You are on page 1of 9

pertemua

Dosen Pengampu:
Drs. H. ABDUL MUCHIT,M.Ag

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN


PRODI: BAHASA & SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2018
Pertemuan ke-2
Aslam Hadi (1986:33) mengutip pendapat Edward B Taylor bahwa faham
atau keyakinan masyarakat manusia terhadap Tuhan itu mengalami
Evolusi – dari Animisme hingga Monotheisme. Bahkan menurut Harun
Nasution (1973: 23) perkembangan faham ketuhanan itu dimulai dari
dinamisme sampai Agnostisisme.
Animisme – masyarakat primitif meyakini bahwa semua benda
itu memiliki kekuatan misterius. Benda-benda itu juga memiliki Roh,
roh itu memiliki bentuk- perlu makan bisa senang, susah dan marah.
Kemarahan roh itu dapat membahayakan manusia, sehingga
kerelaannya harus diupayakan melalui kebaktian/sesaji.
Animisme berkembang menjadi Politheisme – dari sekian
banyak ruh itu ada beberapa ruh yang diangggap unggul mempunyai
karakter tertentu dan ada pengaruh besar terhadap hidup manusia,
sehingga dilakukan kebaktian/sesaji terhadap roh itu secara rutin,
karenanya roh meningkat menjadi dewa. Dengan demikian terdapatlah
banyak dewa.
Politheisme berkembang menjadi Oligatheisme – dari sekian banyak dewa
itu ada beberapa yang dianggap punya kelebihan dan diunggulkan.
Kemudian berkembang menjadi Henotheisme yaitu ketika tiap-tiap
kelompok masyarakat hanya mengakui satu dewa saja. Klimax
perkembangannya adalah faham monotheisme yakni ketika diakui hanya ada
satu tuhan penguasa alam semesta.
Dari Monotheisme berkembang lebih variatif, yaitu dapat berbentuk
Deisme atau Theisme
Deisme: Tuhan yang esa itu transendent ; setelah penciptaan alam Tuhan tidak
terlibat lagi dengan ciptaannya.
Pantheisme: meyakini bahwa Tuhan yang Esa itu Immanent, Tuhan
menampakkan diri dalam berbagai fenomena alam .
Theisme: meyakini Tuhan yang Esa itu transendent mengatasi alam semesta
tetapi dalam transendensinya Tuhan selalu terlibat dengan alam semesta
ciptannya.
• Deisme berkembang menjadi Naturalisme – yaitu
menyakini bahwa Tuhan itu transendent tidak terlibat
dengan alam semesta setelah penciptaan dan alampun
tidak berhajat pada Tuhan. Maka alam ini berdiri sendiri
sempurna dan berproses menurut hukum-2 alam itu
sendiri. Naturalisme muncul ketika manusia semakin
menguasai ilmu pengetahuan. Dari naturalisme meningkat
menjadi Atheisme yaitu keyakinan bahwa tuhan itu tidak
ada.
• Agnostisisme meragukan tentang adanya tuhan: dia
mengatakan Tuhan mungkin ada tetapi manusia tidak
dapat mengetahui secara positif.
• Muhammad Iqbal ( 1951: 63 ) menyatakan bahwa:
• Pertama – tuhan adalah diri (khuda) bersifat tunggal, tiada yang
menyamainya, tidak mempunyai sekutu mengatasi
kecenderungan antagonistik reproduksi, tuhan mengorganisasi
segala sesuatu untuk tujuan yang konstruktif, Tuhan merespon
do’a dan sembahyang manusia.
• Kedua – Tuhan sebagai diri mutlak itu tidak berkesudahan –
bukan hanya dalam ruang dan waktu –tiada berakhirnya
kegiatan kreatif Tuhan, maha pencipta. Tuhan adalah mutlak
yang hidup, dinamis, bebas- tiada yang dapat membatasi selain
diriNya sendiri.
• Ketiga – Tuhan adalah hakekat keseluruhan yang bersifat
spiritual dan meliputi segalanya- merangkum diri-2 terbatas
sebagai ciptaannya.
• Jadi Tuhan itu sungguh ada, sebagai Diri mutlak yang maha
kreatif, selalu mencipta, melindungi, megawasi. Dan
menyediakan diri bagi kerinduan mahluknya – Tuhan adalah
mitra kerja bagi manusia dalam upaya aktualisasi diri.
Pembuktian Adanya Tuhan
Tiga hal penting terkait tentang keTuhan an ( Titus, 1984:
441 )
Pertama: hendaknya dibedakan antara Tuhan dengan Ide
tentang Tuhan.
Kedua : Manusia telah menyembah Tuhan sebelum muncul
problem filsafati tentang Tuhan.
Ketiga : Tidak ada pandangan individual tentang Tuhan
yang dianggap final atau memadai.
•Argumen tradisional tentang adanya Tuhan
•Argumen Ontologi – didasarkan pada logika semata, dengan cara
menghubungkannya pada ide tentang Zat yang maha sempurna. Tuhan itu
ada – diberikan definisi sedemikian rupa sehinggga mustahil bahwa Ia tidak
ada.
•Argumen Kosmologi – didasarkan pada adanya hukum causalitas yang
berlaku di alam semesta, yang rentetannya sampai pada sebab pertama
(causa Prima )
•Argumen Teleologi – didasarkan pada watak alam semesta yang serba teratur
dan terrencana, menunjukkan adanya Tuhan yang punya kehendak, tujuan
dan bukan secara kebetulan.
•Argumen Moral – didasarkan pada adanya kesenjangan antara prinsip
normatif moral dan fakta moral. Setiap perbuatan baik akan berakibat baik bagi
pelakunya begitu pula perbuatan buruk akan berakibat buruk juga, namun
faktanya tidak demikian- tidak setiap perbuatan baik itu berakibat baik, bisa
saja sebaliknya. Karena ada kehidupan lain dimana prinsip normatif moral
terpenuhi (akhirat)- Tuhan
• Kritik atas argumen tradisional tentang adanya Tuhan
• Kritik thd argumen Ontologi –
• pertama: konsep tentang zat yang maha sempurna tidak mengharuskan adanya zat
itu.
• Kedua : adanya suatu zat itu tidak dapat dipastikan dari adanya ide tentang zat itu
• Ketiga : Kesalahan pokok dalil ontologi ialah mengalihkan sesuatu yang logis menjadi
sesuatu yang hakiki.
• kritik terhadap argumen kosmologi
• pertama: Bahwa argumen itu telah mempermainkan hukum causalitas ketika
menghentikan rentetan sebab akibat pada suatu titik dan menaikkannya menjadi
Causa Prima.
• Kedua : Sebab dan akibat dalam rangkaian causalitas adalah sama-2 wajib adanya.
• Ketiga : Kemestian wujud sesuatu tidak sama dengan keharusan pikiran tentang sebab
akibat.
• kritik terhadap argumen Teleologi
• pertama : Argumen teleologi hanya membuktikan adanya perencana, penata dan
penggerak semata.bukan pencipta.
• Kedua : Masih belum terjawabnya pertanyaan – bagaimana halnya dengan kenyataan
bagian-2 alam yang mengesankan adanya kaidah keteraturan
• Ketiga : Tidak ada Analogi antara manusia pencipta dengan gejala alam
• kritik terhadap argumen moral
• argumen moral nampaknya merupakan expresi ketidak mampuan manusia
menegakkan prinsip moral sehingga ada nuansa apologis ketika ketidak mampuan itu
dijawab dengan kemestian adanya dunia lain.
Tauhid: Konsep ketuhanan Islam

• Makna Tauhid
• Asal kata Wahidun – Wahhada – Yuwahhidu – Tauhidan.
• Keyakinan akan keEsaan Tuhan dalam Islam – tercermin dalam kalimat “ La
Ilaaha illallah” keEsaan Allaah mengandung makna: satu-2nya Dzat yang
pantas disembah, yang memiliki dan menguasai langit-bumi dan seisinya,
yang menciptakan, memberi rizqi dan memelihara, melindungi, membuat
hukum/aturan – wajib ditaati, juga sebagai tumpuan harapan seluruh umat.
• Tauhid, Esensi Islam
• Dijelaskan dalam surat Al-Ihlas
• Ada tiga aspek ajaran Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia yaitu:
• 1) Aqidah - absolut
• 2) Syari’ah meliputi ibadah - absolut & mu’amalah – global - dinamis
• 3) ahlaq - absolut
• Tauhid, fitrah manusia
• Pada setiap manusia pasti memiliki kepercayaan akan adanya
kekuatan diluar diri manusia yang mengatur alam ini walaupun
sulit dibuktikan secara empirik maupun rasional – karna
kepercayaan agama itu bersifat supra rasional.

You might also like