You are on page 1of 53

LTM A N

PERAN PE
RAWAT D

L O L A TENAGA
KESEHAT
AN

G E LAIN DAL AN
PEN
AM
A N A PENGELO
LA
BENC
BENCANA AN

ARTI
L I WIDI 335
2106763
YU
Question Based Discussion (QBD) seri 1
1. Jelaskan pengertian definisi, jenis dan siklus bencana
2. Jelaskan berbagai jenis bencana dan kaitannya dengan Indonesia dalam 2
tahun terakhir serta berikan 5 contoh pada setiap jenis bencana tersebut
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ancaman (hazard), resiko, dan
kerentanan (vulnerability) dan kapasitas dalam pengelolaan bencana
4. Jelaskan struktur dan pengelolaan bencana skala local, nasional, dan
internasional berdasarkan peraturan
5. Jelaskan prinsip etika dan hukum dalam pengelolaan bencana dan jelaskan
masalah etika dan hukum yang bisa terjadi saat pengelolaan bencana
6. Jelaskan peranan perawat dan tenaga Kesehatan lainnya pada saat terjadi
bencana
Pengertian definisi, jenis, dan siklus bencana.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakakn lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.

Ismail, Suardi. 2021. Mitigasi Bencana. Indramayu: Penerbit Adab.


Jenis Bencana
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan peristiwa
01 atau serangkaian peristiwa yang disebabkan alam, antara
lain: gempa bumi, kekeringan, tsunami, angin topan,
gunung meletus, tanah longsor, dan banjir

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan


peristiwa atau serangkaian yang disebabkan non alam,
02 antara lain: gagal teknologi, epidemi, gagal modernisasi,
dan wabah penyakit
Jenis Bencana
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
03 manusia, yang meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas, dan teror.
Siklus Bencana

Fase Pra bencana Fase Bencana Fase Paska Bencana &


(preparedness) Pencegahan Pasca Bencana
(emergency/Response)
Tahapan dimana tidak ada Tahapan dimana bencana sedang Tahapan yang dihitung mulai 4
bencana di lokasi bencana. terjadi, lamanya berbeda setiap minggu setelah bencana sampai
Upaya: pencegahan, mitigasi, bencana. dengan pemulihan telah terjadi.
dan kesiapsiagaan. Terjadi 3 tahapan: Impact (0-48 jam Hal ini menimbulkan
setelah kejadian). Rescue (0-1 minggu ketidakseimbangan emosi, pikiran,
setelah terjadi bencana). Recovery (1-4 dan perilaku yg mengarah pada
minggu setelah terjadi bencana). Kesehatan jiwa.

Hutapea, Adventina D., dkk. 2021. Keperawatan Bencana. Yayasan


Kita Menulis
Jenis bencana dan kaitannya dengan Indonesia dalam 2 tahun
terakhir serta contohnya

Menurut UU No. 24 tahun 2007 bencana dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Bencana alam, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain gempa bumi, tsunami, gunung
Meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor
2. Bencana non alam, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi dan wabah penyakit. Bencana non alam termasuk terorisme biologi dan
biokimia, tumpahan bahan kimia, radiasi nuklir, kebakaran, ledakan, kecelakaan
transportasi, konflik bersenjata dan tindakan perang.
3. Bencana sosial, adalah bencana karena peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas.
Jenis Ancaman Bencana
Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Bencana alam geologis
b. Bencana alam klimatologis
c. Bencana alam ekstra-terestrial
1. Bencana alam geologis
Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal
dari dalam bumi (gaya endogen). Termasuk dalam bencana
alam geologis adalah gempa bumi letusan gunung berapi
dan tsunami
b. Bencana alam klimatologis
Merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin
dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir,
badai, banjir bandang, angin putting beliung, kekeringan dan
kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).
Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam,
walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis
(hujan), tetapi gejala awalnya ditandai dari kondisi geologis
(jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sejenisnya).
c. Bencana alam ektra-terestrial

Bencana alam ekstra-terestrial


adalah bencana alam yang terjadi
di luar angkasa, contohnya
hantaman/impact meteor. Bila
hantaman benda-benda langit
mengenai permukaan bumi maka
akan menimbulkan bencanaalam
yang dahsyat bagi penduduk
bumi
Macam-macam bencana alam di Indonesia

a. Banjir
b. Kebakaran hutan
c. Gempa bumi
d. Tsunami
e. Letusan gunung api
f. Angin puting beliung/angin rebut
g. Tanah longsor
h. Kekeringan
Penjelasan…
 Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat
 Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan dimana hutan dan lahan
dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan
lahan seringkali menyebabkan asap yang dapat mengganggu aktivitas dan
kesehatan masyarakat sekitar
 Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas
gunung api atau runtuhan batuan
 Tsunami berasal dari Bahasa jepang yang berarti gelombang ombak laut (tsu
berarti lautan, nami berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di
dasar laut akibat gempa bumi
Penjelasan…
 Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah “erupsi”. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material
(pijar), hujan abu lebat, lava, gas beracun, tsunami dan banjir lahar
 Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mrmpunyai
pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga
menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit)
 Tanah longsor merupakan salah satu jenis Gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, emnuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng
 Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan
hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan
Macam-macam bencana non alam di Indonesia

1. Kecelakaan transportasi
2. Kecelakaan industri
3. Kejadian luar biasa (KLB)/wabah penyakit
Penjelasan…
 Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di darat,
laut dan udara
 Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu
perilaku kerja yang berbahaya (unsave human act) dan kondisi yang berbahaya
(unsave unconditions). Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung
pada macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan,
proses kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya
 Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu. Status kejadian luar biasa diatur oleh Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004
Macam-macam bencana sosial di Indonesia

1. Kerusuhan sosial atau huru hara


2. Aksi teror
3. Sabotase
4. Demonstrasi
5. Tawuran pelajar
Penjelasan…
 Konflik sosial atau kerusuhan social atau huru hara adalah suatu Gerakan massal yang bersifat
merusak tatanan dan tata tertib social yang ada yang dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan
ekonomi yang biasanya dikemassebagai pertentangan antar suku, agama, ras (SARA)
 Aksi terror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap
orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas
kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan
atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis atau longkungan hidup dan fasilitas
publik
 Sabotase adalah Tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi,
penghaambatan, pengacauan dan/atau penghancuran. Dalam istilah perang, istilah ini digunakan
untuk mendeskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak berhubungan dengan militer tetapi
dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa struktur penting seperti infrastruktur,
struktur ekonomi dan lain-lain
Analisis Risiko Bencana

Hazard Vulnerability
(ancaman) (kerentanan)

Risk Capability
(risiko) (kapasitas)

Ismail, Suardi. 2021. Mitigasi Bencana. Indramayu: Penerbit Adab.


Hazard (Ancaman)
Hazard merupakan aktivitas ataupun keadaan yang menimbulkan kerusakan
(Cooling, 1990). Hazard merupakan ancaman yang dapat terjadi pada individu atau
masyarakat saat bencana terjadi (Harmono, Rudi, 2016).

Hazard dikaitkan sebagai penyebab bencana. Tetapi bukan berarti akan terjadi
bencana ketika ada hazard. Contohnya terjadi tsunami dengan kekuatan yang cukup
hebat pada salah satu pulau yang tidak berpenghuni, hal ini tidak dapat dikatakan
sebagai bencana karena tidak ada korban jiwa ataupun tidak berdampak pada
kehidupan masyarakat.

sehingga penting untuk menilai antara bahaya (hazard) dengan kerentanan


(vulnerability) sehingga risiko atau dampak bencana dapat diminimalisir (Harmono,
Rudi, 2016).

Ismail, Suardi. 2021. Mitigasi Bencana. Indramayu: Penerbit Adab.


Vulnerability (Kerentanan)
Vulnerability (Kerentanan) merupakan suatu kondisi atau keadaan yang membuat
individu atau masyarakat tidak mampu menghadapi ancaman ataupun bencana (BNPB,
2008). Kerentanan dibagi ke dalam beberapa bagian seperti berikut:
a. Kerentanan fisik
b. Kerentanan ekonomi
c. Kerentanan sosial
d. Kerentanan lingkungan
Vulnerability (Kerentanan)

Kerentanan Fisik Kerentanan Ekonomi


Berkaitan dengan ketahanan yang dimiliki Kerentanan suatu individu atau masyarakat
masyarakat dalam menghadapi bahaya terhadap ancaman bahaya tergantung dari
tertentu. Contohnya kekuatan bangunan kemampuan ekonomi. Masyarakat yang
rumah, jalan dan jembatan yang tahan berada di daerah yang kemampuan
terhadap bencana gempa bumi dan ekonominya rendah lebih rentan terhadap
tersedianya tanggul-tanggul bagi masyarakat ancaman bahaya, hal ini dikarenakan
yang tinggal di bantaran sungai yang kemampuan finansial yang kurang
berfungsi sebagai pengaman saat terjadi memadai dalam melakukan upaya
bencana banjir. pencegahan dan mitigasi bencana
Vulnerability (Kerentanan)

Kerentanan Sosial Kerentanan Lingkungan


Kondisi sosial seperti Pendidikan mempengaruhi Tempat tinggal atau lingkungan hidup masyarakat
kerentanan terhadap bahaya. Kurangnya pengetahuan juga mempengaruhikerentanan terhadap ancaman
tentang risiko bencana meningkatkan kerentanan bahaya (BNPB, 2008). Sebagai contoh masyarakat
terhadap ancaman bahaya. yang tinggal di derah bantaran sungai rentan terhadap
ancaman banjir, masyarakat yang tinggal di derah
pegunungan rentan terhadap ancaman erupsi dan
letusan gunung, masyarakat yang tinggal di daerah
pantai rentan terhadap ancaman bahaya tsunami dan
lainnya

Ismail, Suardi. 2021. Mitigasi Bencana. Indramayu: Penerbit Adab.


Risk (Risiko)
Risko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (Peraturan BNPB
Nomor 4, 2008).

Analisis risiko dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut:

Risiko = Bahaya x Kerentanan

Kapasitas

dari persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi risiko bahaya
dan kerentanan maka semakin tinggi risiko bencana yang dihadapi dan
semakin tinggi kapasitas yang dimiliki maka semakin kecil risiko bencana
yang terjadi

Sembiring, Erika E., Nurmansyah, M. 2021. keperawatan Bencana. Makasar: Tohar


Capability (Kapasitas)

Kapasitas merupakan kemampuan ataupun


potensi yang dimiliki oleh individu ataupun
masyarakat untuk mengurangi dampak
bencana, kesiapsiagaan masyarakat terhadap
bancana, memiliki respon cepat saat terjadi
bencana dan segera pulih pasca bencana
terjadi (Harmono, Rudi, 2016).

Sembiring, Erika E., Nurmansyah, M. 2021. keperawatan Bencana. Makasar: Tohar Media.
Pengelolaan bencana di skala lokal, nasional dan internasional
berdasarkan peraturan

Bencana merupakan suatu peristiwa yang senantiasa mengancam manusia di belahan bumi
manapun. Sebagai respon untuk mengurangi berbagai dampak yang dapat diakibatkan dari
bencana tersebut, dibuatlah berbagai pendekatan dan usaha. Salah satunya adalah pengelolaan
bencana. Tujuan dari pengelolaan bencana ini adalah untuk mengurangi korban jiwa, harta
benda,dan lingkungan. (Coppola, 2007)
Untuk mengefektifkan pengelolaan bencana tersebut, dibuatlah system penetapan status
dan tingkat suatu bencana. Tingkat bencana adalah keadaan di suatu tempat yang terlanda
bencana tertentu dan dinilai berdasarkan jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana,
kerugian harta benda, cakupan luas wilayah yang terkena bencana, dan dampak social ekonomi
yang ditimbulkan (UU Penanggulangan Bencana, 2007).
Tingkatan bencana di Indonesia dibedakan menjadi tingkat local, daerah dan
nasional. Penetapan status darurat bencana untuk skala nasional dilakukan oleh Presiden,
untuk skala provinsi oleh gubernur dan untuk skala kabupaten/kota oleh bupati/walikota.
Namun ketentuan penetapan status dan tingkatan bencana tersebut di Indonesia saat ini
masih menjadi draft Peraturan Presiden (PP) yang belum di sahkan oleh DPR. (Nugroho,
2014)
Berikut akan dipaparkan tingkatan/skala dalam bencana :
1. Bencana skala local
2. Bencana skala nasional
3. Bencana skala internasional
Bencana Skala Lokal
Dalam draft Peraturan Presiden Republik Indonesia, bencana tingkat local
(kabupaten/kota) ditetapkan jika jumlah korban jiwa kurang dari 100 orang, kerugian
kurang dari 1 Milyar, cakupan wilayah kurang dari 10 km2, dampak social ekonomi
yang ditimbulkan terbatas. Hal ini masih ditangani oleh pemerintah daerah
(kabupaten/kota) dengan catatan pemerintah daerah masih mampu menangani bencana
tersebut berdasarkan SDM, finansial, teknologi, dan pemerintah daerah masih berjalan
semestinya. (Nugroho, 2014).
Next…

Bencana tingkat provinsi yang ditetapkan oleh gubernur, memiliki indicator jika korban jiwa
kurang dari 500 orang, kerugian kurang dari 1 Triliun, cakupan bencana mencakup beberapa
kabupaten/kota, dampak social ekonomi dan kerusakan sarana dan prasarana yang
ditimbulkan menegah dalam dalam artian beberapa kerusakan mengganggu kehidupan
masyarakat. Tingkat provinsi ini dilakukan jika pemerintah kabupaten/kota tidak dapat
mengatasinya sendiri dan membutuhkan bantuan pemerintah provinsi. (Nugroho, 2014)
Next…
Penentuan tingkat bencana, baik local maupun provinsi oleh
bupati/walikota/gubernur mempertimbangkan rekomendasi dari Bdan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten/kota/provinsi yang
diamanahkan untuk menangani bencana (UU Penanggulangan Bencana, 2007)
Masalah yang mungkin dihadapi pada tingkat skala local ini adalah minim nya
bantuan dari luar seperti minim nya bantuan dari pemerintah daerah, akses bencana
yang terisolasi, teknologi yang kurang memadai/canggih, makanan dan minuman
yang terbatas. Kurangnya fasilitas medis di daerah seperti Rumah Sakit, dokter serta
tenaga terampil seperti tim tanggap darurat dan relawan sering jadi kendala. Di
samping itu, sekolah-sekolah mungkin dapat rusak mengakibatkan anak usia sekolah
tidak dapat bersekolah, infrastruktur yang rusak, dan usaha/bisnis masyarakat yang
terganggu (Pan American Health Organization, 2000)
Bencana Skala Nasional
Bencana tingkat nasional akan ditetapkan oleh presiden jika
pemerintah daerah (pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah
provinsi) sudah tidak dapat menangani nya dan indicator-
indicator menunjukkan bahwa tingkatan bencana sudah melebih
bencana tingkat provinsi yang sudah disebutkan (Nugroho, 2014).
Itu berarti jumlah korban jiwa lebih dari 500 orang, kerugian
harta benda lebih dari 1 triuliun, kerusakan sarana dan prasarana
berat dan mengganggu kehidupan masyarakat, cakupan wilayah
sangat luas mencakup beberapa kabupaten/kota lebih dari 1
provinsi. Hal inilah yang mengakibatkan bencana tingkat nasional
yang tidak dapat lagi ditangani pemerintah daerah dengan SDM,
finansial, sarana dan prasarana, kelembagaab, manejemen dan segi
tekonologi. Presiden RI memperoleh pertimbangan dari Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Next…
Masalah-masalah yang mungkin dihadapi dalam penanganan bencana
skala nasional ini adalah respon yang lambat dari pemerintah pusat dalam
menetapkan status dan pemberian bantuan, adanya kendala Bahasa, budaya,
adat daerah setempat, krisis air bersih, korban bencana mengalami cedera
berat dan mengakibatkan trauma bagi masyarakat sekitar, akses transportasi
yang susah karna biasanya mengakibatkan kerusakan infrastruktur, seperti
sekolah mengakibatkan anak putus sekolah dalam beberapa bulan/tahun,
fasilitas Kesehatan yang banyak rusak mengakibatkan sulitnya penanganan
medis, hancurnya social ekonomi masyarakat mengakibatkan depresi dan
pengangguran pasca bencana (Pan American Health Organization, 2000)
Bencana Skala Internasional
Kejadian bencana terkadang mencakup beberapa negara. Hal ini dapat terjadi
pada bencana dahsyat, misalnya tsunami yang cakupan wilayah bencana nya sangat
luas. Untuk itu negara yang terkena dampak bencana dapat meminta bantuan dari pihak
internasional baik organisasi maupun negara lain. Untuk mendapatkan bantuan pihak
internasional, dibutuhkan komitmen dari pihak internasional yang bersedia membantu
dan menerima permintaan dari negara terdampak. Kendala dalam hal ini biasanya
adalah tidak semua bencana yang dampak nya sangat dahsyat mendapatkan respon dari
pihak internasional karena berbagai factor seperti kepentingan, hubungan
diplomatic,media, dll.
Next…
Kendala-kendala yang sangat mungkin dihadapi dalam bencana internasional, seperti kendala
Bahasa, adat, budaya, sarana dan prasarana yang rusak mengakibatkan akses sulit, rusaknya
fasilitas Kesehatan, krisis air bersih, dampak social ekonomi yang dahsyat mengakibatkan
kehidupan masyarakat terganggu dan terjadi pengangguran dan kurangnya koordinasi antara
pemerintah pusat-negara pembantu. Pada tingkat ini sangat mungkin terjadi kurangnya
koordinasi anatara pemerintah pusat-negara pembantu sehingga bantuan yang diberika kurang
maksimal (Pan American Health Organization, 2000)
Next…
Pengelolaan bencana pada skala local, nasional dan internasional dapat mengahbiskan banyak
tenaga, biaya, dan korban jiwa. Untuk mencegah dan mengurangi dampak dari bencana, dilakukan
upaya mitigasi dan kesiapsiagaan bencana. Upaya mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya
untuk mengrangi resiko bencana, melalui pembangunan, penyadaran dan peningkatan kemampuan
dalam menghadapi ancaman bencana. Upaya mitigasi dapat dilakukan melalui penataan tata ruang
bencana ; pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan dan
penyelenggaraan Pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik konvensional maupun modern (UU
Penanggulangan Bencana, 2007)
Prinsip Etika dan Hukum dalam Pengelolaan Bencana

Bencana merupakan suatu rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik dari factor alam maupun non alam dan factor
manusia, yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda
dan dampak psikologis.
Ada beberapa tipe bencana ,yaitu :
1. Bencana yang disebabkan oleh alam atau sering disebutu natural disaster
2. Bencana karena ulah tangan manusia (man made disaster)
3. Biotic environment disaster, seperti wabah penyakit yang terjadi di suatu wilayah
4. Kelaparan, kemiskinan, penyiksaan misalnya pada kasus TKW Sumiyati yang disiksa oleh
majikan nya
5. Perang dan bencana bahaya nuklir
Next…
Etik merupakan disiplin ilmu yang membahas mengenai masalah tingkah laku dan moral yang
kompleks. Kita sebagai dokter maupun tenaga Kesehatan ini merupakan pekerjaan moral. Ada
beberapa tipe etika yaitu etika normative, etika deskriptif, meta-etik.
1. Etika Normative, merupakan etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia, etika ini merupakan norma-norma yang dapat
menuntun agar manusia dapat bertindak secara baik dan dapat menghindarkan hal-hal buruk,
yang sesuai kaidah atau norma yang disepakatai dan berlaku di masyarakat.
Next…
2. Etika Deskriptif, merupakan suatu etika yang menelaah secara kritis dan rasional mengenai
sikap dan perilaku manusia serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai
suatu yang bernilai, etika ini membahas mengenai fakta secara apa adanya yaitu mengenai
nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudidaya.
Etika dalam ssetiap Penanggulangan Bencana
1. Etika Tahap Mitigasi
Mitigasi terdiri dari sejumlah aktifitas yang dapat mengurangi probabilitas kejadian bencana atau mengrangi efek bencana
yang tidak dapat dicegah. Tenaga Kesehatan, bekerjasama dengan pemerintah, memiliki peran dalam membuat kebijakan
public pada tahap ini, misalnya dengan membuat program imunisasi, mengontrol vector penyakit, program keluarga, sanitasi
lingkungan, dsb.
2. Etika Tahap Persiapan
Tahap persiapan pada penanggulangan bencana terdiri atas pembuatan program penanggulangan bencana, system
peringatan dini, system komunikasi emergency, Latihan dan rencana evakuasi, inventarisasi sumber saya dan edukasi public.
Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan respons terhadap segala bentuk bencana secara tepat dan tanggap. Pada fase ini
tenaga Kesehatan juga memiliki peran dalam menyediakan informasi mengenai Kesehatan dan nutrisi yang berkontribusi
dalam system peringatan dini pada semua sector. Salah satu dilemma etik yang dapat terjadi pada tahap ini adalah Ketika
dokter harus menentukan alokasi sumber daya. Sumber daya ini dapat berupa makanan, peralatan, air, obat dan benda
esensial kehidupan lain nya, dalam hal ini dokte harus mengutamakan prinsip keadilan dibandingkan dengan asas autonomi
individu pasien.
Next…
3. Etika Tahap Pemulihan

Semua nilai dan prinsip etika yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya harus
tetap diperhatikan dalam tahap pemulihan ini. Akan tetapi, setiap dokter harus
bekerja secara professional sesuai dengan kebutuhan yang mungkin baru muncul
setelah bencana terjadi. Pada periode ini, kebutuhan dari korban yang selamat
harus menjadi perhatian. Korban bencana dapat kehilangan keluarga dan
mengalami berbagai masalah psikologis, sehingga pendekatan pasien pada tahap ini
harus melibatkan berbagai sector secara holistic.
Masalah Etika dalam Penanggulangan Bencana

1. Melakukan Triase secara cepat dan tepat


Triase merupakan salah satu tahap terpenting dalam penanggulangan bencana. Triase
membagi pasien dalam 4 kelompok, yaitu merah (gawat darurat), kuning (urgen), hijau
(luka ringan), dan hitam (korban meninggal). Triase dalam bencana dilakukan untuk
mengelompokkan korban bencana berdasarkan tingkat keparahan yang diderita setelah
terjadinya bencana, menolong korban bencana sebanyak-banyak nya, memberikan
pertolongan pertama korban bencanasesuai kebutuhan dan meningkatkan kesempatan
hidup korban bencana. Hingga saat ini terdapat banyak system triase yang diperkenalkan
untuk penilaian awal korban bencana di lokasi seperti START, SIEVE, triase Homebush dsb.
Pada tahap ini, tenaga medis harus berfokus pada dua prinsip biotika yaitu Beneficience
dan Justice.
Masalah Etika dalam Penanggulangan Bencana

2. Melakukan riset dan meminta Informed Consent pada korban bencana


Kondisi bencana pada dasarnya menyediakan kesempatan yang sangat
berharga untuk pembelajaran, baik terkait akibat dari bencana itu sendiri
maupun terkait penanganan atau kegiatan tanggap darurat bencana. Oleh
karena itu, kesempatan yang ada hendaknya digunakan dengan sebaik-
baiknya melalui kegiatan penelitian yang baik. Namun, pelaksanaan penelitian
dalam kondisi bencana menimbulkan potensi dilema etik. Salah satu hal yang
harus diperhatikan adalah masalah informed consent penelitian. Korban
bencana pada dasarnya sedang berada dalam tekanan.
Aspek Spesifik Manajemen Bencana yang
Melibatkan Masalah Etika
 Penggunaan intervensi militer pada pertolongan bencana
 Bantuan untuk memindahkan populasi
 Hubungan antara respon bencana untuk perkembangan populasi
 Biaya bencana, ataupun pertimbangan dan penggunaan pada sumber
dana untuk bencana
 Pernyataan ataupun deklarasi saat respon terhadap suatu bencana
Dengan menggunakan seni dan ilmu keperawatan dengan ilmu kesehatan masyarakat yang mapan,
yaitu epidemiologi, analisis statistik, perawat kesehatan masyarakat dipersiapkan untuk melakukan
hal-hal dalam upaya tanggap darurat ;
•Mempertahankan komunikasi dengan tingkat
•Mengkaji kebutuhan masyarakat lokal, negara bagian atau Lembaga federal,

01 ( populasi khusus ) saat kegiatan


berlangsung berdasarkan informasi yang 04 memastikan penyebaran informasi yang
akurat kepada rekan kerja dan masyarakat
tersedia luas

• Melakukan kegiatan surveilans di

02 lingkungan dinas kesehatan serta


bekerjasama dengan praktisi pengendalian 05 •Mengoperasikan titik pusat distribusi
massa sesuai kebutuhan
infeksi di RS untuk pengendalian
penyebaran penyakit menular.

•Menyediakan triase korban di


•Menyakinkan kesehatan dan keselamatan diri 06 tempat sesuai kebutuhan

03 mereka sendiri serta responden lain. Misalnya


APD yang tepat dan lengkap, peralatan yang
•Memelihara dokumentasi
keperawatan selama kegiatan
kompleks. berlangsung

Veenema, 2007
Peran kesehatan masyarakat dalam bencana adalah berperan langsung
membantu orang bertahan dan pulih dari trauma fisik dan mental, serta
berperan membantu individu dan komunitas mengumpulkan
sumberdaya mereka untuk tugas-tugas berat di masa depan dalam
rekonstruksi dan pemulihan ( Noji, 1997 ).
Kesehatan masyarakat juga berperan penting dalam melindungi personel
kesehatan tanggap darurat ( Landesman, 2001 ).

(Oliver,2011)
Untuk menjadi perawat yang sigap dan
terampil yang perlu diikuti pada masa pra
rencana yaitu ;
● Mengikuti Pendidikan dan pelatihan bagi
tenaga kesehatan dalam penanggulangan
Peran perawat pada fase- ancaman bencana setiap fasenya (fase
fase pengelolaan bencana : pre impact, impact, post impact)
● Ikut terlibat dalam berbagai dinas
pemerintahan, organisasi lingkungan, PMI
nasional maupun Lembaga kemasyarakatan
dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana
kepada masyarakat

(Mundakir, 2021)
a. Mengurangi resiko penyakit dengan
pencegahan dan promosi kesehatan meliputi :
Peran perawat pada fase-
fase pengelolaan bencana :
● Mengkaji resiko dan pengaruh bencana pada
masyarakat rawan bencana dengan epidemiologi
Perawat sebagai bagian dari dan evaluasi.
tim medis berperan penting ● Mengkaji masyarakat rawan bencana dlm
menentukan masalah kesehatan, perkembangan
sebagai lini depan
penyakit, penyakit kronis dan kecacatan
pelayanan kesehatan (ICN, ● Berpartisipasi dalam perencanaan kebutuhan
2009). pelayanan kesehatan saat bencana

● Memaham prinsip karantina, isolasi,


1. Peran perawat pada dekontaminasi .
Fase Mitigasi ( pre ● Meningkatkan kemampuan masyarakat
impact ) dalam menyiapkan tanggap darurat

(Addiarto&Yunita, 2019)
Peran perawat pada fase-
● Memberikan alamat dan nomor telepon
fase pengelolaan bencana : darurat seperti dinas kebakaran, RS dan
ambulans.
● Memberikan informasi tempat-tempat
alternative penampungan atau posko
bencana.
b.Terlibat dalam promosi kesehatan untuk ● Memberikan informasi tentang
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam perlengkapan yang dapat dibawa seperti
menghadapi bencana meliputi : pakaian, radio portable, senter beserta
● Usaha pertolongan diri sendiri batreinya.
● Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga ● Bersama tim dokter, menyiapkan
seperti menolong anggota keluarga yang lain. kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim
● Pembekalan informasi tentang cara menyimpan ambulans., penyakit yang timbul akibat
dan membawa persediaan makanan dan bencana sehingga dapat menyiapkan
penggunaan air yang aman alat-alat dan obat Kesehatan.

Addiarto&Yunita, 2019)
Peran perawat pada fase-
fase pengelolaan bencana : ● Melaksanakan Pendidikan masyarakat,
komunikasi, penyebaran informasi,
persiapan pengelolaan bencana
● Berpartisipasi dalam community
disaster plan
2. Peran perawat pada fase Kesiapsiagaan Mencakup
● Ikut serta dalam pengkajian resiko
perekrutan relawan bencana, perencanaan, pelatihan,
( community risk assessment ),
pendidikan publik, persiapan peralatan , aktivitas dan
pencegahan bencana ( Disaster
evaluasi.
prevention ).
Pada fase ini peran perawat antaralain :
● ikut serta dalam pelatihan serta
Pendidikan pengelolaan bencana
● Mengembangkan data perawat yang
dimobilisasi untuk tanggap darurat dan
triase bencana

Addiarto&Yunita, 2019
a. Bekerjasama dengan tim tanggap bencana
Peran perawat pada fase- untuk mengurangi bahaya dan resiko disaster
fase pengelolaan bencana : affected daerah
b. Kolaborasi dengan organisasi penyedia
bantuan untuk mengatasi kebutuhan dasar
masyarakat
c. Mengumpulkan data mengenai kecelakaan
dan penyakit
d. Mengelola sumber daya dan persediaan
3. Peran perawat pada fase respon bencana/ Impact yang diperlukan
Pada fase ini peran perawat memberikan perawatan e. Berpartisipasi sebagai bagian tim
fisik dan mental. Peran perawat antaralain : multidisiplin
f. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan
( Coordination and create leadership
g. Mendiskusikan dan merancang Master plan
of Revitalizing
h. Berpartisipasi dalam kegiatan imunisasi
massa dan vaksinasi

Addiarto&Yunita, 2019)
Peran perawat pada fase-
a. Perawat dapat menjadi konseling tim
fase pengelolaan bencana : kesehatan bersama masyarakat dan profesi
lain yang terkait bekerjasama dengan lintas
sektor menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca gawat darurat serta
mempercepat fase pemulihan ( recovery )
menuju keadaan sehat dan aman. seperti
4. Peran perawat pada pasca Bencana / post impact stress psikologis yang berkembang terjadi
Merupakan fase rehabilitative dan rekonstruksi. post traumatic stress disorder ( PTSD ).
b. Perawat dapat memberikan pelatihan
keterampilan yang difasilitasi dan
berkolaborasi dengan instansi atau LSM agar
masyarakat sekitar daerah bencana mampu
membangun kehidupannya kembali dengan
kemampuan yang dimiliki.

Addiarto&Yunita, 2019)
REFERENSI
Oliver, C. E. (2011). Catastrophic Disaster Planning and Response. Newyork: CRC Press
Veenema, T.G. (2007). Disaster Nursing and Emergency Preraredness for Chemical, biological,
and Radiological Terorism and Other Hazard. 2nd Ed. New York: Springer Publishing
Company
Mundakir. (2021). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Surabaya: UM Surabaya
Publishinga
Addiarto, W., & Yunita, R. (2019). Buku Ajar Managemen Bencana dan Strategi Membentuk
Kampus Siaga Bencana dari Perspektif Keperawatan. Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar
Cendekia Indonesia
Hutapea, Adventina D., dkk. 2021. Keperawatan Bencana. Yayasan Kita Menulis

Ismail, Suardi. 2021. Mitigasi Bencana. Indramayu: Penerbit Adab.

Sembiring, Erika E., Nurmansyah, M. 2021. keperawatan Bencana. Makasar: Tohar Media.
REFERENSI
Erita, dkk. 2019. Buku Materi Pembelajaran Manajemen Gawat Darurat dan Bencana.
Jakarta : Fakultas Vokasi UKI

Khambali, I. 2017. Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogyakarta : ANDI


bnpb.go.id

Coppola, D.P (2007). Introduction to International Disaster Management. USA : British


Library.
Nugroho, S.P. (2014). BNPB Kembali Tegaskan Sinabung Bukan Bencana Nasional.
online : Berita Satu Press. Retrieved Maret, 2015, form

http://www.beritasatu.com/nasional/164462-bnpb-Kembali-tegaskan-Sinabung-bukan-bencana-nasi
onal.html
Organization, P.A (2000). Natural Disaster : Protecting the Public’s Health. Washington :
PAHO.
Suhaemi (2003). Etika Kperawatan, Aplikasi pada Praktik. Jakarta : EGC
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007. Penanggulangan Bencana

You might also like