You are on page 1of 22

Hadist

Keduapuluh
Sembilan
Pintu – Pintu Kebaikan
Disusun oleh :
FadhlurRahman, Umar Hidayat, Hammam
Abdurrahman

08 November 2021
‫‪Hadist 29‬‬

‫ت يَا َرس ُْو َل هللاِ أَ ْخبِرْ نِي بِ َع َم ٍل يُ ْد ِخلُنِي َ‬


‫الجنَّةَ‬ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل ‪ :‬قُ ْل ُ‬ ‫• َع ْن ُم َعا ِذ ب ِْن َجبَ ٍل َر ِ‬
‫ت َع ْن َع ِظ ٍيم َوإِنَّهُ لَيَ ِسي ٌر‪َ :‬علَى َم ْن يَ َّس َرهُ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه تَ ْعبُ ُد هَّللا َ‬ ‫ار قَا َل ‪ :‬لَقَ ْد َسأ َ ْل َ‬ ‫َويُبَا ِع ُدنِي َع ِن النَّ ِ‬
‫ت ثُ َّم قَا َل « أَالَ‬ ‫ان َوتَحُجُّ ْالبَ ْي َ‬ ‫ض َ‬ ‫صالَةَ َوتُ ْؤتِى ال َّز َكاةَ َوتَصُو ُم َر َم َ‬ ‫ك بِ ِه َش ْيئًا َوتُقِي ُم ال َّ‬ ‫الَ تُ ْش ِر ُ‬
‫صالَةُ‬ ‫ئ ْال َما ُء النَّا َر‪َ :‬و َ‬ ‫ئ ْال َخ ِطيئَةَ َك َما ي ْ‬
‫ُطفِ ُ‬ ‫ص َدقَةُ تُ ْ‬
‫طف ِ ُ‬ ‫ب ْال َخ ْي ِر الص َّْو ُم ُجنَّةٌ َوال َّ‬ ‫ك َعلَى أَ ْب َوا ِ‬ ‫أَ ُدلُّ َ‬
‫اج ِع } { َحتَّى إِ َذا بَلَ َغ }‬ ‫ض ِ‬ ‫ال َّرج ُِل فِي َج ْو ِف‪:‬اللَّي ِْل »‪ .‬ثُ َّم تَالَ ‪ { :‬تَتَ َجافَى ُجنُ ْوبُهُ ْم َع ِن ال َم َ‬
‫{ يَ ْع َملُ ْو َن }‬
‫س األَ ْم ِر َو َع ُمو ِد ِه َو ِذرْ َو ِة َسنَا ِم ِه »‪ .‬قُ ْل ُ‬ ‫ك بَ ْ‬ ‫ُ‬
‫ت بَلَى يَا َر‪:‬سُو َل هَّللا ِ‪.‬‬ ‫ِ ِ‬ ‫أ‬
‫‪:‬‬
‫ر‬ ‫َ‬ ‫ر‬
‫ُ‬ ‫• ثُ َّم قَا َل « أَالَ أ ِ‬
‫ب‬‫خ‬ ‫ْ‬
‫ك‬‫صالَةُ َو ِذ ْر َوةُ َسنَا ِم ِه ْال ِجهَا ُد »‪ .‬ثُ َّم قَا َل « أَالَ أُ ْخبِ ُر َ‬ ‫اإل ْسالَ ُم َو َع ُمو ُدهُ ال َّ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ر‬ ‫م‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫األ‬ ‫سُ‬ ‫ْ‬
‫أ‬ ‫• قَا َل « َر‬
‫ت يَا‬ ‫ك هَ َذا »‪ .‬فَقُ ْل ُ‬ ‫ف َعلَ ْي َ‬ ‫ال فَأ َ َخ َذ بِلِ َسانِ ِه قَا َل « ُك َّ‬ ‫ت بَلَى يَا َرس ُْو َل هَّللا ِ قَ َ‬ ‫ك ُكلِّ ِه »‪ .‬قُ ْل ُ‬ ‫بِ َمالَ ِك َذلِ َ‬
‫اس فِى النَّا ِر‪َ :‬علَى‬ ‫ك َوهَ ْل يَ ُكبُّ النَّ َ‬ ‫ك أُ ُّم َ‬ ‫ون بِ َما نَتَ َكلَّ ُم بِ ِه فَقَا َل « ثَ ِكلَ ْت َ‬‫ى هَّللا ِ َوإِنَّا لَ ُم َؤا َخ ُذ َ‬ ‫نَبِ َّ‬
‫ث َح َس ٌن‬ ‫صائِ ُد أَ ْل ِسنَتِ ِه ْم »‪َ .‬ر َواهُ التِّ ْر ِم ِذيُّ َوقَا َل ‪َ :‬ح ِد ْي ٌ‬ ‫اخ ِر ِه ْم إِالَّ َح َ‬ ‫ُوجُو ِه ِه ْم أَ ْو قا َ َل َعلَى َمنَ ِ‬
‫ص ِح ْي ٌح‬ ‫َ‬
• Hadits Kedua Puluh Sembilan
• Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah! Beritahukanlah
kepadaku amal perbuatan yang dapat memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.’ Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh, engkau bertanya tentang perkara yang besar, tetapi
sesungguhnya hal itu adalah mudah bagi orang yang Allah mudahkan atasnya: Engkau beribadah kepada
Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, membayar zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji ke Baitullah.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah itu
memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalatnya seseorang di pertengahan
malam.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah, ‘Lambung mereka jauh dari
tempat tidurnya’, sampai pada firman Allah ‘yang mereka kerjakan.’ (QS. As-Sajdah: 16-17). Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Maukah engkau aku jelaskan tentang pokok segala perkara, tiang-
tiangnya, dan puncaknya?’ Aku katakan, ‘Mau, wahai Rasulullah!’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Pokok segala perkara adalah Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.’ Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Maukah kujelaskan kepadamu tentang hal yang menjaga itu
semua?’ Aku menjawab, ‘Mau, wahai Rasulullah!’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab lalu
memegang lidah beliau dan bersabda, ‘Jagalah ini (lisan)!’ Kutanyakan, ‘Wahai Nabi Allah, apakah kita akan
disiksa dengan sebab perkataan kita?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Semoga ibumu
kehilanganmu! (kalimat ini maksudnya adalah untuk memperhatikan ucapan selanjutnya). Tidaklah manusia
tersungkur di neraka di atas wajah atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.’” (HR.
Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih). [HR. Tirmidzi, no. 2616 dan Ibnu Majah, no. 3973. Al-
Hafizh Abu Thahir mengatakan hadits ini hasan].
•Urgensi Hadist
• Hadits ini menjelaskan berbagai amal shalih yang dapat
memasukkan orang yang melakukannya ke dalam surga dan
menjauhkannya dari neraka. karena tujuan diutusnya para rasul dan
diturunkannya kitab-kitab suci adalah untuk memasukkan manusia
ke dalam surga dan menjauhkan mereka dari neraka. karena itu,
Rasulullah saw. bersabda kepada Mu’adz, “Sungguh engkau telah
menanyakan sesuatu yang sangat penting.” Beliau juga bersabda
kepada orang yang menanyakan hal serupa. “Meskipun
pertanyaanmu singkat, namun kandungannya sangat luas.”
Mu’adz bin Jabal ra
Mu’adz bin Jabal ra bin Amr bin Aus bin Aid
adalah sahabat nabi dari kaum Anshar yang
berbait kepada Rasul sejak pertama kali.
Sehingga ia termasuk orang yang pertama
kali masuk islam ( As-Sabiqun Al-
Awwalun). Mu’adz terkenal sebagai
cendekiawan dengan wawasannya yang luas
dan pemahaman yang mendalam dalam ilmu
fiqh, bahkan Rasululloh menyebutnya
sebagai sahabat yang paling mengerti yang
mana halal dan haram. Mu’adz juga
merupakan duta besar Islam yang pertama
kali Rasululloh kirim.
Wafat
Mu’adz bin Jabal ra bin Amr bin Aus bin Aid diketaui wafat
pada ke 18 Hijriah. Sebelum berpulang ke rahmatullah, ia
sempat berada di tengah daerah syam yang di landa wabah
penyakit. Waktu itu, usianya 33 tahun. Meninggalnya Mu’adz
merupakan kabar duka bagi Kaum Muslimin, Khususnya
Khalifah Umar bin Khatab yang kala itu menjadi pemimpin.
Amirul Mukminin merasa, dengan wafatnya maka diangkatnya
satu muara ilmu agama yang sangat dibutuhkan umat islam.
Sesungguhnya ketika akan meninggal, Mu’adz menangis.
Kawannya lantas bertanya, Apa yang membuat engkau
menangis, wahai, Mu’adz ?”
“Aku tidak takut sakitnya sakaratul maut, tetapi yang aku
tangisi adalah diriku yang tidak akan bisa lagi berjihad fii
sabilillah, dan berpisah dengan orang – orang yang di kasihi.
Kandungan
Hadits
Fiqhul- Hadist
( pemahaman atau pelajaran yang bias dipetik dari hadist )
1. Perhatian para
sahabat. yang cukup
besar terhadap amal
shalih
Pertanyaan Mu’adz ra. di atas menunjukkan betapa besar perhatiannya terhadap amal-
amal shalih dan betapa besar upayanya untuk mengetahui hal itu dari Rasulullah saw.
Juga menunjukkan bahwa Mu’adz ra. memiliki kemampuan bahasa yang tinggi. Ia
bertanya dengan pertanyaan yang singkat tetapi mengena. Karenanya Nabi saw. memuji
pertanyaan tersbut dan kagum dengan kemampuan bahasa yang dimilikinya. Pujia itu
tetertuang dalam ucapan beliau saw.: “Sungguh engkau menanyakan sesuatu yang
sangat penting.” Ini tidak lain, karena masuk surga dan terhindar dari api neraka adalah
suatu hal yang penting. Dimana hal itu tidak bisa tercapai kecuali dengan melaksanakan
semua perintah dan meniggalkan semua larangan. Dan inilah yang ditanyakan oleh
Mu’ad ra.
2. Amal perbuatan merupakan penyebab
masuk surga
Ini didasari oleh pertanyaan Mu’adz, “Tunjukkanlah kepadaku amalan yang bisa memasukkan ke surga.”
Juga didasari pada ayat yang menyatakan, “Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, disebabkan apa
yang dahulu kamu kerjakan.” (al-A’raaf: 43) Sedangkan sabda Nabi saw. yang menyatakan, “Salah seorang di
antara kamu tidak akan masuk surga karena amalnya,” lebih mempunyai pengertian, bahwa amalan semata
tidak menjamin masuk surga, namun amalan tersebut harus diterima oleh Allah swt. Ini tentunya dengan
karunia dan rahmat Allah swt. Karena, kemudahan untuk melakukan amal shalih, adalah sepenuhnya
tergantung kehendak Allah swt. Barangsiapa yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan hidayah maka ia
dimudahkan untuk melakukan amal shalih. Dan barangsiapa dikendaki sebaliknya maka ia tidak dimudahkan
hingga tidak bisa melakukan amal shalih bahkan berkutat dalam kesesatan.Allah berfirman yang artinya:
“Adapun orang yang memberikan [hartanya di jalan Allah] dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala
yang terbaik [surga], maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang
bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan
menyiapkan baginya [jalan] yang sukar.” (al-Lail: 5-10)
3. MELAKSAKAN
RUKUN – RUKUN ISLAM

Rasululloh menjawab pertanyaan Mu’adz, dengan


menjelaskan bahwa tauhidullah (Mengesahkan Alloh) dan
menunaikan semua kewajiban dalam Islam, Zakat, Puasa,
Haji, adalah amal shalih yg dengan karunia dan rahmat Alloh
dapat menjadi sebab untuk bisa masuk surga. Pada
pembahasan Hadist ke 2 dan Hadist ke 3 telah dijelaskan
bahwa ke 5 Rukun Islam tersebut adalah dasar dari bangunan
Islam.
4. Pintu – pintu Kebaikan

Riwayat Ibnu Majah mengistilahkannya dengan “Pintu – Pintu Surga.”

Rasululloh telah menunjukkan kepada Mu’adz ra, bahwa melaksanakan


amal – amal sunah setelah menunaikan semua kewajiban merupakan
sarana untuk mendapatkan cinta Alloh.

Dalam Hadist Qudsi dijelaskan, “ Hambaku tidak henti – henti


mendekatiku sehingga Aku mencintainya.”
• Adapun Pintu – Pintu kebaikan
dan berbagai sarana yg bisa membawa kepada kebaikan yaitu :
1. Puasa yg bisa menjadi Benteng.
• Yang dimaksud Puasa dalam hadist ini adalah Puasa Sunah bukan Puasa Ramadhan.
• Karena Puasa Ramadhan sudah disebutkan tersendiri. Sedangkan Puasa Sunah ini sebagai
penghalang dari Api Neraka di Akhirat. Karena melalui Puasa, seseorang akan menghindari
tuntutan syahwat sebagai refleksi dari perintah Alloh dan menjauhi semua larangannya. Dengan
menghindari tuntutan syahwat, maka domimasi syahwat yang ada dalam diri seorang akan
melemah bahwakan akhirnya menghilang sehingga puasa akan menjadi penjaga dan pembersih diri
dari segala dosa.
• 2. Shadaqoh menghapuskan Dosa.
• Yang dimaksud shadaqoh di sini adalah harta yg dikeluarkan fii sabillah bukan Zakat, karena zakat
telah disebutkan tersendiri. Sedangkan dosa yg bisa dihapus adalah dosa kecil yg berhubungan
dengan hak Alloh SWT. Karena dosa besar tidak bisa dihapus kecuali dengan Taubat. Sedangkan
dosa yg berhubungan dengan hak manusia, tidak bisa terhapus melainkan dengan keridhoan orang
yg bersangkutan. Diriwayatkan dari Anas ra Nabi bersabda: “Sesungguhnya shadaqoh akan
memadamkan kemurkaan Alloh dan mencegah kematian yang buruk.” (H.R Ibnu Hibban dan
Tirmidzi) Dengan terhapusnya dosa kecil maka hati menjadi bening dan bersih.
3. Qiyamul lail
“Sesungguhnya orang – orang yang bertakwa berada didalam taman – taman surga dan di
mata air, mereka mengambil apa yg diberikan Rabb kepada mereka. Sesungguhnya mereka
sebelum itu (di dunia) adalah orang – orang yg baik, Mereka sedikit sekali tidur pada waktu
malam.” ( QS Adz Dzariyaat : 15 – 18)

“Lambung mereka jauh dari tempat tidur, mereka berdoa kepada Rabbnya dengan rasa takut
dan penuh harap,” (QS As Sajdah : 16)

Rasululloh bersabda, “Sebaik – baik shalat, selain shalat wajib adalah Qiyamul lail.” (HR
Muslim)

Diriwayatkan Bilal ra Nabi bersabda “Lakukanlah Qiyamul lail, karena Qiyamul lail merupakan
kebiasaan orang – orang shalih sebelum kalian. Ia juga sarana untuk mendekatkan diri kepada
Alloh, pencegah dari perbuatan dosa, kafarat dari berbagai perbuatan buruk, dan pengusir
penyakit dari badan.” (HR Tirmidzi)
5. Inti perkara adalah Islam.
Penyangga Islam adalah
Shalat. Dan Puncak ajaran
Islam adalah Jihad.

Sepertinya Rasululloh mengetahui bahwa Mu’adz bin
Jabal ra, ingin mendapatkan pengetahuan lebih dari
beliau. Maka Nabi bertanya, “Maukah kamu saya
tunjukkan ? ”
5. Inti perkara adalah Islam. Penyangga Islam
adalah Shalat. Dan Puncak ajaran Islam adalah
Jihad.

A. Inti perkara adalah Islam

Ungkapan ini dijabarkan oleh hadist Riwayat Ahmad berikut.

Mu”adz ra berkata Rasululloh bersabda, “Sesungguhnya inti perkara adalah Kesaksian bahwa
tiada Tuhan selain Alloh semata, tiada sekutu baginya, Dan bahwa Muhammad SAW adalah
Hamba dan Utusan Alloh.” Dengan demikian, barangsiapa yg tidak mengakui keduanya baik
secara zahir dan batin, maka ia bukan seorang muslim.

Adapun inti dari agama yg dibawa Nabi Muhammad SAW adalah Islam dan ke lima Rukunnya.
B. Penyanggah Islam adalah Sholat.

Jika tiang adalah penopang rumah, maka shalat adalah penopang Agama. Shalat akan
menjadikan hamba semakin dekat dengan Alloh. Shalat adalah penghubung antara
hamba yang lemah dengan Tuhannya yang Maha Perkasa dan Penyayang.

C. Puncak ajaran Islam adalah Jihad

Jihad akan meninggikan kalimat Alloh, hingga Islam menjadi jaya dan mendominasi
seluruh agama yg lain. Peran ini tidak bisa diwakili oleh ibadah – ibadah yg lain. Dengan
demikian Jihad adalah Puncak ajaran Islam yg tertinggi.

Banyak hadist yg menyebutkan bahwa Jihad adalah amalan yg paling utama, setelah
kewajiban – kewajiban yg lain. Abu Dzar Al Ghifari ra, berkata, “Saya bertanya kepada
Rasululloh, “Ya Rasululloh amalan apakah yg paling utama ?” Rasululloh menjawab,
“Iman kepada Alloh kemudian jihad fii sabilillah.” (HR. Bukhori dan Muslim)
6. Menjaga lisan adalah Kunci semua masalah.
Rasululloh mengakhiri pelajaran yg diberikan kepada Mu’adz dengan menyebutkan bahwa
kunci dan kendali dari amalan – amalan yg telah disebutkan agar bisa mencapai kesempurnaan
adalah mengendalikan lisan. Urgensi pengendalian Lisan ini telah dibahas dalam Hadist ke 15.
Dalam sebuah hadist juga disebutkan bahwa seorang laki – laki bertanya kepada Rasululloh,
tunjukkanlah aku kepada amalan yg bisa memasukkanku ke surga. “Rasul menjawab, “Jagalah
ini.” sambal menunjukkan Lidahnya. Laki – laki itu mengulangi permintaannya. Maka
Rasululloh berkata, “Hus, tidaklah manusia dijerumuskan ke dalam neraka kecuali karena
Lisannya.” (HR. Al Bazzar)
Ibnu Rajab Al Hambali berkata, “Yg dimaksud dengan “Hashoidi alsinah” (hasil dari lisannya)
adalah balasan dari ucapan yg haram. Seolah – olah manusia telah menanamkan dengan
ucapan dan amalannya, yg baik dan yg buruk. Kemudian pada hari Kiamat, ia akan menuai apa
yg telah ditanam (di Dunia). Barang siapa menanam kebaikan, melalui ucapan atau amalan,
maka balasannya surga. Namun, barangsiapa yg menanam kejahatan, melalui ucapan atau
amalan, maka balasannya Neraka. Ia akan menuai penyesalan.
7. Perbuatan yang paling utama, selain amalan
wajib.
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa amal yg paling utama, selain amalan
wajib adalah Ilmu lalu Jihad.
Imam Syafi’I berpendapat bahwa yg paling utama adalah shalat, wajib
maupun sunah.
Imam Ahmad berpendapan bahwa amalan yg paling utama adalah Fii
sabilillah.
Dalam hadist disebutkan bahwa ketika Rasulullah ditanya tentang amalan yg
paling utama, beliau kadang menjawab bahwa amalan tersebut adalah
“Shalat tepat pada waktunya”, kadang pula menjawab “Jihad.” Dan kadang
“Berbuat baik kepada kedua Orang Tua. Jawaban ini disesuaikan dengan
kondisi orang yg bertanya, atau perbedaan masa.
Kesimpulan
Para sahabat senantiasa minta nasihat kepada
Rasululloh SAW.
Demikian juga Rasululloh SAW, juga selalu menasihati
mereka. Dan bahwa, Shalat lima waktu harus tetap
Diutamakan, karena menjadi penyebab masuk surga
dan terhindar dari neraka.

Keutamaan Jihad, karena jihad dapat melindungi Islam


dan meninggikan kalimat Alloh.

Bahaya Lisan, bahwa apa – apa yg diucapkan akan


dipertanggungjawabkan. Lisanlah yg seringkali
menjerumuskan manusia ke dalam Neraka.
Thank you
Presentasi ini
disusun :

Foto Foto Foto

Fadlurrahman Hammam Abdurrahman Umar Hidayat


NIM: 19631142 NIM: 19631024 NIM: 19631031

You might also like