You are on page 1of 9

PANCASILA

SEBAGAI SISTEM
FILSAFAT

PENDIDIKAN
PANCASILA

Disusun Oleh :
 Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli

Socrates (469-399 s.M.) suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau
berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang
adil dan Bahagia.

Plato (472-347 s.M.) pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth).


Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide
yang abadi dan tak berubah.

W.J.S Poerwadarminta
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
sebab-sebab, asas-asas hukum dan sebagainya
 Pancasila sebagai suatu sistem

Sistem yang dimaksud adalah satu-kesatuan bagian yang saling berhubungan,


saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu.

 Pancasila sebagai system filsafat

Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran


Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi
manusia pada umumnya.
Tiga Rumusan Sistem Pancasila

1. Rumusan sila-sila Pancasila yang bersifat organis.


Rumusan sistem organis memiliki makna bahwa antarsila di dalam Pancasila
memiliki fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan keterkaitan seperti hakikat
tubuh manusia monopluralis. Manusia menjadi pokok pendukung Pancasila
mengandung analogi bahwa setiap bagian tubuh menopang bagian tubuh yang
lain, sama seperti sila- sila di dalam Pancasila.

2. Rumusan bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal.


Maksud dari pernyataan ini adalah kelima sila dalam Pancasila memiliki
urutan yang hierarkhis piramidal dan memiliki kesatuan yang bulat.
Bentuk piramid ini menggambarkan sila pertama sebagai basis dan sila kelima
sebagai tujuannya.

3. Hubungan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi.


Hubungan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi merupakan cerminan
dari satu sila yang mengandung dan mengisi sila yang lain. Dengan kata lain bahwa
sebuah sila pasti mengandung intisari dari sila-sila yang lain.
 Nilai – Nilai sila Pancasila Sebagai dasar filsafat

Sila 1 sebagai manusia, kita harus mempertanggung jawabkan semua tindakan kita kepada
Tuhan YME, termasuk pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral negara,
hukum dan peraturan perundang-undangan, dan lain sebagainya.

Sila 2 Negara harus menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Hak asasi haruslah terjamin. Kehidupan
kenegaraan harus berdasar pada moral kemanusiaan yang adil dan beradab agar
tercapainya negara bermoral dan beragama.

Sila 3 Negara harus menjadi penyatu dari segala macam bentuk masyarakat Indonesia.
Nasionalisme juga harus ditanamkan pada setiap individu agar cita-cita tentang persatuan
tercapai.

Sila 4 Demokrasi merupakan perwujudan dari perwakilan masyarakat.


Rakyat adalah sumber dari kekuasaan negara, maka dari itu pemerintahan haruslah dari
rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.

Sila 5 Keadilan hendaknya terwujud dari kehidupan sosial agar tujuan negara tercapai. Karena
dengan adanya keadilan dari negara, maka seluruh elemen masyarakat akan berusaha
bahu membahu untuk mencapai cita - cita bangsa.
 Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang bulat dan Saling Mengisi

 Sila pertama: meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5:


Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkerimanusiaan yang adil
dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

 Sila Kedua: diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5:
kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang Berketuhanan Yang
Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Sila Ketiga: diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5:
Persatuan Indonesia adalah persatuan yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 Sila Keempat: diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5:
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan adalah kerakyatan yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang ber persatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

 Sila Kelima: diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4:


Keadilan seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang Berketuhanan Yang Maha
Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber persatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
 Landasan (Pancasila Sebagai sistem Filsafat)

 Landasan Ontologis
Pada hakikatnya adalah manusia. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Maka secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya

 Landasan Epistemologis
Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem
filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila
telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi.

 Landasan Aksiologis
Landasan aksiologis yaitu isi Pancasila yang kongkrit dan khusus merupakan realisasi dari
berbagai bidang kehidupan. Pancasila mengakui kerangka pikir manusia yang memiliki
kebenaran empiris yang ada kaitannya dengan pikiran positif dari manusia itu sendiri.
Dasar aksiologis Pancasila adalah Pancasila yang dilihat dari teori-teori nilai.
Terima Kasih

You might also like