You are on page 1of 7

Hipersensitivitas

FITRI ANISA
19112232
Hipersensitivitas

Hipersensitivitas (atau reaksi hipersensitivitas)


adalah reaksi berlebihan, tidak diinginkan karena
terlalu senisitifnya respon imun (merusak,
menghasilkan ketidaknyamanan, dan terkadang
berakibat fatal) yang dihasilkan oleh sistem imun.
Reaksi hipersensitivitas berdasarkan mekanisme dan
waktu yang dibutuhkan untuk reaksi, dibagi menjadi
empat tipe: tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV. Penyakit
tertentu dapat dikarenakan satu atau beberapa jenis
reaksi hipersensitivitas.
Hipersensitivitas Tipe I

Hipersensitifitas tipe I disebut juga sebagai hipersensitivitas


langsung atau anafilaktik. Reaksi ini berhubungan dengan
kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan arus
gastrointestinal. Reaksi ini dapat mengakibatkan gejala yang
beragam, mulai dari ketidaknyamanan kecil sampai
kematian. Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah
terpapar antigen, namun terkadang juga dapat mengalami
keterlambatan awal sampai 10-12 jam. Hipersensitivitas tipe I
diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE). Komponen seluler
utama pada reaksi ini adalah mastosit atau basofil. Reaksi ini
diperkuat dan dipengaruhi oleh keping darah, neutrofil, dan
eosinofil.
Hipersensitivitas Tipe II

Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi


berupa imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin E
(IgE) untuk melawan antigen pada permukaan sel dan
matriks ekstraseluler. Kerusakan hendak terbatas atau
spesifik pada sel atau jaringan yang secara langsung
berhubungan dengan antigen tersebut. Pada
umumnya, antibodi yang langsung berinteraksi
dengan antigen permukaan sel hendak bersifat
patogenik dan menimbulkan kerusakan pada target
sel.
Hipersensitivitas Tipe III

Hipersensitivitas tipe III adalah hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini


disebabkan beradanya pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil
dan terlarut di dalam jaringan. Hal ini ditandai dengan timbulnya inflamasi
atau peradangan. Pada kondisi normal, kompleks antigen-antibodi yang
diproduksi dalam banyak agung dan seimbang hendak dibersihkan dengan
beradanya fagosit. Namun, kadang-kadang, kehadiran bakteri, virus,
sekeliling yang terkait, atau antigen (spora fungi, bahan sayuran, atau
hewan) yang persisten hendak membuat tubuh secara otomatis
memproduksi antibodi terhadap senyawa asing tersebut sehingga terjadi
pengendapan kompleks antigen-antibodi secara terus-menerus. Hal ini juga
terjadi pada penderita penyakit autoimun. Pengendapan kompleks antigen-
antibodi tersebut hendak menyebar pada membran sekresi giat dan di
dalam arus kecil sehingga dapat memengaruhi beberapa organ, seperti kulit
, ginjal, paru-paru, sendi, atau dalam anggota koroid pleksus otak
Hipersensitivitas Tipe IV

Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai hipersensitivitas


yang diperantarai sel atau tipe lambat (delayed-type).
Reaksi ini terjadi karena keaktifan perusakan jaringan oleh
sel T dan makrofag. Waktu cukup lama dibutuhkan dalam
reaksi ini untuk aktivasi dan diferensiasi sel T, sekresi
sitokin dan kemokin, serta pengumpulan makrofag dan
leukosit lain pada kawasan yang terkena paparan. Beberapa
contoh umum dari hipersensitivitas tipe IV adalah
hipersensitivitas pneumonitis, hipersensitivitas kontak
(kontak dermatitis), dan reaksi hipersensitivitas tipe
lambat kronis (delayed type hipersensitivity, DTH)
TERIMA KASIH

You might also like