You are on page 1of 20

Referat

Defisiensi Vitamin D pada Neonatus

Disusun oleh:
Oktaria Putri Dinanti 1610070100084
Indah Cahya Aminta S 1610070100014
Regina Yulva 1510070100021
Yassinta Allisya Noer 1610070100113
Riyan Haryani 1610070100093
Velia Tri Celin Novita Dewi 1610070100094
Preseptor:
dr. Fetria Faisal, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD M NATSIR
SOLOK
2021
Definisi
oVitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak
yang memainkan peran penting dalam
metabolisme tulang.
oDefisiensi vitamin D dipertimbangkan ketika nilai
25-hidroksivitamin d 20 mg/ml.
Epidemiologi

Dunia 75%

Amerika 30%

Eropa 73%

Timur Tengah 60%

Pasifik Barat 54%

Asia Tenggara 96%


Metabolisme Vitamin D
Faktor Predisposisi Ibu
o Kekurangan vitamin D selama kehamilan berkaitan dengan gangguan
metabolisme kalsium pada janin, yaitu berupa :
o hipokalsemia pada bayi baru lahir
o hipoplasia email gigi bayi
o osteomalasia pada ibu
o Faktor resiko ibu hamil pada defisiensi vitamin D:
o kulit yang berwarna gelap
o penggunaan pakaian yang tertututup seluruh tubuh
o paparan sinar matahari yang terbatas
o diet rendah vitamin D
Riketsia
oRiketsia Kongenital terjadi pada periode neonatus
oRiketsia kongenital cukup langka dan terjadi ketika: ada
kekurangan vitamin D ibu yang parah selama kehamilan.
oBayi baru lahir ini dapat memiliki gejala:
• Hipokalsemia
• Pertumbuhan janin terhambat
• Penurunan osifikasi tulang
oPengobatan riketsia kongenital termasuk suplementasi
vitamin D dan asupan kalsium dan fosfor yang cukup.
oPenggunaan vitamin prenatal yang mengandung vitamin
D (600 IU) mencegah entitas ini.
Gejala klinis
Kadar Vitamin D25-OH dalam serum

Interpretasi Kadar 25(OH)D Kadar 25(OH)D


Serum nmol/L Serum ng/mL

Defisiensi ˂25 ˂10

Insufiensi 25-50 10-30

Sufisien >50 >30


Penyakit yang berhubungan dengan
defisiensi Vitamin D
1. Hipokalsemia
o Pada hipokalsemia neonatus lanjut, pengobatan dengan 1,25-
dihidroksivitamin D dapat mempersingkat waktu untuk resolusi
mungkin karena efek langsung vitamin dan tulang daripada efek
penyerapan kalsium.
o defisiensi vitamin D lebih sentral terhadap etiologi hipokalsemia
adalah kasus yang sering dilaporkan pada bayi cukup bulan selama
minggu kedua kehidupan
o Meskipun etiologi hipokalsemia tidak didefinisikan dengan jelas,
kemungkinan disebabkan oleh kurangnya efek vitamin D pada tulang
dan usus.
2. Sepsis
o Sepsis adalah systemic inflammatory respone syndrome (SIRS) yang
disertai dugaan atau bukti adanya infeksi.
o Peran penting vitamin D dalm sistem imun manusia pada awalnya
ditunjukkan dengan ditemukan reseptor vitamin D di hampir semua
tipe sel imun.
o Vitamin D berperan penting dalam mengoptimalkan fungsi dari sistem
imun bawaan dengan menginduksi peptida antimikroba (cathelicidin
dan defensin-β) dalam sel epitel, neutrofil, dan makrofag.
o Serta memodulasi respon imun adaptif. Cathelicidin dan defensin-
β memiliki aktivitas antimikroba yang luas terhadap bakteri Gram
positif dan Gram negatif, serta virus tertentu dan jamur.
Diagnosis
Kriteria Diagnosis :
• Kadar 25-hidroksi vitamin D (25(OH)D3) normal: 30 – 100 ng/ml
• Kadar 25-hidroksi vitamin D (25(OH)D3) insufisiensi: 21 – 29 ng/ml
• Kadar 25-hidroksi vitamin D (25(OH)D3) defisiensi: < 20 ng/ml
• Kadar 25-hidroksi vitamin D (25(OH)D3) defisiensi berat: < 5 ng/ml
Tatalaksana
oUsia 0-1 tahun diberikan, Vitamin D sebesar 2.000 IU/hari
atau 50.000 IU/tiap minggu, selama 6 minggu untuk
mencapai kadar 25(OH)D > 30 ng/ml. Dosis dipertahankan
sebesar 400-1.000 IU/ hari.
oUsia 1-18 tahun diberikan vitmain D 4000 IU/hari atau
50.000 IU/ minggu selama 6 minggu, untuk mencapai
kadar 25(OH)D3 di atas 30 ng/ml selanjutnya diberikan
dengan dosis 600-1000 IU/hari.
oUsia 19 tahun keatas diberikan vitamin D 10.000 IU/hari
atau 50.000 IU/minggu selama 8 minggu, untuk mencapai
kadar 25(OH)D3 diatas 30 ng/ml selanjutnya dengan dosis
1500-2000 IU/hari
Edukasi
1. Vitamin D perlu diberikan kepada semua bayi baik melalui susu
formula atau sebagai suplemen untuk bayi yang disusui atau
suplemen dosis tinggi untuk ibu menyusui.
2. Pemberian suplementasi Vitamin D pada wanita hamil dan
mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup selama
kehamilan.
3. Deteksi dan obati osteomalacia selama kehamilan.
4. Berjemur pada jam 10.00 – 15.00 selama ± 15 menit, 3x dalam
seminggu dan cukup mengenai tangan, kaki dan wajah.
5. Melakukan Skrining kadar vitamin D pada darah pada anak yang
berisiko tinggi atau bergejala.
Kesimpulan

•Vitamin D adalah hormon steroid yang larut dalam lemak


dengan efek pleitrofik tidak hanya pada metabolisme tulang tetapi
juga pada fungsi optimal banyak sistem organ. Manifestasi efek dari
status vitamin D yang kurang akan mempengaruhi perkembangan
janin dan kesehatan ibu. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang
mengalami defisiensi vitamin D akan mengalami defisiensi vitamin
D juga. Untuk mengetahui status vitamin D seseorang dilakukan
pengukuran kadar 25(OH)D serum dalam darah.
•Riketsia kongenital cukup langka dan terjadi ketika: ada
kekurangan vitamin D ibu yang parah selama kehamilan. Riketsia
Kongenital terjadi pada periode neonatus, Penyakit lain yang
berhubungan dengan defisiensi Vitamin D adalah Hipokalsemia,
Kolestasis, Sepsis, Osteoporosis, dan Epilepsi. Untuk bayi dengan
defisiensi Vitamin D, diterapi dengan vitamin D sebesar 2.000
IU/hari selama 6 minggu, lalu dosis dipertahankan sebesar 400-
1.000 IU/ hari.
TERIMA KASIH

You might also like