Professional Documents
Culture Documents
Hukum Taklifi Nita
Hukum Taklifi Nita
Jadi yang dituntut untuk dikerjakan ada 2, yaitu wajib dan mandub
(sunnah), adapun yang ditintut untuk tidak dikerjakan ada 2 juga yaitu,
Haram dan makruh.
a. Wajib
Wajib ب+
( ج+لوا++ )اSecara bahasa adalah +لألزم++لساقط وا++“ اyang jatuh dan harus” kata wajib sinonim
juga dengan: رض+++ف-وفريظة-+( والزمfardhu, faridhah, dan lazim). Adapun secara istilah para
fuqaha adalah:
hal ini menunjukkan kepastian atau kepastian berbuat untuk ditunjukkan oleh adanya
siksa jika meninggalkan atau alasan-alasan syara’ yang lain. Contohnya puasa, mendirikan
shalat, membayar zakat, haji bila mampu, berbuat baik kepada orang tua, memberi mahar
kepada istri, dan perintah lainnya yang datang dengan bentuk perintah secara mutlak dan dalil
yang menunjukkan kepastian melaksanakannya. Jadi, ketika syari’ menuntut suatu perbuatan
dan memiliki alasan, bahwa tuntutan itu secara pasti maka perbuatan itu hukumnya wajib ,
baik alasn itu berbentuk perintah murni maupun perintah yang samar.
b. Mandub (sunnah)
Mandub مندوب
( ل++ )اsecara bahasa: (لمدعو++“ )اyang diseru”. Kata mandub ini memiliki sinonim kata dengan
وإحسان-ومستحب-وتظوع-وسنة-( نافلةnafilah-sunnah-tathawwu-mustahab-ihsan). Adapun secara istilah para
ulamaushul mendefinisikan dengan:
ماأمربه الشارع ال على وجه اإللزام
“Apa-apa yang diperintah oleh pembuat syari’at tidak dalam bentukkeharusan”
Sunah juga bisa suatu amalan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan
tidak mendapat dosa ataupu pahala. Sunnah berdasarkan tingkatan terbagi menjadi 3 yaitu:
c. Sunnah Mu’akkadah, adalah sunah yang sangat dianjurkan untuk melakukannya, contohnya shalat
witir, shalat 2 rakaat sebelun subuh , dua rakaat setelah zuhurdan 2 rakaat setelah magrib dan isya’
d. Sunnah Ghair Mu’akkadah, adalah sunnah yang tidak terlalu dianjurkan, contohnya shalat 4 rakaat
sebelum zuhur, ashar, dan isya’
e. Sunnah yang tingkatannya dibawah 2 tingkatan, yaitu mengikuti adat kebiasaan rasulullah SAW,
yang tidak ada tuga penyampaian dari allah. Atau penjelasan hukum syara’,seperti cara bepakaian,
makan dan minumnya rasulullah SAW, memelihara jenggot, menggunting merapikan kumis, yang
semunya itu merupakan kebiasaan yang baik, apabila kita mengikutinya berarti kita memuliakan
allah, apabila tidak mengikutinya tidak mendapat dosa.
c. Haram (Muharram)
Haram (+لمحرم++ )اsecara bahasa: (لممنوع++“ )اyang dilarang”. Secara istilah, kata
haram menurut para fuqaha adalah:
مانهى عنه اشرع على وجه اإللزام بالترك
“Apa-apa yang dilarang pembuat syari’at dalam bentu keharusan untuk
ditinggalkan.”
haram terbagi menjadi 2, yaitu haram dzati dan haram aridhi, haram dzati
adalah perbuatan yang telah diharamkan oleh syari’ semenjak pebuatan itu lahir ,
sedangkan haram aridhi ialah perbuatan yang awalnya tidak haram, tetapi
perbuatan ini dilakukan disertai berbagai hal yang membuat perbuatan itu
menjadi haram, contoh haram dzati yaitu shalat tanpa suci, pernikahan antar
mahram akad jual beli bangkai. Sedangkan haram aridhi seperti shalat
menggunakan barang curian, akad jual beli yang terdapat unsur penipuan.
d. Makruh
Makruh (+لمكروه++ )اsecara bahasa: (لمبغض++“ )اyang dimurkai”, secara istilah makruh
ialah:
مانهى عنه اشارع العلى وجه اإللزام بالترك
“Apa-apa yang dilaran pembuat syari’at tidak dalam bentuk keharusan untuk
ditinggalkan” seperti mengambil sesuatu dengan tangan kiri dan memberi dengan
tangan kiri”
Maruh juga suatu amalan apabila dikerjakan tidak mendapat dosa atau pahala,
dan apabila ditinggalkan pahala. Maruh terbagi menjadi 2 yaitu, makruh tahrim
dan makruh tanzih, makruh tahrim mengandung keraguan, seperti mekai kain
sutra, memakai cincin dari emas atau perak bagi pria, serta poligami bagi orang
yang khawatir tidak berbuat berbuat adil, sedangkan makruh tanzih merupakan
kebalikan dari hukum mandub.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH