Professional Documents
Culture Documents
a.”Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (Officium Nobile)
dan karenanya dalam menjalankan profesi selaku penegak hukum di
pengadilan sejajar dengan Jaksa dan Hakim, yang dalam melaksanakan
profesinya berada dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan Kode
Etik ini.”
b.”Pemasangan iklan semata-mata untuk menarik perhatian orang adalah
dilarang termasuk pemasangan papan nama dengan ukuran dan/atau
bentuk yang berlebih-lebihan.”
c.”Kantor Advokat atau cabangnya tidak dibenarkan diadakan di suatu tempat
yang dapat merugikan kedudukan dan martabat Advokat.”
d.”Advokat tidak dibenarkan mengizinkan orang yang bukan Advokat
mencantumkan namanya sebagai Advokat di papan nama kantor Advokat
atau mengizinkan orang yang bukan Advokat tersebut untuk
memperkenalkan dirinya sebagai Advokat.”
e.”Advokat tidak dibenarkan mengizinkan karyawan-karyawannya yang tidak
berkualifikasi untuk mengurus perkara atau memberi nasihat hukum kepada Klien
dengan lisan atau dengan tulisan.”
f.”Advokat tidak dibenarkan melalui media massa mencari publisitas bagi dirinya dan atau
untuk menarik perhatian masyarakat mengenai tindakan-tindakannya sebagai
Advokat mengenai perkara yang sedang atau telah ditanganinya, kecuali apabila
keterangan-keterangan yang ia berikan itu bertujuan untuk menegakkan prinsip-
prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh setiap Advokat.”
g.”Advokat dapat mengundurkan diri dari perkara yang akan dan atau diurusnya apabila
timbul perbedaan dan tidak dicapai kesepakatan tentang cara penanganan perkara
dengan Kliennya.”
h.”Advokat yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Hakim atau Panitera dari suatu
lembaga peradilan, tidak dibenarkan untuk memegang atau menangani perkara yang
diperiksa pengadilan tempatnya terakhir bekerja selama 3 (tiga) tahun semenjak ia
berhenti dari pengadilan tersebut.”
Pasal 9 tentang pelaksanaan Kode Etik:
a.”Setiap Advokat wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Advokat ini.”
b.”Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik Advokat ini dilakukan oleh Dewan
Kehormatan.”
KODE ETIK PROFESI
2. DEWAN KEHORMATAN ADVOKAT
A. Ketentuan Umum
Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa pada umumnya
Kode Etik mengandung sanksi-sanksi yang akan dikenakan kepada
pelanggarnya. Sehingga setiap kasus pelanggaran terhadap Kode
Etik ini akan dinilai dan ditindak oleh suatu “Dewan Kehormatan”
atau “Komisi yang dibentuk khusus untuk itu”. Karena tujuan
utamanya adalah untuk mencegah terjadinya perilaku yang tidak
etis dari para anggotanya, maka seringkali Kode Etik ini juga
berisikan ketentuan yang mengatur bahwa profesional berkewajiban
melapor bila ketahuan teman sejawat melanggar Kode Etik. Dengan
demikian ketentuan ini merupakan akibat logis dari sifat “self
regulation” yang terwujud dalam Kode Etik.
Agar suatu Kode Etik ini dapat terlaksana dengan baik, maka
pelaksanaannya tersebut akan diawasi terus-menerus oleh Dewan
Kehormatan. Di dalam Kode Etik ini juga mengatur keberadaan
Dewan Kehormatan yang diantaranya mengenai:
Cont’d
Ketentuan Umum
Ketentuan Umum diatur di dalam Pasal 10 Kode Etik Advokat:
- Dewan Kehormatan berwenang memeriksa dan mengadili perkara
pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Advokat.
- Pemeriksaan suatu Pengaduan dapat dilakukan melalui dua tingkat, yaitu:
Tingkat Dewan Kehormatan Cabang/daerah.
Tingkat Dewan Kehormatan Pusat.
- Dewan Kehormatan Cabang/daerah memeriksa pengaduan pada tingkat
pertama dan dewan Kehormatan Pusat pada tingkat terakhir.
- Segala biaya yang dikeluarkan dibebankan kepada:
Dewan Pimpinan Cabang/Daerah diamna teradu sebagai anggota pada tingkat
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah.
Dewan Pimpinan Pusat pada tingkat Dewan Kehormatan Pusat organisasi dimana
teradu sebagai anggota.
Pengadu/Teradu.
B. Pengaduan dan Tata Cara
Pengaduan
Tata Cara Pengaduan diatur di dalam Pasal 12 Kode Etik Advokat:
Pengaduan terhadap Advokat sebagai teradu yang dianggap
melanggar Kode Etik Advokat harus disampaikan secara tertulis
disertai dengan alasan-alasannya kepada Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah atau kepada Dewan Pimpinan Cabang/Daerah atau
Dewan Pimpinan Pusat dimana teradu menjadi anggota.
Bilamana di suatu tempat tidak ada Cabang/Daerah Organisasi,
pengaduan disampaikan kepada Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah terdekat atau Dewan Pimpinan Pusat.
Bilamana pengaduan disampaikan kepada Dewan Pimpinan
Cabang/Daerah, maka Dewan Pimpinan Cabang/Daerah akan
meneruskannya kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang
berwenang untuk memeriksa pengaduan itu.
Bilamana pengaduan disampaikan kepada Dewan Pimpinan
Pusat/Dewan Kehormatan Pusat meneruskannya kepada Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah yang berwenang untuk memeriksa
pengaduan itu baik langsung atau melalui Dewan Pimpinan
Cabang/Daerah.
Prosedur Pemeriksaan Tingkat Pertama oleh Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah
Pemeriksaan Tingkat Pertama Oleh Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah diatur di dalam Pasal 13 Kode Etik Advokat:
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah menerima pengaduan
tertulis yang disertai surat-surat bukti yang dianggap perlu,
menyampaikan surat pemberitahuan selambat-lambatnya dalam
waktu 14 (empat belas) hari dengan surat kilat khusus/tercatat
kepada teradu tentang adanya pengaduan dengan menyampaikan
salinan/copy surat pengaduan tersebut.
Selambat-lambatnya dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari pihak teradu harus
memberikan jawabannya secara tertulis kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah
yang bersangkutan, disertai surat-surat bukti yang dianggap perlu.
Jika dalam waktu 21 (dua puluh satu ) hari tersebut teradu tidak memberikan
jawaban tertulis, Dewan Kehormatan Cabang/Daerah menyampaikan pemberitahuan
kedua dengan peringatan bahwa apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak
tanggal surat peringatan tersebut tetap tidak memberikan jawaban tertulis, maka ia
dianggap telah melepaskan hak jawabnya
Pengaduan dan Tata Cara Pengadua
Pengaduan diatur di dalam Pasal 11 Kode Etik Advokat:
Pengaduan dapat diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan merasa
dirugikan, yaitu:
Klien.
Teman sejawat Advokat.
Pejabat Pemerintah.
Anggota Masyarakat.
Dewan Pimpinan Pusat/Cabang/Daerah dan organisasi profesi dimana Teradu menjadi
anggota.
Selain untuk kepentingan organisasi, Dewan Pimpinan Pusat atau Dewan Pimpinan
Cabang/Daerah dapat juga bertindaksebagai pengadu dalam hal menyangkut
kepentingan hukum dan kepentingan umum dan yang dipersamakan untuk itu.
Pengaduan yang dapat diajukan hanyalah yang mengenai pelanggaran terhadap
Kode Etik Advokat.
Dalam hal teradu tidak menyampaikan jawaban sebagaimana diatur diatas
dan dianggap telah melepaskan hak jawabnya, Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah dapat segera menjatuhkan putusan tanpa kehadiran pihak-
pihak yang bersangkutan.
Dalam hal jawaban yang diadukan telah diterima, maka Dewan Kehormatan
dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari menetapkan hari
sidang dan menyampaikan panggilan secara patut kepada pengadu dan
kepada teradu untuk hadir dipersidangan yang sudah ditetapkan tersebut.
Panggilan-panggilan tersebut harus sudah diterima oleh yang bersangkutan
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari sidang yang ditentukan.
Pengadu dan yang teradu:
Harus hadir secara pribadi dan tidak dapat menguasakan kepada orang lain,
yang jika dikehendaki masing-masing dapat didampingi oleh penasihat.
Berhak untuk mengajukan saksi-saksi dan bukti-bukti.
Pada sidang pertama yang dihadiri kedua belah pihak:
Dewan Kehormatan akan menjelaskan tata cara pemeriksaan yang berlaku;
Perdamaian hanya dimungkinkan bagi pengaduan yang bersifat perdata atau hanya untuk
kepentingan pengadu dan teradu dan tidak mempunyai kaitan langsung dengan
kepentingan organisasi atau umum, dimana pengadu akan mencabut kembali
pengaduannya atau dibuatkan akta perdamaian yang dijadikan dasar keputusan oleh Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah yang langsung mempunyai kekuatan hukum yang pasti;
Kedua belah pihak diminta mengemukakan alasan-alasan pengaduannya atau
pembelaannya secara bergiliran, sedangkan surat-surat bukti akan diperiksa dan saksi-saksi
akan didengan oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah.
Apabila pada sidang yang pertama kalinya salah satu pihak tidak hadir:
Sidang ditunda sampai dengan sidang berikutnya paling lambat 14 (empat belas) hari
dengan memanggil pihak yang tidak hadir secara patut;
Apabila pengadu yang telah dipanggil 2 (dua) kali tidak hadir tanpa alasan yang sah,
pengaduan dinyatakan gugur dan ia tidak dapat mengajukan pengaduan lagi atas dasar
yang sama kecuali Dewan Kehormatan Cabang/Daerah berpendapat bahwa materi
pengaduan berkaitan dengan kepentingan umum atau kepentingan organisasi;
Apabila teradu telah dipanggil sampai 2 (dua) kali tidak datang tanpa alasan yang sah,
pemeriksaan diteruskan tanpa hadirnya teradu;
Dewan berwenang untuk memberikan keputusan di luar hadirnya yang teradu, yang
mempunyai kekuatan yang sama seperti keputusan biasa.
C. Prosedur Pemeriksaan Tingkat
Pertama oleh Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah
Prosedur Pemeriksaan Tingkat Pertama oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah
Pemeriksaan Tingkat Pertama Oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah diatur di dalam Pasal 13
Kode Etik Advokat:
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah menerima pengaduan tertulis yang disertai surat-
surat bukti yang dianggap perlu, menyampaikan surat pemberitahuan selambat-lambatnya dalam
waktu 14 (empat belas) hari dengan surat kilat khusus/tercatat kepada teradu tentang adanya
pengaduan dengan menyampaikan salinan/copy surat pengaduan tersebut.
Selambat-lambatnya dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari pihak teradu harus memberikan
jawabannya secara tertulis kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang bersangkutan,
disertai surat-surat bukti yang dianggap perlu.
Jika dalam waktu 21 (dua puluh satu ) hari tersebut teradu tidak memberikan jawaban tertulis,
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah menyampaikan pemberitahuan kedua dengan peringatan
bahwa apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal surat peringatan tersebut tetap
tidak memberikan jawaban tertulis, maka ia dianggap telah melepaskan hak jawabnya.
Dalam hal teradu tidak menyampaikan jawaban sebagaimana diatur diatas dan dianggap telah
melepaskan hak jawabnya, Dewan Kehormatan Cabang/Daerah dapat segera menjatuhkan
putusan tanpa kehadiran pihak-pihak yang bersangkutan.
Dalam hal jawaban yang diadukan telah diterima, maka Dewan Kehormatan dalam waktu
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari menetapkan hari sidang dan menyampaikan
panggilan secara patut kepada pengadu dan kepada teradu untuk hadir dipersidangan yang
sudah ditetapkan tersebut.
Panggilan-panggilan tersebut harus sudah diterima oleh yang bersangkutan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
hari sidang yang ditentukan.
Pengadu dan yang teradu:
Harus hadir secara pribadi dan tidak dapat menguasakan kepada orang lain, yang jika dikehendaki masing-
masing dapat didampingi oleh penasihat.
Berhak untuk mengajukan saksi-saksi dan bukti-bukti.
Pada sidang pertama yang dihasiri kedua belah pihak:
Dewan Kehormatan akan menjelaskan tata cara pemeriksaan yang berlaku;
Perdamaian hanya dimungkinkan bagi pengaduan yang bersifat perdata atau hanya untuk kepentingan
pengadu dan teradu dan tidak mempunyai kaitan langsung dengan kepentingan organisasi atau umum,
dimana pengadu akan mencabut kembali pengaduannya atau dibuatkan akta perdamaian yang dijadikan
dasar keputusan oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang langsung mempunyai kekuatan hukum yang
pasti;
Kedua belah pihak diminta mengemukakan alasan-alasan pengaduannya atau pembelaannya secara
bergiliran, sedangkan surat-surat bukti akan diperiksa dan saksi-saksi akan didengan oleh Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah.
Apabila pada sidang yang pertama kalinya salah satu pihak tidak hadir:
Sidang ditunda sampai dengan sidang berikutnya paling lambat 14 (empat belas) hari dengan memanggil
pihak yang tidak hadir secara patut;
Apabila pengadu yang telah dipanggil 2 (dua) kali tidak hadir tanpa alasan yang sah, pengaduan dinyatakan
gugur dan ia tidak dapat mengajukan pengaduan lagi atas dasar yang sama kecuali Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah berpendapat bahwa materi pengaduan berkaitan dengan kepentingan umum atau
kepentingan organisasi;
Apabila teradu telah dipanggil sampai 2 (dua) kali tidak datang tanpa alasan yang sah, pemeriksaan
diteruskan tanpa hadirnya teradu;
Dewan berwenang untuk memberikan keputusan di luar hadirnya yang teradu, yang mempunyai kekuatan
yang sama seperti keputusan biasa.
Dewan
Penyampaian
Kehormatan
Pengaduan Salinan
Daerah
(Ps.11 KEAI)
(Ps.12 KEAI)
Pengaduan
(Ps. 13 (1) KEAI)
14
Hari
Penyampaian
Salinan Jawaban
Putusan Teradu
(Ps. 17 KEAI) (Ps. 13 (2) KEAI)
14 21
Hari Hari
Sidang Penetapan
Putusan 14 Hari
(Ps. 15 KEAI)
(Ps. 13 (9) KEAI) Hari Sidang
(Ps. 13 (5) KEAI)
D. Prosedur Pemeriksaan Tingkat
Banding oleh Dewan Kehormatan
Pusat
Pemeriksaan Tingkat Banding Dewan Kehormatan Pusat diatur di dalam Pasal 18:
Apabila pengadu atau teradu tidak puas dengan keputusan Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah, ia berhak mengajukan permohonan banding atas keputusan
tersebut kepada Dewan Kehormatan Pusat.
Pengajuan permohonan banding beserta Memori Banding yang sifanta wajib, harus
disampaikan melalui Dewan Kehormatan Cabang/Daerah dlam waktu 21 (dua puluh
satu) hari sejak tanggal yang bersangkutan menerima salinan keputusan.
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah menerima Memori Banding yang
bersangkutan selaku pembanding selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas)
hari sejak penerimaannya, mengirimkan salinannya melalui surat kilat khusus/tercatat
kepada pihak lainnya selaku terbanding.
Pihak terbanding dapat mengajukan Kontra Memori Banding selambat-lambatnya
dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak penerimaan Memori Banding.
Jika jangka waktu yang ditentukan terbanding tidak menyampaikan Kontra Memori
Banding ia dianggap telah melepaskan haknya untul itu.
Cont’d
Selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak berkas perkara dilengkapi dengan
bahan-bahan yang diperlukan, berkas perkara tersebut diteruskan oleh Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah kepada Dewan Kehormatan Pusat.
Pengajuan permohonan banding menyebabkan ditundanya pelaksanaan keputusan Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah.
Dewan Kehormatan Pusat memutus dengan susunan Majelis yang terdiri sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang anggota atau lebih, tetapi harus berjumlah ganjil yang salah satu merangkap ketua
Majelis.
Majelis dapat terdiri dari Dewan Kehormatan atau ditambah dengan Anggota Majelis Kehormatan
Ad Hoc yaitu orang yang menjalankan profesi di bidang hukum serta mempunyai pengetahuan
dan menjiwai Kode Etik Advokat.
Majelis dipilih dalam rapat Dewan Kehormatan Pusat yang khusus diadakan untuk itu yang
dipimpin oleh Ketua Dewan Kehormatan Pusat atau jika ia berhalangan oleh anggota lainnya
yang tertua.
Dewan Kehormatan Pusat memutus berdasar bahan-bahan yang ada dalam berkas perkara,
tetapi jika dianggap perlu dapat meminta bahan tambahan dari pihak-pihak yang bersangkutan
atau memanggil mereka langsung atas biaya sendir.
Dewan Kehormatan Pusat secara prerogasi dapat menerima permohonan pemeriksaan langsung
dari suatu perkara yang diteruskan oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah asal saja
permohonan seperti itu dilampiri surat persetujuan dari kedua belah pihak agar perkaranya
diperiksa langsung oleh Dewan Kehormatan Pusat.
Semua ketentuan yang berlaku untuk pemeriksaan pada tingkat pertama oleh Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah, mutatis mutandis berlaku untuk pemeriksaan pada tingkat banding
oleh Dewan Kehormatan Pusat.
Pengajuan Banding Dewan Kehormatan Memori Banding
Setelah Menerima Pusat Disampaikan ke
21 Hari
Putusan Melalui DKP Terbanding
(Ps.18 (1) KEAI) (Ps. 18 (2) KEAI) (Ps.18 (3) KEAI)
14
Hari
Terbanding
Mengajukan Kontra
Penyampaian
Memori
Salinan Putusan (Ps. 18 (4) KEAI)
(Ps. 19 (4) KEAI)
21
14 Hari
Hari
Kronologi peristiwa :
Pengadu adalah kuasa hukum dari Ir. Cindy mengajukan gugatan dalam
kasus tanah di PTUN
Pengadu melaksanakan tugas profesi termasuk pengajuan KTP dan
Keterangan Domisili klien Pengadu sebagai identitas dalam perkara di PTUN
Teradu dengan kliennya melaporkan Pengadu ke POLRES Jakarta Barat dan
Teradu memberikan keterangan di BAP untuk kliennya dalam kasus
pemalsuan identitas dan keterangan palsu atas KTP klien Pengadu.
Oleh karena laporan tersebut Pengadu ditahan sebagai tahanan Jaksa.
Pengadu mengirimkan laporan ke Ketua dan Pengurus IKADIN Jakarta
Timur yang lalu membentuk tim pembela dengan upaya pertama
mengajukan permohonan penangguhan penahanan.
Sejak penyidikan Pengadu merasakan tekanan dengan adanya demo-demo
yang para Teradu ikut di dalamnya pada saat Pengadu diserahkan Penyidik
ke Kejaksaan.
Melalui pemberitaan media massa, para Teradu menuduh Pengadu melakukan tindak
pidana pemalsuan KTP dan pemalsuan surat keterangan lainnya dengan menggunakan
kata-kata yang tidak pantas seperti Teradu ”meminta agar permohonan penahanan Rudy
dikesampingkan saja”, dan ”Dia itu licin seperti belut, selama ini dia berpindah-pindah
tempat terus”.
Memanfaaatkan media massa dan mempengaruhi pemberitaan untuk menghina dan
mencemarkan nama baik dengan menuduh ” tersangka mafia ”tanah”, ”penjahat
intelektual”, ”advokat gadungan”.
Teradu dinilai melanggar ketentuan Pasal 5 huruf (a), hubungan antara teman sejawat
advokat harus dilandasi dengan sikap saling menghormati dan saling mempercayai ,
pasal 5 huruf b yang menyatakan ”advokat jika membicarakan teman sejawat atau jika
berhadapan satu sama lain dalam sidang pengadilan, hendaknya tidak menggunakan
kata-kata yang tidak sopan”, dan pasal 3 huruf d ” Advokat wajib memelihara rasa
solidaritas teman sejawat”.
Teradu dinilai melanggar Pasal 18 UU Advokat ”bahwa advokat tidak dapat diidentikkan
dengan kliennya dalam membela perkara klien oleh pihak yang berwenang dan atau
masyarakat. Pasal 16 juga menyatakan ”Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata
maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan itikad baik untuk
kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan”. Teradu cenderung memfitnah,
menghina dan memberikan keterangan yang tidak benar, dengan tujuan menjerumuskan
rekan seprofesinya.
KTP yang diduga palsu, Pengadu terima dari Ir. Cindy sendiri sebagai klien Pengadu.
Hingga saat ini belum pernah dinyatakan palsu oleh pejabat pemerintah ataupun pihak
yang berwenang.
Pertimbangan Majelis Kehormatan :
Menimbang bahwa Para Terbanding/Teradu sesungguhnya memahami ada suatu permasalahan ketika
Para Terbanding/Teradu mengetahui adanya dugaan pemalsuan KTP yang diduga dilakukan oleh
Pengadu , akan tetapi para Teradu tidak menyalurkan permasalahan ini melalui proses dalam komunitas
Advokat yaitu melalui Dewan Kehormatan sebagai mana diatur dalam Kode Etik Advokat Indonesia Pasal
5 c yang berbunyi ”Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang dianggap bertentangan
dengan Kode Etik Advokat harus diajukan kepada Dewan Kehormatan untuk diperiksa dan tidak
dibenarkan untuk disiarkan melalui media massa atau cara lain”, justru sebaliknya Para Teradu
menyetujui atau setidak-tidaknya membiarkan rekan sejawatnya dilaporkan ke Polisi oleh klien Teradu
(Sdr. Mardani). Persetujuan Para Teradu atau tindakan pembiaran oleh Para Teradu diwujudkan dengan
tindakan Para Terbanding/Teradu mendampingi Sdr. Mardani melaporkan ke Polisi, mendampingi
pemeriksaan Pelapor Sdr. Mardani ketika memberikan keterangan dalam BAP (Berita Acara Pemeriksaan)
pada penyidik dengan Tersangka Pengadu . Perbuatan Para Pengadu ini melanggar Kode Etik Advokat
Indonesia Pasal 5 c, perbuatan Para Terbanding/Teradu ini juga dapat dikwalifikasi melanggar Pasal 16
dan 18 UU No. 18 Tahun 2003.
Menimbang bahwa dalam komunitas profesi advokat pemahaman seorang advokat terhadap nilai-nilai
kehormatan profesi advokat officium nobile adalah meliputi :
Pemahaman advokat bahwa profesi advokat adalah profesi independen yang memiliki suatu hak
imunitas. Pemahaman akan independensi adalah bahwa profesi advokat adalah mandiri, bebas dari
intervensi, kewenangan penegak hukum lain diluar advokat sehingga komunitas profesi advokat harus
menolak masuknya penggunaan kewenangan-kewenangan dari luar dalam penyelesaian sengketa
profesi. Paralel dengan pandangan tersebut, Undang-undang Advokat telah memberikan suatu hak
berupa imunitas atau kekebalan hukum bagi seorang advokat yang sedang menjalankan profesinya (vide
pasal 15 dan 16 UU Advokat). Oleh sebab itu seorang advokat yang menyuruh, menggerakkan atau
setidak-tidaknya mengijinkan kliennya atau mengadukan sendiri rekan sejawatnya kepada Kepolisian
atau instansi-instansi di luar Majelis Kehormatan adalah tindakan yang melanggar kode etik advokat
serta Undang-undang Advokat.
Bahwa advokat harus memahami teman sejawatnya adalah dirinya sendiri juga ketika advokat
menjalankan profesinya sehingga seorang advokat harus menempatkan sikap solidaritas
terhadap rekan sejawat sebagai nilai yang harus dijunjung tinggi diatas kepentingan kliennya.
Penghargaan terhadap teman sejawat harus diletakkan sama dan sebangun terhadap dirinya
sendiri. Sehingga tidak akan mudah intervensi dari yurisdiksi dari pihak luar masuk ke dalam
komunitas advokat.
Menimbang sikap solidaritas harus dipandang sebagai suatu perekat yang mempersatukan dan
memperkokoh komunitas profesi advokat dari setiap intervensi dari luar komunitas profesi,
karenanya advokat harus mempunyai pandangan setiap penyelesaian permasalahan terkait
dengan dugaan pelanggaran profesi advokat harus disalurkan melalui mekanisme internal dalam
komunitas profesi yang dalam hal ini adalah melalui Dewan Kehormatan. Tidak boleh sekalipun
seorang advokat menarik kewenangan di luar komunitas profesi untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan dalam dugaan pelanggaran profesi, karena dengan menarik
kewenangan diluar komunitas profesi pada dasarnya tindakan tersebut adalah merusak nilai nilai
profesi advokat sebagai profesi yg bebes dan mandiri termasuk juga merendahkan posisi profesi
advokat di hadapan publik.
Menimbang bahwa komunitas profesi advokat harus dijaga dari oknum-oknum yang melanggar
ketentuan hukum publik. Karenanya komuntas profesi harus dibersihkan dari oknum yang
melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum positif. Akan tetapi penyelesaian pertama dugaan
adanya pelanggaran hukum positif yang terkait dalam menjalankan profesi ditempuh lebih dulu
melalui Dewan Kehormatan. Dan Majelis Kehormatan Pusat berpendapat proses ini adalah
sifatnya wajib.
Amar Putusan Majelis Kehormatan Pusat :
1. Mengabulkan Pengaduan Pengadu/Pembanding sebagian;
2. Menyatakan para Terbanding melanggar Kode Etik Advokat Indonesia Pasal 5
a,c dan 3 d Kode Etik Advokat Indonesia dan Pasal 18 Undang-undang Advokat;
3 Menghukum para Terbanding/Teradu dengan Pemberhentian Sementara dari
profesinya selama 3 bulan 5 hari;
4. Menghukum para Terbanding/Teradu membayar biaya perkara untuk tingkat
pertama sebesar Rp. 3.500.000,- dan untuk tingkat banding sebesar Rp.
3.500.000,-
5. Menyampaikan Putusan ini kepada DPN PERADI untuk dilaksanakan
Pendapat yang berbeda (dissenting opinion)disampaikan oleh Anggota Majelis
Luhut M.P Pangaribuan, S.H., LL.M :
Pada angka 13 Hal. 4, yang menyatakan :
“Bahwa berdasarkan Nawaitu/Niat Teradu selaku Advokat yang juga sedang
menjalankan Tugas Profesi Membela Kebenaran (Fiat Yustitia Coelum) terhadap
warga yang haknya telah dirampas oleh Pengadu, Teradu yakin bahwa Teradu
tetap tidak pernah melanggar Kode Etik Advokat dan Undang-undang Advokat No.
18 Tahun 2003 apalagi melanggar hukum. Justru saat ini terbukti bahwa Pengadu
telah
Pengadu :Benny Ponto, S.H. dan F. Duma Siagian
Melawan
Teradu ; (1)Mehbob, S.H., MBA., C.N., (2)Oscar Sagit S.H. (3)Dakila E. Pttipeilohy, S.H.
(4) Peter Kurniawan, S.H. dan (5) Lalu Bayu, S.H.
Kronologi Peristiwa :
- Pengadu dan Harry Ponto, S.H. LL.M., adalah Kuasa Hukum dari Babbington
Development Limited, suatu perusahaan yang didirikan menurut hukum British Virgin
Island, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 31 Maret 2007,untuk mengajukan
permohonan Pembatalan Perdamaian terhadap PT. Polysindo Eka Perkasa, Tbk.
Setelha pernah dinyatakan pailit melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
- Pengajuan Permohonan Pembatalan Perjanjian Perdamaian merupakan upaya hukum
Babbington terhadap Polysindo karena Polysindo tidak memenuhi kewajibannya
kepada Babington selaku kreditor Polysindo
- Pada tanggal 16 Agustus 2007 Teradu I Yang notabene adalah Advokat membuat
Laporan Polisi terhadap Para Pengadu, tetapi Teradu mengajukan Laporan sebagai
karyawan swasta
- Para Pengadu selaku Kuasa Hukum Babbington dilaporkan ke Polisi dengan tuduhan
Keterangan Palsu di depan Pengadilan atau Keterangan palsu data otentik atau
pencemaran nama baikdan atau fitnah atau penghinaan dan atau perbuatan tidak
menyenangkan (Ps. 242 atau 243 dan atau 263 dan atau 266 dan atau 310 dan atau
311 dan atau 315 dan atau 335 KUHP)
- Laporan Polisi tersebut berhubungan dengan pelaksanaan tugas profesi para
Pengadu dalam sidang Pengadilan yang dilakukan demi tegaknya hukum membela
kepentingan klien, Babbington.
- Dugaan Tindak Pidana tersebut didasarkan domisili klien Pengadu, Babbington
Developments Limited dalam surat Permohonan Pembatalan Perjanjian Perdamaian
didirikan berdasarkan hukum Negara Hongkong, tetapi tidak ada di alamat yang
dicantumkan di Permohonan Pembatalan Perjanjian Perdamaian di Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat
Pertimbangan Majelis Kehormatan Pusat :
- Bahwa dengan ketidaksesuaian domisili Babbington di Surat Kuasa Khusus dan di
Permohonan Pembatalan Perjanjian Perdamaian, semestinya memberi kesempatan
bagi pihak Termohon PT. Polysindo untuk mengajukan eksepsi bahwa penerima
kuasa bertindak tidak sesuai kewenangannya sebagaimana dalam surat kuasa khusus
- Bahwa upaya eksepsi tersebut tidak digunakan oleh PT. Polysindo atau kuasa
hukumnya, sebaliknya Terbanding/Teradu mengajukan Laporan kepada Polisi dengan
alasan seperti Laporan Polisi diatas
- Dengan demikian Laporan Polisi yang dibuat oleh para Teradu adalah tindakan yang
berlebihan dan tidak perlu, oleh karena didasarkan data di dalam Surat Kuasa Khusus
tanggal 31 Maret 2007
- Bahwa yang dilaporkan oleh Teradu ke Polisi adalah kuasa hukum dari Babbington
(bukan prinsipal) yang notabene Advokat yang merupakan teman sejawat yang
seharusnya saling menghargai, saling menghormati dan saling mempercayai (Pasal 5
huruf (a) KEAI) dan menjaga solidaritas diantara teman sejawat (Pasal 3 huruf (d)
KEAI)
- Bahwa sebagai anggota komunitas profesi Advokat yang menjunjung tinggi Kode Etik
Advokat haruslah engindahkan ketentuan dalam Pasal 5 huruf c KEAI yang mengatur “
keberatan-keberatan terhadap tindakan yang dianggap bertentangan dengan Kode Etik
Advokat harus diajukan kepada Dewan Kehormatan untuk diperiksa dan tidak
dibenarakan untuk disiarkan melalui media massa atau cara lain”
- Bahwa dengan demikian patut diragukan itikad baik Teradu I selaku Advokat yang
menjadi kuasa hukum PT. Polysindo bertindak sebagai Manajer Departemen Hukum PT.
Polysindo tidak sebagai Advokat dan dengan itu mengingkari “jabatan terhormat”
(officium nobile) yang disandangnya
- Bahwa kesalahan yang dilakukan Pengadu dan Hary Ponto, S.H., LL.M adalah kesalahan
administratif atau pengetikan yang mungkin tidak menimbulkan akibat hukum atau
kerugian sehingga dapat dilakukan perbaikan atau koreksi, tidak patut dituduh atau
diduga pemalsuan.
Amar Putusan Majelis Kehormatan Pusat :
1. Menerima dan mengabulkan Pengaduan untuk
sebahagian
2. Menyatakan Para Terbanding terbukti melanggar Kode
Etik Advokat Indonesia, khusunya Pasal 5 huruf a,c,
Pasal 3 hurf (d) jo. Pasal 6 UU Advokat jo. Pasal 2 dan
Pasal 9 huruf KEAI jo. Pasal 26 ayat (2) UU Advokat
3. Menjatuhkan Sanksi/Tindakan :
3.1 Terbanding I dengan tindakan berupa “Teguran
Tertulis” (sebagai Peringatan Keras)
3.2 Terbanding II,III,IV, V dengan tindakan berupa
“Teguran Lisan” (sebgai peringatan keras)
BAGAN MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
MAHKAMAH AGUNG
UU No. 14 Tahun 1985 Jo. UU No. 5 Tahun 2004
PENGADILAN ANAK
UU No. 3/1997
PERADILAN NIAGA
UU No.4/1998 Jo.
UU No. 37/2004
PERADILAN
HUBUNGAN
INDUSTRIAL
UU No. 2/2004
PERADILAN KORUPSI
UU No. 46/2009.
- UU No. 31/1999 Jo.
UU No.20/2001
PERADILAN
PERIKANAN
UU No. 31/2004
BAGAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
DI INDONESIA
Wewenangnya Wewenangnya
1. Mengadili pada tingkat kasasi 1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
2. Menguji Peraturan perundang- bersifat final
ungangan dibawah UU terhadap UU 2. Menguji UU terhadap UUD
3. Wewenang lain diberikan UU 3. Memutus Sengketa kewenagan Lembaga Negara
yang kewenangannya.
4. Memutus pembubaran partai politik
5. Memutus Perselisihan tentang hasil pemilu.
SURAT KUASA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ………………………………………………………………….
Pekerjaan : ……………………………………………………………………
Alamat : ……………………………………………………………………
Pekerjaan ADVOKAT – KONSULTAN HUKUM pada kantor ADVOKAT - KONSULTAN HUKUM “SHALIH MANGARA SITOMPUL,S.H.MH. & REKAN beralamat di Ruko Sentra
Niaga Kalimalang Jalan Jend. A Yani Blok B 1 No.23
No.23 Telp. (62-21) 8849697
8849697 Fax. (62-21) 8849697
8849697 Bekasi 17144 yang bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-
sama.
____________________________________________________ K H U S U S ______________________________________________________
Mendampingi/Mewakili Pemberi Kuasa untuk ………………………………………............................................................................................................
Mendampingi/Mewakili Pemberi Kuasa untuk melakukan hal-hal yang berfaedah berkaitan dengan hal tersebut diatas.
Mengenai hal ini untuk dan atas nama yang bertanda tangan menghadap di muka Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi Mahkamah Agung R.I, dan Badan- badan
kehakiman lain atau Pembesar-pembesar lainnya, mengajukan permohonan-permohonan yang perlu, menjalankan perbuatan-perbuatan atau memberikan keterangan–
keterangan yang menurut hukum harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa, menerima uang dan menandatangani kwitansi-kwitansi, menerima dan melakukan
pembayaran-pembayaran dalam perkara ini, mempertahankan kepentingan yang memberi kuasa naik banding, minta eksekusi,membalas segala perlawanan, mengadakan
kompromi dengan persetujuan terlebih dahulu dari pemberi kuasa, dan pada umumnya membuat egala sesuatu yang dianggap perlu oleh yang diberi kuasa.
kuasa ini diberikan dengan hak substitutie dan menurut pasal 1812 KUH Perdata diberikan secara tegas hak retensi.
Bekasi, ……………...........................
Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,
1. ……………………………………..
2. ……………………………………. ……………………………………
3. …………………………………….
4. ………………………………………
SURAT KUASA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ………………………………………………………………….
Pekerjaan : ……………………………………………………………………
Alamat : ……………………………………………………………………
Pekerjaan ADVOKAT – KONSULTAN HUKUM pada kantor ADVOKAT - KONSULTAN HUKUM “SHALIH MANGARA SITOMPUL,S.H.MH. & REKAN beralamat di Ruko Sentra Niaga Kalimalang
Jalan Jend. A Yani Blok B 1 No.23
No.23 Telp. (62-21) 8849697
8849697 Fax. (62-21) 8849697
8849697 Bekasi 17144 yang bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
________________________________________________________ K H U S U S ______________________________________________________
Mendampingi/Mewakili Pemberi Kuasa untuk ………………………………………............................................................................................................
Mendampingi/Mewakili Pemberi Kuasa untuk melakukan hal-hal yang berfaedah berkaitan dengan hal tersebut diatas.
Mengenai hal ini untuk dan atas nama yang bertanda tangan menghadap di muka Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi Mahkamah Agung R.I, dan Badan- badan kehakiman lain atau
Pembesar-pembesar lainnya, mengajukan permohonan-permohonan yang perlu, menjalankan perbuatan-perbuatan atau memberikan keterangan–keterangan yang menurut hukum
harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa, menerima uang dan menandatangani kwitansi-kwitansi, menerima dan melakukan pembayaran-pembayaran dalam perkara ini,
mempertahankan kepentingan yang memberi kuasa naik banding, minta eksekusi,membalas segala perlawanan, mengadakan kompromi dengan persetujuan terlebih dahulu dari
pemberi kuasa, dan pada umumnya membuat egala sesuatu yang dianggap perlu oleh yang diberi kuasa.
kuasa ini diberikan dengan hak substitutie dan menurut pasal 1812 KUH Perdata diberikan secara tegas hak retensi.
Bekasi, ……………...........................
Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,
1. ……………………………………..
2. ……………………………………. ……………………………………
3. …………………………………….
4. ………………………………………