You are on page 1of 72

HUKUM PERJANJIAN

INTERNASIONAL
3 sks: 150 menit/Minggu
Oleh :
Dr. G.Sri Nurhartanto,S.H.,LL.M
Dr. H. Untung Setyardi,S.H.,M.Hum
TUJUAN MATA KULIAH

• Mendalami salah satu aspek Hukum


Internasional
• Mendalami berbagai persoalan hukum sebagai
akibat yang timbul dari berbagai
hubungan hukum yang berkaitan dengan
aktivitas Negara sebagai Subyek HI dengan
Negara lain, sehingga mahasiswa mampu
mengidentifikasi dan menganalisis persoalan-
persoalan hukum yang timbul.
SILABUS
A. Tinjauan Umum Perjanjian Internasional
1. Bidang Hukum Perjanjian Int’l
2. Pembagian Hukum Perjanjian Int’l
3. Sebagai sumber utama HI
B. Hakekat dan Fungsi Perjanjian Int’l
1. Sejarah Hukum Perjanjian Int’l
2. Sifat Pengaturan Konvensi Wina 1969
3. Alasan mengikatnya Perjanjian Int’l
SILABUS
C. Bentuk dan Terminologi Perjanjian Int’l
1. Macam-macam bentuk Perjanjian Int’l
2. Macam-macam nama Perjanjian Int’l
D. Pihak-Pihak
1. Kemampuan Mengadakan Perjanjian Int’l
2. Akibat Hukum Bagi Pihak III
3. Pengalihan Hak & Kewajiban pada Pihak III
SILABUS
E. Praktek Penetapan dan Berlakunya Perjanjian
Int’l
1. Akreditasi Wakil Negara
2. Perundingan dan Penerimaan
3. Pengesahan, Penandatanganan dan Pertukaran
Instrument
4. Ratifikasi
5. Aksesi dan Adhesi
6. Entry into Force
7. Pendaftaran dan Publikasi
8. Penerimaan dan pelaksanaan
SILABUS
F. Reservasi
1. Latar Belakang reservasi
2. Bentuk Pencatatan Reservasi
3. Akibat Hukum Reservasi bagi Negara lain
4. Reservasi dan Kepastian Hukum
5. Masalah reservasi
G. Revisi dan Amandemen
1. Pengertian Revisi dan Amandemen
2. Cara-Cara Revisi dan Amandemen
SILABUS
H. Inkonsistensi Perjanjian Int’l
1. Pengertian
2. Penyelesaian Masalah
I. Validitas Perjanjian Int’l
1. Pengertian Validitas
2. Syarat Validitas
J. Berakhirnya Perjanjian Int’l
1. Alasan Hukum
2. Tindakan Negara Pihak
SILABUS

K. Interpretasi / Penafsiran Perjanjian Int’l


1. Badan Pelaksana
2. Instrumen Penafsiran
3. Prinsip umum
4. Klausula Penyelesaian Sengketa
L. Kajian Kasus
LITERATUR
• Wajib :
1. Starke, J.G., Introduction To International Law, Butterworth, London
2. Sinclair, I.M., The Vienna Convention on The Law of Treaties,
Manchester University Press, USA, Oceana Pubc
3. Budiono Kusumahamidjoyo, Konvensi Wina Tahun 1969 tentang
Hukum Perjanjian Internasional, Binacipta
4. I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian Internasional Bag.I, Mandar
Maju, Bandung
5. Edi Suryono., Praktek Ratifikasi Perjanjian Internasional Di
Indonesia, Remadja karya, Bandung
• Anjuran :
1. Akehurst Michael., A Modern Introduction To International Law ,
George Allen and Unwin Ltd, London
2. Dixon Martin., Text Book on International Law, Blckstone Press
3. Schreur,CH., The Interpretation of Treaties By Domectic Courts,
British Year Book of International Law.
Hukum Perjanjian Internasional
• The Law of Treaties
• Dalam hubungan internasional  kerjasama
internasional dituangkan dalam Treaty  Alat
utama kerjasama internasional
• Kerjasama antar negara-negara, negara-OI,
OI-OI
• Salah satu Sumber Hukum Internasional 
Sumber Utama Hukum Internasional
• Pasal 38 ayat (1 ) Statuta Mahkamah
Internasional
Pasal 38 ayat (1 ) Statuta MI

• Sumber Hukum Internasional :


1. International Conventions  General or
Particular
2. International Custom
3. General Principles of Law  Civilized Nations
4. - Judicial Decisions
- The Teachings of the most Highly Qualified
Publicists of the Various Nations
KONVENSI WINA 1969
• PBB / UN  Konferensi Internasional di Wina Austria : 2 tahap
1. Tanggal 26 Maret s/d 24 Mei 1968
2. Tanggal 9 April s/d 22 Mei 1969

 Tanggal 23 Mei 1969 : Penanda tanganan “ The Vienna


Convention on The Law of Treaties “  Konvensi Wina 1969 ttg
Hukum Perjanjian Internasional

 Sebagai dasar pembuatan atau pengaturan pembuatan treaty

 Dalam praktek : HI Kebiasaan dalam pembuatan treaty masih


diakui !  Lihat bagian Alinea terakhir Preambule KW 1969
“ Affirming that the rules of customary international law will
continue to govern questions not regulated by the provisions of
the present Convention “

 Konvensi mulai berlaku umum tanggal 27 Januari 1980 setelah


dpenuhinya syarat minimal yng ditetapkan Konvensi
PENGERTIAN TREATY
• Banyak pengertian
1. Mochtar Kusumaatmadja : Perjanjian Internasional adalah
Perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat
bangsa – bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan
akibat hukum tertentu
2. Michael Virally : A treaty is international agreement which is
entered into by two or more states or other international
persons and is governed by international law
3. B Sen : State practice as well as judicial and juristic opinion
indicates that the essential elements of treaty are :
a. Treaties are agreements
b. They are agreements between states including
international organisations of states
c. Such agreements have as their aims the creation of legal
rights and obligations between the parties thereto which
operate within the spere of the law of nations
PENGERTIAN TREATY
4. Pasal 2 ayat ( 1 ) butir a Konvensi Wina 1969 : Treaty
means an international agreement concluded between
states in written form and governed by international law,
whether embodied in a single instrument or in two or
more related instruments and whatever its particular
designation
5. Pasal 2 ayat ( 1 ) butir a Konvensi Wina 1986 : Treaty
means an international agreement governed by
international law and concluded in written form :
(i) between one or more states and one or more
international organizations; or
(ii) between international organizations, whether that
agreements is embodied in a single instrument or in two
or more related instruments and whatever its particular
designation
PENGERTIAN TREATY
6. Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 butir 1 Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional:
Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam
bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam
hukum internasional yang dibuat secara tertulis
serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang
hukum publik
Dengan demikian apa yang diatur dalam KW 1969 bisa
dikatakan mengatur treaty dalam arti sempit ! :
pihaknya hanya negara dan bentuknya tertulis
Padahal dalam praktek hubungan internasional :
a. Pihak : Negara dan OI ( Negara-Negara , Negara-OI,
OI-OI )
b. Bentuk : tertulis dan Lisan ( tunduk HI Kebiasaan )
Perbedaan
Treaty dengan Perjanjian Lainnya
1. Perjanjian masa lampau : serikat –serikat
dagang seperti East India Company dan
Verenigde Oost Indische Compagnie dengan
Kepala-kepala Negeri Bumi Putra
2. Kontrak yang dilakukan oleh :
a. Negara dengan individu
b. Negara dengan suatu badan hukum
 tentang Kontrak bagi hasil / Production
Sharing
 tunduk pada Hukum nasional suatu negara
 terjadi sengketa : HPI yang berperan
PENGGOLONGAN TREATY
1. Bentuk & Instrumen :
a. Tertulis : tunggal & lebih
b. Lisan
2. Pembuatan :
a. 2 tahap : perundingan & penandatanganan
 Cepat & sederhana : Perjanjian
perdagangan jangka pendek, Teknis
b. 3 tahap : perundingan, penandatanganan
dan ratifikasi
 penting
PENGGOLONGAN TREATY
3. Pihak – Sumber Hukum Formil
a. Bilateral  Dua pihak  Treaty Contract
b. Multilateral  Banyak Pihak  Law Making
Treaty
4. Bentuk ( Pejabat Pembuat )
i. Heads of States Form : High Contracting
Parties
ii. Inter Governmental Form  for technical or
non-political agreement
iii. Inter State Form  The Parties
iv. Inter Minister Form : antar Menlu
v. Inter Departmental Agreement
vi. The Actual Political Heads of The Countries
PENGGOLONGAN TREATY
5. Nama : Aneka ragam
a. Treaty ( sempit ) : multilateral dan mengatur hal –hal yang
dianggap penting
Ex : -North Atlantic Security Treaty 4 April 1949
-Space Treaty 1967
b. Convention ( Konvensi ): Instrumen resmi, multilateral, penting,
termasuk instrumen yang dihasilkan / diadopsi oleh suatu OI,
hasil Kodifikasi HI
Ex : -UNCLOS 1982 : PBB
-Chicago Convention 1944 : ICAO , dll
c. Protocol : Instrumen pelengkap treaty, Sbg Instrumen tambahan,
Treaty yang independen, Catatan atau dokumen dari
persetujuan tertentu.
Ex: - Protocol Jenewa 1977 ( I & II )
- Protocol Kyoto, dll
d. Agreement : penting, tdk seformal Treaty atau Konvensi, pihak-
pihak terbatas, mengatur hal-hal teknis dan administratif
Ex: - Bilateral treaty yang banyak dibuat .
NATO DAN PAKTA WARSAWA
PENGGOLONGAN TREATY
e. Arrangement : hampir sama dengan Agreement, Untuk
transaksi-transaksi yg bersifat sementara
f. Charter ( Piagam ) : melandasi pembentukan suatu OI
Ex: - Charter of The United Nations
- Charter of The Organisation of American States
g. Covenant : dalam kamus disamakan dengan Agreement
dan Convention, tdk sering digunakan walau dianggap
penting, dipakai juga sebagai dasar pembentukan OI
Ex : - International Covenant on Economic, Social and
Cultural Rights ( ICESCR ) 1966, International
Covenant on Civil and Political Rights ( ICCPR ) 1966
- Covenant of The League of Nations
PENGGOLONGAN TREATY
h. Statute ( Statuta ) : sama dengan Charter,
perjanjian kolektif, tambahan suatu Konvensi
Ex : - Statute of International Court of Justice

i. Constitution : Sama dengan Charter


Ex :- Constitution of WHO

j. Pact ( Pakta ) : perjnjian yang berkaitan dengan


unsur-unsur militer
Ex : - Briand Kellog Pact 1928
- Baghdad Pact 1955 : bentuk CTO
- Warsaw Pact 1955 : bentuk Warsaw Treaty
Organisation
PENGGOLONGAN TREATY
k. Declaration ( Deklarasi ):
- Sebagai Treaty Penuh : Deklarasi Bangkok 1967 :
ASEAN
- Sebagai instrumen yg kurang formal, lampiran
Treaty / Konvensi
- Sebagai persetujuan yg tdk begitu formal yg
menyangkut hal-hal yg kecil arti pentingnya ( bukan
tertulis )
- Sebagai suatu resolusi dr sebuah konferensi
diplomatik, untuk menerangkan beberapa prinsip/
kebutuhan agar ditaati semua negara
Ex : - Deklarasi Stockholm 1972 : lingkungan hidup
- Declaration on the prohibition of military, political,
or economic coercion in the conclusion of treaties yang
diadopsi dalam Konferensi Wina 1968/ 1969
PENGGOLONGAN TREATY
l. Final Act : mencatat hasil akhir suatu konferensi untuk
dibentuk menjadi perjanjian
m. General Act : sebuah Treaty, dipakai semasa LBB
Ex : The general act for pacific settlement of
international disputes 1928  diterima MU-PBB dengan
perubahan th. 1949
n. Modus Vivendi : instrumen untuk mencatat kesepakatan
internasional, sementara ( informal ) dan akan
diformalkan
o. Exchange of Notes / of Letters : saling pengertian,
dipertukarkan antar pejabat
p. Istilah-istilah baru : LOI ( letter of intent ), MOU
( Memorandum of Understanding ), Concorde, Message,
dll.
MENGIKATNYA TREATY
1. Menurut HI : Treaty yang dibuat sbgmn
mestinya mengikat para pihak
 ada 2 hal yang harus dipenuhi :
a. Dilakukan subyek yg berwenang
b. Melalui prosedur yg telah ditetapkan
2. Ajaran Anzilotti : Azas Pacta Sunt Servanda
 Pembuatan Treaty : Res Inter Alios Acta
 Azas Pacta Tertiis nec Nocent nec Prosunt :
lihat pasal 34 KW 1969
Hak dan Kewajiban Treaty
bagi Pihak III
• Pada dasarnya Treaty tidak meletakkan H & K pada pihak
III
• Dalam praktek banyak Treaty terang2an menyatakan
hanya mengikat para pihak
• Ada Pengecualian ( Starke ) :
1. Treaty yg dikehendaki oleh pihak2nya memberi H&K kpd
negara III, dpt mengikat negara pihak III
2. Treaty multilateral yg mrpk pernyataan HI Kebiasaan yg
telah ada Kodifikasi HI , jd lebih banyak didasarkan pd
HI Kebiasaan
3. Treaty multilateral yg tetapkan HI baru  standart
4. Treaty multilateral Universal
5. Treaty yg dimaksud Ps .35 KW 1969.
Pengalihtanganan Treaty
• Konsekwensi pembuatan treaty, apakah H & K bisa
dialihtangankan ?

 Secara umum H & K tdk bisa dialihtangankan !

 Pengecualian :
1. dg Novasi
2. Treaty sec terang2an / tdk : memperbolehkan
syarat : Harus diindahkan Negara Assignor
terutama kualifikasi Negara Assignee
3. Hutang piutang Hutang yg Liquidated / claimed :
asal Neg. Kreditur tdk merugikan Neg. Debitur
PRAKTEK PENETAPAN &
BERLAKUNYA TREATY
1. Akreditasi Wakil Negara
2. Perundingan & Penerimaan
3. Pengesahan, Penandatanganan & Pertukaran
Instrumen
4. Ratifikasi  Reservasi
5. Aksesi & Adhesi
6. Entry Into Force ( Pemberlakuan )
7. Pendaftaran & Publikasi
8. Penerimaan dan Pelaksanaan
Akreditasi Wakil Negara
• Menunjuk wakil negara u/ berunding, memberi
kepercayaan,
ketetapan menunjuk wakil u / melakukan
perundingan
Fungsi : Membuktikan statusnya sbg Utusan &
Wewenang yg dipunyai  :
* Menghadiri perundingan
* Ikut serta berunding
* Menanda tangani Treaty ( menerima naskah )
* Menutup Treaty  consent to be bound
FULL POWER
• Bentuk : Dokumen Full Power
 Lihat Pasal 2 ayat 1 butir c KW 1969
• Praktek Inggris :
a. Special Full Power
 Heads of State form
 ditanda tangani Raja/Ratu & dicap Great
Seal
b. Government Full Power
 Treaty Inter Govt / Inter State form
 ditanda tangani & dicap Men Lu
FULL POWER
• Dokumen Full Power suatu keharusan ?
 Umumnya YA !
• Bgmn kalau tdk ada ?  Pengecualian :
1. Orang2 ttt yg sdh dikenal baik
2. Perjanjian antar Dept. 2 Negara
3. Konferensi Buruh Int’l
• Full Power diberitahukan lawan berunding
a. Bilateral : saling dipertukarkan
b. Multilateral : diserahkan Panitia Full Power
The Big Four

(Left to right) The “Big Four”: David Lloyd George of Britain, Vittorio
Orlando of Italy, Georges Clemenceau of France, and Woodrow Wilson of
the United States, the principal architects of the Treaty of Versailles.
Perundingan dan Penerimaan
A. Cara Perundingan :

1. Treaty Bilateral : Pourparlers


2. Treaty Multilateral : Konferensi Diplomatik  dengan
perhatikan :
a. Inisiatif Treaty dari Negara  dipilih negara yang
mempunyai inisiatif
b. Inisiatif Treaty dari PBB  dipilih tempat yang sering
dipakai untuk konferensi internasional . Contoh :
Wina, Jenewa, New York, London, Moscow, dll
Perundingan dan Penerimaan
B. Prosedur :
Untuk konferensi diplomatik ada pola standard:
1. Pembentukan Steering Committee
2. Pembentukan Panitia Hukum dan Perumus
3. Pembentukan Rapporteur Committee
4. Panitia Full Power
C. Cara Perundingan :
1. Formal Meeting
2. Informal Meeting
Perundingan dan Penerimaan

D. Pengambilan Keputusan
1. Umum : Lihat KW 1969, Pasal 9 ayat
( 2 )  Persetujuan 2/3 suara dari
negara yang hadir dan memberikan suara
2. Bisa ditentukan berdasar mayoritas
yang lain
Misal : Asean  Musyawarah Mufakat
Suasana Sidang
Majelis Umum PBB
Sidang Dewan Keamanan PBB
Pengesahan, Penandatanganan dan
Pertukaran Instrument
A. Fungsi tanda tangan : Authenticate Text
B. Cara Authenticate Text :
1. Prosedure dalam treaty
2. Persetujuan Negara 2 bila tidak tetapkan
prosedure
3. Signature
4. Signature ad referendum
5. Initialing
6. Incorporasi dalam Final Act
Pengesahan, Penandatanganan dan
Pertukaran Instrument
C. Penandatanganan :
1. Pada waktu akhir konferensi dan tempat
yang sama
2. Oleh para utusan
3. Dihadiri satu sama lain
@ Dalam Praktek :  Treaty 2 tahap :
Diberi tenggang waktu ttt max. sampai 9
bulan, apabila lewat waktu tidak bisa lagi,
Negara yang ingin mengikatkan diri dilakukan
lewat aksesi.
European Union: signing of the Treaties of
Rome, March 25, 1957
Signing of the Nuclear Test-Ban Treaty
in Moscow, August 1963.
U.S. Secretary of State Dean Acheson signs the North
Atlantic Treaty on April 4, 1949, as U.S. President Harry S.
Truman (second from left) and Vice President Alben W.
Barkley (left) look on.
Pengesahan, Penandatanganan dan
Pertukaran Instrument
D. Akibat Hukum :
1. Tidak harus diratifikasi
( langsung berlaku dan mengikat )
2. Harus diratifikasi, Acceptance,Approval
Catatan :
Ad.1 . * Kehendak para pihak ( negotiating state ) 
berlaku sejak penandatanganan
* Ditetapkan dalam Full Power  untuk mencegah
pembatalan treaty.
Ad.2 . Harus dengan ratifikasi , dst.  3 tahap !
Egyptian President Anwar el-Sādāt (left), U.S. President Jimmy Carter,
and Israeli Prime Minister Menachem Begin shaking hands at the White
House after signing the Camp David Accords peace treaty
between Israel and Egypt, September 17, 1978.
Perjanjian Perdamaian 1993

Yitzhak Rabin, left, and Yasir Arafat, right, shake hands in 1993 after the signing of a
peace accord between Israel and the Palestine Liberation Organization. U.S. President
Bill Clinton, center, helped forge the historic agreement. Mediating and resolving
disputes between nations is a key task of diplomacy.
Perjanjian Perdamaian 1998
Yasir Arafat (left) of the Palestine Liberation Organization signs a peace
agreement in 1998. With him are (left to right) King Hussein of Jordan,
President Bill Clinton of the United States, and Prime Minister Benjamin
Netanyahu of Israel.
Treaty of Nice documents,
February 26, 2001
Treaty of Amsterdam document,
1997
Ratifikasi
• Teori : Persetujuan Kepala Negara/ Kepala
Pemerintahan atas tanda tangan yang diberikan
perutusannya.  # Aksesi ( bergabungnya pihak III ).
• Konvensi Wina 1969 , Pasal 2 ayat ( 1 ).b Ratifikasi =
acceptance = approval = accession
• F.Sugeng Istanto :
(1) Persetujuan atas tanda tangan perutusan
(2) Pernyataan persetujuan atas treaty
U.S. President Harry S. Truman signing the
NATO alliance pact before members of
Congress, 1949.
Ratifikasi
• Doktrin :
1. Lord Stowell : “……. For the instrument, in point of
legal efficacy, is imperfect without it.”
2. Judge JB.Moore : “ doktrin yang menyatakan treaty
dapat berlaku sebelum ratifikasi adalah dapat diabaikan/
usang dan hanya merupakan gema masa lampau.”
Secara umum tanpa ratifikasi treaty tidak dapat
berlaku !
 Catatan : tidak sepenuhnya benar, mengingat sampai
sekarang pembuatan treaty 2 tahap masih tetap terjadi.
Ratifikasi
• Pasal 14 ayat (1) : Keterikatan dengan
Ratifikasi  Syarat :
1. Ditetapkan secara terang2an dalam treaty
2. Disetujui oleh negara2 perunding
3. Wakil 2 negara telah menandatangani treaty
yang merupakan subject u/ ratifikasi
4. Kemauan negara tampak dari dokumen Full
Power.
• Keterikatan lewat Acceptance/ Approval 
Pasal 14 ayat (2) KW 1969 : sama dgn ratifikasi
Hak Negara untuk Ratifikasi
• Dasar Pembenar :
1. Hak negara untuk tinjau kembali persetujuan
yang telah ditandatangani perutusannya,
sebelum menerima kewajibannya
2. Berdasar prinsip kedaulatan negara => hak
untuk menarik diri dari Treaty
3. Kebutuhan penyesuaian dengan HN
4. Prinsip Demokrasi => diketahui Parlemen
( Lembaga wakil rakyat )
Ratifikasi =Kewajiban ?
• HI tidak meletakkan hal itu sebagai kewajiban
• Apabila negara tidak ingin meratifikasi 
Courtecy : pemberitahuan kepada negara lain
• Ratifikasi # Kewajiban :Kedaulatan Negara
• Akibat kelambatan Ratifikasi :  LMT : Treaty
Multilateral, Treaty tidak bisa segera berlaku
( ada jumlah tertentu yang harus dipenuhi )
• Keterikatan Negara lewat Ratifikasi  Tidak
Belaku Surut ( berlaku asas Non
Retroactive)lihat Pasal 28 Konvensi Wina 1969
Ratifikasi dan HN
( Hukum Konstitusi Negara )
• Ratifikasi berhubungan erat dg Hukum Konstitusi
Negara
1. Banyak organ negara terlibat, selain Kepala
Negara/ Kepala Pemerintahan
2. Antara Negara satu dan yang lain berbeda
• Praktek :
1. Treaty biasanya dilakukan Kepala Negara
2. Treaty kurang penting dilakukan Kepala
Pemerintahan / Menlu.
Praktek Ratifikasi di Indonesia
• Pasal 11 UUD 1945 : Perjanjian Int’l dibuat oleh
Presiden dengan persetujuan DPR
• => dimaksudkan sebagai Ratifikasi
• Praktek :
1. Surat Presiden Nomor 2826/HK/1960:
a. Treaty ( Penting ) dimintakan persetujuan
DPR, diundangkan dlm bentuk UU
b. Agreement ( Kurang penting ) tidak
dimintakan persetujuan DPR (hanya diberitahu )
diundangkan dalam bentuk Keppres
Praktek Ratifikasi di Indonesia
2. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional  menggantikan Surat
Presiden no.2826/HK/1960
a. Pasal 10  dilakukan dg UU : *Masalah Politik,
perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara;
* Perubahan wilayah atau penetapan batas
wilayah negara RI; * Kedaulatan atau hak
berdaulat Negara; * hak asasi manusia dan
lingkungan; * Pembentukan kaidah hukum baru;
*Pinjaman dan /atau hibah luar negeri
b. Pasal 11  dilakukan dengan Keppres : diluar
yang diatur dalam Pasal 10
Pertukaran /Penyimpanan
Dokumen Ratifikasi
• Treaty Bilateral : saling dipertukarkan,
disimpan di Deplu, Dibuatkan Process verbal
• Treaty Multilateral : disimpan di negara
deposit ( Depository State )  tergantung
inisiatif pembuatan treaty
a.Negara : Deplu Negara tempat Treaty
ditandatangani
b.PBB : Sekjen PBB ( dulu semasa LBB disimpan
pada Sekjen LBB )
Reservasi

• Pasal 2 ayat (1) butir d KW 1969


• Reservasi terjadi karena :
1.Negara mau terikat pada treaty ttp tidak
seluruhnya
2.Negara menghendaki tidak mau terikat
beberapa ketentuan ttt treaty
3.Menghendaki perubahan ketentuan ttt.
HI menjamin / membenarkan Reservasi
Dasar Pembenar
• HI : Menjunjung tinggi Prinsip Kedaulatan
Negara dan Prinsip Perfect Equality of State
• Dalam praktek :
1. Partisipasi maksimal
Negara yang tidak dapat menyetujui bbrp
ketentuan treaty yg ada, lebih baik ikut serta
secara terbatas drpd tdk ikut sama sekali
2. Pengutamaan ketentuan dasar
Asal ketentuan dasar dlm treaty disetujui,
perbedaan dlm ketentuan/kewajiban yg kurang
penting diperbolehkan.
Formulasi Reservasi 
Pasal 19 KW 1969
• Dilakukan pada saat negara
menandatangani, meratifikasi, accepting,
approving atau acceeding pada treaty
a.Treatynya tidak melarang
b.Treaty hanya mengijinkan reservasi pada
bagian tertentu
c.Sejalan dg butir a dan b , reservasi tidak
bertentangan dg object dan tujuan treaty
Bentuk Reservasi

• Umumnya reservasi yg dilakukan negara


dituangkan dalam : Protokol yang
terlampir dalam Konvensi, Final Act,
Exchange of Notes
• Semua hal yang terkait dengan reservasi
dilakukan secara tertulis ! Dan
diumumkan sbgmn mestinya  Pasal 23
KW.1969
Akibat Hukum Reservasi 
Pasal 21 KW.1969
1. Negara reservasi –Negara yg menerima
reservasi
 merubah ketentuan treaty, sejauh yang
direservasi dlm hubungan mereka
2. Negara reservasi – Negara yg menolak
 Reservasi tdk berlaku, Treaty berlaku penuh
3. Antar Negara inter-se
 Treaty berlaku penuh tanpa perubahan
Kepastian Hukum Reservasi

• Reservasi yang dilakukan thd treaty multilateral


yang banyak jumlahnya  merupakan hal yng
mengganggu.
• Pasal 20 ayat(2) Persetujuan para pihak :
penting !
• Dalam praktek reservasi yang dilakukan thd
Constituent instrument dari OI : memerlukan
persetujuan organ yang berwenang dari OI
tsb.
Masalah Reservasi

• Kasus Penolakan Reservasi Genocide


Convention 1948  Dimintakan
permohonan Advisory Opinion ke
Mahkamah Internasional :
1. Admissability dari Reservasi
2. Akibat Hukum Reservasi
3. Hak Negara untuk menolak Reservasi
Putusan AO
Mahkamah Internasional
1. Admissability  Reservasi diperbolehkan :
- Meski tdk ada ketentuan treaty yg
mengijinkan
- Tdk memerlukn persetujuan terang2an dr
negara lain  diam2
- Test of Compatibility ( keselarasan dgn
hakekat dan tujuan treaty )
* Prinsip Konvensi  seuniversal mungkin
* Prinsip Integrity of the instrument
Putusan AO
Mahkamah Internasional
2. Akibat Reservasi
 Test of Compatibility
3. Yang berhak menolak Reservasi :
Negara 2 yang menanda tangani, acceptance,
dsb.  yang hadir dalam perundingan.
Pengaruh AO belum selesaikan masalah:
a.Dianggap beri kebebasan terlalu luas pd negara
b.Obyektivitas Test of Compatibility beratkan
negara penandatangan.
Menurut ILC-Majelis Umum PBB

• Pada tahun 1951


• Tidak mengikuti Test of Compatibility
• Ukuran : Integritas Konvensi , apakah
tetapkan atau tidak Reservasi
Praktek  Perkembangan
1. Larangan Reservasi  ada Klausula khusus
dalam Treaty :
a. Melarang sama sekali
b. Melarang reservasi thd ketentuan penting ttt
c. Bagian ttt saja yang diperkenankan.
2. Authorization Method :
Ada klausula yang perinci reservasi ttt yang
diijinkan= pembatasan pilihan reservasi yang
diijinkan.
Pandangan Starke
1. Dalam Konvensi ada klausula :
- Negara 2 pihak dimintai pendapat
- Dalam jangka waktu ttt tidak beri
jawaban dianggap menerima !
2. Reservasi ditolak , maka :
- Negara yang mereservasi diberi
alternatif  Ratifikasi tanpa reservasi
atau tidak ratifikasi
Pencabutan / Penarikan Reservasi
atau Keberatan Reservasi
• Negara bermaksud mencabut reservasi/
penolakan reservasi ?  Boleh ! Pasal
22 KW.1969
• Semua pencabutan dilakukan dg Bentuk
tertulis !  Pasal 23 ayat (4) KW.1969
• Sejauh Treaty tidak melarang / tentukan
lain : bisa dilakukan kapan saja.
Efektivitas Pencabutan / Penarikan

• Pasal 22 ayat (3) KW.1969


1. Terhadap Reservasi  pemberitahuan
pencabutan diterima negara yang
menerima reservasi.
2. Terhadap Penolakan  pemberitahuan
pencabutan diterima negara yang
melakukan reservasi.

You might also like