You are on page 1of 143

MK BAKTERIOLOGI

MK BAKTERIOLOGI
PERTEMUAN KE-13
PERTEMUAN KE-13
Fungsi ekologis
Fungsi ekologis bakteri
bakteri
Nur Hadi y Anta
Postur Pertahanan Nirmiliter - Universitas Pertahanan
1
UNIVERSITAS
PERTAHANAN LEARNING MATERIALS
Meeting number TOPICS
The ecological function of bacteria and their use in the
environment

13
Pendahuluan
Bacteria as Decomposer
Bacteria as Biocleaner
Bacteria as Nitrogen Fixators
Bacteria for Bioremediation
Bacteria for water quality testing and water purification
Expected Cadet Abilities
Cadets are able to explain the ecological function of bacteria and their use
in the environment.
Assignment :

Nur Hadi Y Anta


2
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteria as Decomposer

Bacteria play an important role in decomposition of organic


materials, especially in the early stages of decomposition
when moisture levels are high. In the later stages of
decomposition, fungi tend to dominate.

Bacillus subtilis and Pseudomonas fluorescens are


examples of decomposer bacteria.

Nur Hadi Y Anta


3
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Scavenger

What Do You Think?

Nur Hadi Y Anta


4
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Decomposer

What
Do
You
Think?
Nur Hadi Y Anta
5
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Scavenger Vs Decomposer
Scavenger Decomposer
Definition Animal that feed on dead animals, Organism that breaks doen
plants and carrion and breaks down into small pieces of organic matter
smlaller pieces into molecular level
Importance Facilitates food for decomposers Facilitates nutrients for plant
and animals
Kingdom Animalia Fungi, Monera and Animalia
Function Break down th elarge dead materials Break down particles into the
into smaller particles molecular level
Involtvement in Initiates decomposition Completes decomposition
Decomposition
Examples
Nur Hadi Y Anta
Birds, Crabs, Insect, Opossums, etc 6
Earthworm, Fungi, Insect, Bact
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteria as Decomposer
PENGERTIAN
Dekomposer atau pengurai merupakan organisme yang memakan
organisme mati dan produk-produk limbah dari organisme lain.
Dekomposer membantu siklus nutrisi kembali ke ekosistem lainnya.
Terdapat beberapa organisme yang berperan sebagai dekomposer pada
pola rantai makanan di dalam ekosistem tertentu. Bisa dibilang peran
dekomposer sangat penting dalam keseimbangan ekosistem alam.
Pengurai atau dekomposer akan selalu ada di tiap jenis-jenis ekosistem
yang ada, baik di padang rumput, di hutan, di gurun, di kutub, hingga di
lautan sekalipun

Nur Hadi Y Anta


7
UNIVERSITAS
PERTAHANAN DEFINISI DEKOMPOSER
Pengertian dekomposer secara umum adalah makhluk hidup
atau organisme yang memperoleh energi dengan cara
menguraikan sisa-sisa makhluk hidup lain yang telah mati.

Nur Hadi Y Anta


8
UNIVERSITAS
PERTAHANAN PERAN DEKOMPOSER
Penting dalam keberlangsungan ekosistem di darat dan di laut.
Organisme yang sudah mati selanjutnya akan langsung diuraikan
oleh dekomposer untuk kemudian dikembalikan ke tanah menjadi
unsur hara atau zat anorganik yang penting untuk pertumbuhan.
Penguraian organisme oleh dekomposer akan menghasilkan gas
karbondioksida yang sangat bermanfaat dalam proses fotositesis
tumbuhan. Dekomposer juga membuat tanah memiliki banyak
tambahan senyawa organik. Zat-zat seperti karbon, air dan nitrogen
dikembalikan ke ekosistem melalui aktivitas pengurai.
Nur Hadi Y Anta
9
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Decomposer Fuction
1. Pereaksi Kimia di dalam Tanah.
Mengurai materi organik di dalam tanah menjadi nitrat.
Senyawa nitrat inilah yang diperlukan oleh tumbuhan.
2. Mengurai Polutan di dalam Tanah.
Dekomposer juga memiliki peran sebagai agen biologis
untuk mengurai polutan dalam tanah menjadi bahan yang
sitatnya tidak berbahaya.
Penguraian ini bisa berlangsung dengan sangat cepat apabila
paktivitas organisme dekomposer di dalam tanah juga tinggi..

Nur Hadi Y Anta


10
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Fungsi Dekomposer
3. Mencegah Berkembangnya Penyakit di dalam Tanah
Tanah bisa dikatakan dalam keadaan normal apabila di
dalamnya terdapat aktivitas organisme serta senyawa
organik dalam kapasitas yang tinggi. Saat itulah saat dimana
organisme di dalam tanah berhasil melawan patogen atau
penyakit yang masuk ke bagian dalam tanah.

Organisme yang masuk dalam kategori dekomposer ini akan


secara alami memanfaatkan prinsip pengendalian secara
biologis. Dengan begitu, segala organisme lain yang
mengganggu pun bisa dikendalikan.
Nur Hadi Y Anta
11
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Fungsi Dekomposer
4. Memberikan Pengaruh pada Tekstur Tanah
Berdasarkan teksturnya sendiri, tanah bisa dikategorikan
menjadi beberapa jenis. Ada tanah yang bertekstur halus, ada
yang bertekstur sedang dan bertekstur kasar.

Tekstur ini juga dipengaruhi oleh jumlah dekomposer dalam


tanah tersebut.

Nur Hadi Y Anta


12
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Fungsi Dekomposer
5. Mempengaruhi Kesuburan Tanah
Selain memberikan tekstur, organisme dekomposer juga berperan dalam
menentukan tingkat kesuburannya.
Tanah tersusun atas partikel yang terikat satu sama lain. Partikel
terbentuk dari bahan organik yang dihasilkan oleh organisme dekomposer
dalam tanah.
Organisme dalam tanah juga membuat pori-pori yang membuat tanah
menjadi gembur sehingga proses aerasi tanah bisa berlangsung. Dengan
dua faktor tersebut yang akan memungkinkan berbagai jenis tanaman
bisa tumbuh subur.

Nur Hadi Y Anta


13
UNIVERSITAS
PERTAHANAN JENIS JENIS DEKOMPOSER
1. Mikroba. Mikroba/mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat
kecil. Karena ukurannya yang sangat kecil. Organisme yang termasuk dalam
kelompok mikroba ini antara lain adalah bakteri dan jamur. Keduanya memiliki
sifat yang unik yang berfungsi sebagai penyeimbang dalam ekosistem lingkungan.

2. Mirkofauna. Mikrofauna ini adalah hewan yang memiliki ukuran sangat


kecil sehingga untuk mengamatinya dibutuhkan alat bantu berupa mikroskop.
Organisme yang termasuk dalam kategori mikrofauna ini adalah protozoa.

3. Meiofauna. Meiofauna. Organisme yang termasuk dalam kelompok ini


adalah kumbang.

Nur Hadi Y Anta


14
UNIVERSITAS
PERTAHANAN JENIS JENIS DEKOMPOSER
4. Makrofauna. Jenis dekomposer terakhir adalah makrofauna. Seperti
namanya, dekomposer yang tergolong dalam makrofauna adalah organisme yang
berukuran cukup besar sehingga tidak dibutuhkan alat bantu seperi mikroskop
untuk mengamatinya. Contoh dari makrofauna ini misalnya cacing tanah.

Nur Hadi Y Anta


15
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Hubungan Ekosistem dan Dekomposer
1. Dekomposer di Ekosistem Hutan
Di wilayah daratan, ekosistem hutan ini adalah ekosistem yang paling umum dan
sering dijumpai. Pada ekosistem hutan ini, terdapat berbagai jenis dekomposer,
seperti misalnya cacing tanah, keong, siput hingga jamur dan bakteri. Organisme
mati yang diuraikan oleh dekomposer ini kemudian akan menjadi sumber nutrisi bagi
tanah yang juga akan meningkatkan kesuburan hutan.

2. Dekomposer di Ekosistem Kutub


Kutub yang memiliki suhu yang sangat rendah memang tidak memungkinkan untuk
organisme dekomposer hidup. Namun, ada satu jenis dekomposer yang mampu
hidup di ekosistem kutub ini, yaitu bakteri. Hal ini karena bakteri sendiri memiliki sifat
mampu bertahan pada kondisi dan suhu apapun.

Nur Hadi Y Anta


16
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Hubungan Ekosistem dan Dekomposer
3. Dekomposer di Ekosistem Gurun
Sama seperti ekosistem kutub, ekosistem gurun yang juga memiliki kondisi suhu
ekstrem juga membuat beberapa jenis dekomposer sulit untuk hidup di lingkungan
ini. Namun ada beberapa jenis dekomposer yang tetap bertahan hidup di ekosistem
gurun, yaitu kumbang, cacing tanah, bakteri dan kaki seribu.

4. Dekomposer di Ekosistem Air


Pada lingkungan atau ekosistem air juga terdapat beberapa jenis dekomposer
meskipun jumlahnya memang tidak sebanyak dekomposer di ekosistem daratan.
Jenis dekomposer yang hidup di ekosistem air kebanyakan adalah jenis bakteri.
Selain itu, ada pula hewan yang disebut sebagai hewan pemulung, yaitu kerang,
beberapa jenis ikan, cacing, kepiting dan lobster.

Nur Hadi Y Anta


17
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Hubungan Ekosistem dan Dekomposer
Jenis Ekosistem Contoh Dekomposer
Ekosistem Hutan Bakteri, jamur, cacing tanah, keong dan siput
Ekosistem Kutub Bakteri
Ekosistem Gurun Bakteri, cacing tanah, kumbang, kaki seribu
Ekosistem Air Bakteri

Nur Hadi Y Anta


18
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteriology

Bacteria as
Biocleaner
Microbial Cleaning for Removal
of Surface Contamination

Nur Hadi Y Anta


19
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteriology
Bacteria

Bacteria Bacteria
Secrete A typical
Reproduce
enzyme microbial
cleaning life
cycle diagram.
Bacteria Enzymes
Excrete CO₂ Attack
Contaminant
And H₂O

Nur Hadi Y Anta


20
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteriology

Examples of bioremediation parts washers. (a) Graymills


Biomatics™ Parts Washer, (b) Bio-Circle, and (c) ChemFree
SmartWasher.
Nur Hadi Y Anta
21
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteriology

Cleaning of
parts in a wash
basin.

Nur Hadi Y Anta


22
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteriology

Parts cleaner sink (a) prior to cleaning, and (b) after cleaning.

Nur Hadi Y Anta


23
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteriology

Photos of a truck fueling bay before (a) and after (b) microbial
cleaning.

Nur Hadi Y Anta


24
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteriology

A cleaning tank (a) after drainage but before cleaning, and (b) after microbial
treatment.

Nur Hadi Y Anta


25
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteriology

Inverted image of a
cellulose acetate replica
of bacteria in a vegetable
marinade. The scale bar
is 5 µm.

Nur Hadi Y Anta


26
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteriology

Effect of biocleaning
with Pseudomonas
stutzeri bacterial
strain on the Stories
of the Holy Fathers
fresco before (a) and
after (b) treatment.

Nur Hadi Y Anta


27
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteriology

Fiksator
nitrogen
Nur Hadi Y Anta
28
UNIVERSITAS
PERTAHANAN FIKSATOR NITROGEN
Bakteri nitrogen (bakteri pengikat nitrogen) adalah kelompok bakteri yang mampu
mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas di udara dan mereduksinya menjadi senyawa
amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.

Ada dua golongan besar bakteri pengikat nitrogen:


a. Kelompok Cyanobacteria
Kelompok Cyanobacteria bersimbiosis dengan banyak tumbuhan dari kelompok
tumbuhan paku atau tumbuhan berbiji terbuka, seperti Anabaena.

b. Kelompok Proteobacteria.
Kelompok Proteobacteria biasanya bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan
 untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme dalam nodul atau bintil akar untuk

langsung oleh kebanyakan organisme.


Nur Hadi Y Anta
29
mengikat nitrogen bebas di udara yang pada umumnya tidak dapat digunakan secara
UNIVERSITAS
PERTAHANAN FIKSATOR NITROGEN
Kelompok bakteri Proteobacteria ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya 
genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan 
Sinorhizobium.[3] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-
polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau
bintil-bintil akar.

Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk hijau pada beberapa tanaman,


seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut
menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat
nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), daya tangkap dan efisiensi
penyerapan nitrogen oleh tanaman akan berkurang cukup signifikan. Bintil-bintil akar
melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup.
Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.
Nur Hadi Y Anta
30
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Mekanisme pbtk bintil akar
Bakteri Rhizobium berkumpul di sekitar rambut – rambut akar secara alami
maupun pada media buatan dengan pemberian inokulan atau preparat
hidup bakteri Rhizobium (Sutedjo et al., 1991).
Sehubungan dengan berkumpulnya bakteri tersebut, akar akan
mengekskresikan atau mengeluarkan senyawa triptofan yang
menyebabkan bakteri berkembang pada ujung akar rambut. Kemudian
Triptofan diubah oleh Rhizobium menjadi IAA (Indole Acetic Acid) yang
menyebabkan akar membengkok Karena adanya interaksi antara akar
dengan Rhizobium.
Kemudian bakteri merombak dinding sel akar tanaman sehingga terjadi
kontak antara keduanya.

Nur Hadi Y Anta


31
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Mekanisme pbtk bintil akar
Benang infeksi terbentuk, yang merupakan perkembangan dari membran
plasma yang memanjang dari sel terinfeksi. Setelah itu Rhizobium
berkembang di dalam benang infeksi yang menjalar menembus sel-sel
korteks sampai parenkim.
Di dalam sel kortek, Rhizobium dilepas di dalam sitoplasma untuk membentuk
bakteroid dan menghasilkan stimulan yang merangsang sel korteks untuk
membelah.
Pembelahan tersebut menyebabkan proliferasijaringan, membentuk struktur
bintil akar yang menonjol sampai keluar akar tanaman, yang mengandung
bakteri Rhizobium (Armiadi, 2009)

Nur Hadi Y Anta


32
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Mekanisme pbtk bintil akar
Bintil akar tidak selalu tumbuh di pangkal akar, ada juga yang tumbuh di
ujung-ujung akar. Tidak selalu bintil akar dihuni oleh bakteri Rhizobium
yang tepat dan efektif.
Ciri bintil akar yang efektif adalah bila dibelah melintang akan
memperlihatkan warna merah muda hingga kecoklatan di bagian
tengahnya. Pigmen merah leghemeglobin ini yang paling berperan dalam
memfiksasi N.
Pigmen itu dijumpai dalam bintil akar antara bakteroid dan selubung
membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemoglobin di dalam bintil akar
memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi
(Novriani, 2011).

Nur Hadi Y Anta


33
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Mekanisme pbtk bintil akar

Nur Hadi Y Anta


34
UNIVERSITAS
PERTAHANAN
Faktor2 yg mempengaruhi pbtk bintil akar

1. Sumber makanan (Bahan Organik dan perakaran)


Untuk bertahan sebelum menginfeksi tanaman.
2. Mikroorganisme lain (sbg kompetitor di rizosfir)
Terutama yang antagonis, karena dapat menghalangi infeksi
3. Lingkungan
yang mempengaruhi kegiatan fotosintesis untuk menyediakan kebutuhan energi bakteri
(cahaya, luas daun, CO2, pembentukan biji/ fase generatif)
4. pH
keperluan nilai pH dikehendaki netral – agak basa,
5. Suhu
yang disukai 20-28 °C, masing-masing jenis isolat berbeda tanggapnya terhadap suhu

Nur Hadi Y Anta


35
UNIVERSITAS
PERTAHANAN
Faktor2 yg mempengaruhi pbtk bintil akar

6. Ketersediaan air dan hara untuk fotosintesis


karena fotosintesis yang dihasilkan tanaman dimanfaatkan oleh bakteri
7. Senyawa racun
Yang berasal dari herbisida, fungisida di tanah tidak disukai bakteri
bintil, dapat berpengaruh terhadap keberadaan bakteri, salinitas
8. Ketersediaan nutrisi
Seperti N yang bisa menghambat bintil; P untuk supali energi; Mo
untuk kerja nitrogenase, Fe dan Co utk laghemoglobin dan transfer
elektron

36
9. Kesesuian genetik antara bakteri dgn tan (utk keperluan infeksi)
Nur Hadi Y Anta
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Mekanisme pbtk bintil akar

Nur Hadi Y Anta


37
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Mekanisme pbtk bintil akar

Nur Hadi Y Anta


38
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Mekanisme pbtk bintil akar

Nur Hadi Y Anta


39
UNIVERSITAS
PERTAHANAN MATERI PEMBELAJARAN

BIOREMEDI
ATION
Nur Hadi Y Anta
40
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION
• Remediasi: Proses perbaikan.
• Proses perbaikan lingkungan.
• Pendekatan-pendekatan yang dilakukan untuk menghilangkan pencemar dari
lingkungan
• Menggunakan organisme (bakteri, fungi, tanaman atau enzimnya) untuk
memperbaiki atau mengembalikan keadaan lingkungan yang tercemar
• Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut,
sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi.
• Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan
beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi

41
metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun

Nur Hadi Y Anta


UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


42
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION
1 3

Nur Hadi Y Anta


43
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


44
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


45
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


46
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


47
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


48
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


49
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


50
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


51
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


52
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


53
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


54
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


55
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


56
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


57
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


58
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


59
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


60
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


61
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


62
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


63
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


64
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


65
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


66
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


67
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


68
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


69
UNIVERSITAS
PERTAHANAN BIOREMEDIATION

Nur Hadi Y Anta


70
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Bacteriology

Nur Hadi Y Anta


71
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


72
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


73
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


74
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


75
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


76
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


77
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


78
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


79
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


80
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


81
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


82
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


83
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


84
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Environmental Microbiology

Nur Hadi Y Anta


85
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Biogeochemical Cycles

Nur Hadi Y Anta


86
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Biogeochemical Cycles

Nur Hadi Y Anta


87
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Biogeochemical Cycles

Nur Hadi Y Anta


88
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Biogeochemical Cycles

Nur Hadi Y Anta


89
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Biogeochemical Cycles

Nur Hadi Y Anta


90
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Biogeochemical Cycles

Nur Hadi Y Anta


91
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Biogeochemical Cycles

Nur Hadi Y Anta


92
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Biogeochemical Cycles

Nur Hadi Y Anta


93
UNIVERSITAS
PERTAHANAN Biogeochemical Cycles

Nur Hadi Y Anta


96
Nur Hadi Y
143
Anta

You might also like