Professional Documents
Culture Documents
• AIDS =
Acquired Immuno Deficiency Syndrome
• Kumpulan gejala akibat rontoknya sistem
kekebalan tubuh
Famili Retrovirus
Sub-Familia Lentivirinae
Membuat DNA dari RNA dengan bantuan
enzim reverse transcriptase
Ada 2 jenis HIV-1 dan HIV-2
Grup M,N,O
Subtipe A-K
Cara penularan
1. Hubungan seksual
2. Darah
- Transfusi darah/produk darah
- Jarum suntik
- transplantasi organ, jaringan
atau
air mani
3. perinatal
HIV tidak menular melalui
HIV-1 M (A) HIV-1 M (C) HIV-1 M (E) HIV-1 M (G) HIV-1 M (I)
HIV-1 M (B) HIV-1 M (D) HIV-1 M (F) HIV-1 M (H) HIV-1 M (J)
SUBTYPE
Source: http://www.avert.org/hivtypes.htm
TYPES OF HIV
Major Differences
Biological Biological
Genetic Composition
Differences in vivo Differences in vitro
Difference in
Transmission Routes
HIV-1 HIV-2
Inti p 24 p 26
Transmembran gp 41 gp 34
gp
Membran luar gp 140
160/120
Gambar 1. Struktur morfologi HIV-1
Schochetman, 1994
Gambar 2. Siklus Hidup HIV ( Schochetman G, 1994 )
PERJALANAN INFEKSI HIV
Penderita
Curiga terinfeksi HIV
Konseling pre-tes
Informed consent
Tes darah
Konseling pasca-tes hasil positif / negatif
Harus rahasia
CAIRAN TUBUH YANG DAPAT
DITEMUKAN HIV
Air Mani
Darah
Cairan Vagina
Air Susu
Air Liur
Air Seni
Cairan Serebrospinal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Bahan :
o Darah
o Saliva
o Urine
PENGAMBILAN/PENGIRIMAN
SAMPEL PENDERITA HIV
Gunakan sarung tangan
Jaga diri, jangan sampai tertusuk jarum
bekas penderita
Masukkan sampel ke dalam tabung/
botol tertutup putar
Masukkan tabung/ botol ke dalam
kantong plastik tertutup
Tuliskan nama/nama samaran penderita
pada kantong plastik.
PEMERIKSAAN ANTIBODI - HIV
- Metode yang paling sering digunakan
- Antibodi terbentuk 3 - 6 minggu bisa
sampai
3 - 6 bulan
- Antibodi HIV positif terinfeksi HIV
- Paling efisien dan luas pemakaiannya
Tujuan
- Mengetahui adanya infeksi HIV
- Skrining darah
Ada beberapa macam :
- Uji Elisa
- Uji sederhana / cepat
- Uji Western Blot
Pemilihan reagensia
Penyaring darah & produk darah
serta transplantasi (strategi I) :
Sensitivitas tertinggi, sebaiknya 99 %
Spesifisitas ≥ 98%
Surveilans (strategi I) :
Spesifisitas 95 %
Diagnosis (strategi II & III) :
Pertama : sensitivitas tertinggi ( 99 %)
Berikutnya (ke-2 & 3) : spesifisitas lebih
tinggi dari yang pertama
Asal antigen atau prinsip tes berbeda
Bagan alur strategi pemeriksaan HIV
Tujuan Prevalensi Faktor Strategi
pemeriksaan infeksi risiko pemeriksaan
Keamanan Semua I
transfusi/ prevalensi
transplantasi
Surveilans >10% I
≤ 10% II
Diagnosis Terdapat >30% + I
gejala
klinik
infeksi HIV ≤ 30% - II
Tanpa >10% + II
gejala
klinik ≤ 10% - III
infeksi HIV
A1
A1 positif A1 negatif
Anggap Anggap
sebagai sebagai
“positif” “negatif”
Jangan dipakai !!
Alur pemeriksaan anti-HIV untuk surveilans
A1
A1 positif A1 negatif
A2 Lapor
sebagai
“Non-reaktif”
Alur pemeriksaan anti-HIV untuk surveilans
A2
A1 pos A1 pos
A2 pos A2 neg
Ulangi A1&A2
A1 pos A1 pos A1 neg
A2 pos A2 neg A2 neg
A1
A1 positif A1 negatif
A2 Lapor
sebagai
“Non-reaktif”
Alur pemeriksaan anti-HIV untuk diagnosis
A2
A1 pos A1 pos
A2 pos A2 neg
A3 Ulangi A1&A2
A1 pos A1 pos A1 pos A1 pos A1 pos A1 neg
A2 pos A2 neg A2 neg A2 pos A2 neg A2 neg
A3 neg
pos A3 pos A3 neg
Lapor
Lapor sebagai
sebagaiLapor “Non-reaktif”
sebagai
“reaktif”
“Indeterm”
Alur pemeriksaan anti-HIV untuk diagnosis
A1 pos
A2 neg
A3 neg
Risiko Risiko
tinggi rendah
Lapor Lapor
sebagai sebagai
“Indeterm” “Non-reaktif”
Catatan penting :
• Untuk individu yang “baru” didiagnosis →
hasil reaktif perlu dilakukan pemeriksaan
ulang dengan bahan baru
• Untuk hasil indeterminate → perlu diulang
dengan bahan baru yang diambil
sedikitnya 14 hari sesudah pemeriksaan
yang pertama
• Bila hasil tetap indeterminate dengan
bahan baru → lakukan pemantauan ulang
pada 3,6,9,12 bulan. Bila setelah 12 bulan
hasil tetap “indeterminate”→ tidak
terinfeksi HIV
Temuan klinis infeksi HIV
• Berat badan yang menurun (tanpa alasan
yang jelas) > 10% BB semula
• Demam (terus menerus atau naik-turun) > 1
bulan
• Sarkoma Kaposi
• Kandidiasis esophagus
• Kandidiasis orofaringeal
• Tuberkulosis
• Diare > 1 bulan
• Retinitis virus sitomegalo
• Penurunan kesadaran dan gangguan
neurologis
• Batuk > 1 bulan
• Infeksi jamur yang berulang pada alat
kelamin wanita
• Herpes zoster
• Dementia/enselopati HIV
• Meningitis kriptokokus
• Limfadenopati
• Hairy leukoplakia
• Pneumoni Pnemocystis carinii
• Ensefalitis toksoplasma
Nilai
Prediktif Pada populasi prevalensi tinggi pasien
dengan hasil tes positif hampir dipastikan
benar-benar terinfeksi
Introduksi
tes HIV
Kalkulasi
Hasil Tes Status HIV Sebenarnya
Akurasi Tes
Terinfeksi Tak terinfeksi Total
HIV HIV HIV
Positif A B A+B
Negatif C D C+D
Total A+C B+D
Introduksi
tes HIV A= individu dengan hasil tes HIV positif (true positive)
B= individu tanpa HIV, namun hasil tes positif (false
positive)
C= individu dg HIV , namun hasil tes negatif (false
negative)
D= individu tanpa HIV, hasil tes negatif (true negative)
A+C = semua orang yang benar terinfeksi HIV
B+D = semua orang yang sungguh tak terinfeksi HIV
Ekspresi Mathematis
Status HIV Sesungguhnya
+ -
a b a+b
true False
+
positive positive
c d c+d
Hasil tes false true
- negative negative
a+c b+d
Sensitivity = a/a+c Positive predictive value = a/a+b
Specificity = d/b+d Negative predictive value = d/c+d
•WHO recommended minimum standards for sensitivity and specificity are 99 and
95 percent respectively.
Nilai
Prediktif Probabilitas bahwa assay tertentu akan
secara akurat memprediksi status HIV individu
dalam populasi ,bervariasi, tergantung pada
besaran prevalensi HIV dalam populasi :
• Hasil negatif palsu biasanya sangat sedikit
dalam populasi dengan prevalensi rendah
• Hasil positif palsu biasanya akan sangat sedikit
Introduksi pada negara dengan prevalensi tinggi
tes HIV
• Hasil negatif palsu lebih umum pada negara
dengan prevalensi rendah
• Hasil positif palsu lebih umum terjadi pada
negara dengan prevalensi rendah