Professional Documents
Culture Documents
Hukum Wadh'i (M Iqbal)
Hukum Wadh'i (M Iqbal)
M Iqbal
Hukum Wadh’i
Hukum Wadh’i ialah firman (titah) Allah yang
berbentuk ketentuan yang menjadikan
sesuatu sebagai sebab atau syarat atau
halangan dari suatu ketetapan hokum taklifi.
Oleh karena itu, pada hakikatnya, hokum
Wadh’I sangat erat kaitannya dengan hokum
taklilfi, baik dalam bentuk sebab sehingga
melahirkan suatu musabbab suatu hokum
taklifi atau dalam bentuk hokum syarat
sehingga dimungkinkan berlakunya masyruth
suatu hokum taklifi ataupun dalam bentuk
halangan (mani’)
Hukum Sabab 01
Wadh’i
Asy-Syarth 02
Mani’ 03
Al-azhimah dan
Ar-rukhshoh 04
Ash-Shihhah, Al-Buthlan,
dan Al-Fasad
05
Sabab
Adapun yang dimaksud dengan Al-azimah ialah suatuu ketentuan syara’ yang sejak semula
ditetapkan sebagai ketentuan yang berlaku secara umum. Sebagian ulama’ ushul fiqih lainnya
mendefinisikan Al-azimah dengan rumusan kalimat : suatu ketentuan yang sejak semula
disyariatkan sebagai ketentuan hokum yang umum.
Adapun yang dimaksud dengan Ar-rukhsoh menurut sebagian ulama’ ushul fiqih ialah hokum-
hukum yang disyariatkan untuk keringanan bagi mukallaf dalam keadaan tertentu. Sebagian
ulama’ ushul fiqih lainnya mendefinisikan ar-rukhsoh dengan ketetapan hokum yang berlaku
yang berbeda dengan dalil yang umum karena adanya kesulitan/keberatan
Al-Buthlan Menurut bahasa berarti batal, rusak
dan gugur hukumnya. Secara istilah ialah
As sihhah, al buthlan dan tindakan hukum yang bersifat syar’i terlepas
fasad dari sasarannya, menurut pandangan syara’.
Maksudnya, tindakan hukum yang bersifat
syar’i tidak memenuhi ketentuan yang di
tetapkan oleh syara’, sehingga apa yang
dikehendaki oleh syara’ dari perbuatan
tersebut lepas sama sekali (tidak tercapai).
Ash-Shihhah ialah suatu perbuatan Misalnya suatu perbuatan tidak memenuhi
yang telah memiliki sebab, memenuhi rukun atau tidak memenuhi syarat, atau suatu
berbagai rukun dan persyaratan perbuatan di laksanakan ketika ada
mani’(penghalang). Perbuatan seperti itu
syara’dan tidak terdapat mani’ dalam pandangan syara’ tidak sah (bathl)
padanya. Kata kunci suatu perbuatan
yang disebut sah ialah, terpenuhinya
semua kriteria yang dituntut dari suatu Fasad adalah kondisi perbuatan yang pada
asalnya sesuai syara’, tapi sifat dari perbuatan
perbuatan yang disyariatkan, baik itu (di luar rukun dan syarat) membuat cacat
dalam bidang ibadah maupun dalam perbuatan asal tersebut, yaitu menyimpang
muamalah dari perintah as syaari’
Contoh Hukum Wadh’i dalam daily