7. Retribusi Rumah Potong Hewan
8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10.Retribusi Penyeberangan di Air
11.Retribusi Penjualan Produksi Usaha
Daerah

80
© 2015 Achmad Tjahjono
3. Retribusi Perizinan Tertentu

1. Retribusi Izin Mendirikan


Bangunan
2. Retribusi Izin Tempat Penjualan
Minuman Beralkohol
3. Retribusi Izin Gangguan
4. Retribusi Izin Trayek
5. Retribusi Izin Usaha Perikanan

81
© 2015 Achmad Tjahjono
JENIS RETRIBUSI BARU

RETRIBUSI
PELAYANAN TERA / TERA ULANG
Objek Retribusi Tera dan Tera Ulang adalah
a. Pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan
perlengkapannya.
b. Pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tujuan Melindungi kepentingan umum agar masyarakat
memperoleh barang dengan takaran dan kualitas
yang sesuai dengan kesepakatan.
Didasarkan pada biaya penyediaan jasa, dengan
Tarif memperhatikan:
• Kemampuan masyarakat
• Aspek keadilan
• Efektivitas pengendalian pelayanan

82
JENIS RETRIBUSI BARU

RETRIBUSI
PELAYANAN PENDIDIKAN
Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah pelayanan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh pemerintah
daerah.
Tujuan Untuk kesinambungan dan peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan
oleh pemerintah daerah, di luar pendidikan dasar
dan menengah.
Tarif Didasarkan pada biaya penyediaan jasa, dengan
memperhatikan:
• Kemampuan masyarakat
• Aspek keadilan
• Efektivitas pengendalian pelayanan

83
JENIS RETRIBUSI BARU

RETRIBUSI
PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI
Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah
pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan
memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum.

Tujuan Untuk memberikan tanggungjawab kepada


Pemerintah Daerah dalam penataan dan
pengamanan menara telekomunikasi.
Tarif Ditetapkan paling tinggi 2% dari nilai jual objek
pajak yang digunakan sebagai dasar penghitungan
PBB menara telekomunikasi.

84
JENIS RETRIBUSI BARU

RETRIBUSI
IZIN USAHA PERIKANAN
Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah Pemberian kepada orang
pribadi atau badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan
pembudidayaan ikan.

Tujuan Untuk meningkatkan pelayanan dan pengendalian


kegiatan di bidang perikanan secara terus menerus
dengan kualitas yang lebih baik.
Tarif Didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin.

Pertimbangan:
Seluruh kewenangan perizinan dan pungutannya telah diserahkan ke daerah.

85
Taxation

Thank You

Quality, Integrity, Entrepreneurship © 2020 Achmad Tjahjono stieww.ac.id 86

You might also like