You are on page 1of 10

KELOMPOK 3

RAIHAN HILMY FUADY H041191030


NURUL AMALIA H041191055
AZMUL FAUZY NUR H041191064
UU NO. 27 2007

Pasal 4
Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir
• a. melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan;.
• b. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Sumber
Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
• c. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam
pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan.
• d. meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan
Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
PROSES PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL
• Pasal 5. Proses Pengelolaan Wilayah Pesisir : perencanaan, pemanfaatan, pengawasan
dan pengendalian dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
• Pasal 6. Perencanaan Terpadu Pengelolaan Wilayah Pesisir dilakukan dengan cara
mengintegrasikan kegiatan: antara Pemerintah-Pemerintah Daerah, antar Pemerintah
Daerah, antar sektor, antara Pemerintah,dunia usaha dan masyarakat, antara
ekosistem daratan & lautan; dan antara ilmu pengetahuan dan manajemen.
• Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang diatur dengan UU Nomor 27 tahun 2007 akhirnya
diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27
tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
• Alasan perubahannya adalah bahwa Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil belum memberikan kewenangan dan tanggung jawab negara secara memadai
atas pengelolaan Perairan Pesisir dan pulau-pulau kecil sehingga beberapa pasal perlu disempurnakan sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan hukum di masyarakat.
PASAL – PASAL YANG DI UBAH MENGENAI PENGELOLAAN
WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

• Pasal 16. Pemanfaatan Perairan Pesisir dalam bentuk HP3Pasal 16. Pemanfaatan Perairan Pesisir dalam bentuk
HP3 Pengusahaan atas permukaan laut dan kolom air s/dPengusahaan atas permukaan laut dan kolom air s/d
permukaan dasar laut.permukaan dasar laut. Pasal 17. HP3 diberikan dalam luasan dan waktu tertentu HP3 wajib
• Pasal 17. HP3 diberikan dalam luasan dan waktu tertentu HP3 wajib mempertimbangkan : kelestarian Ekosistem,
masyarakatmempertimbangkan : kelestarian Ekosistem, masyarakat adat, dan kepentingan nasional serta hak
lintas damaiadat, dan kepentingan nasional serta hak lintas damai bagi kapal asingbagi kapal asing
• Pasal 18. Penerima HP3 : Orang WNI, Badan Hukum, Masy
• Pasal 19. HP3 20 tahun, diperpanjang 20 tahun (2 kali)
• Pasal 20. HP3 dapat beralih,dialihkan dan dijaminkan HP3 diberikan dalam bentuk sertifikat HP3HP3 diberikan
dalam bentuk sertifikat HP3 HP3 berakhir : waktu habis, diterlantarkan, dicabutHP3 berakhir : waktu habis,
diterlantarkan, dicabut untuk kepentingan umumuntuk kepentingan umum
• Pasal 21.Persyaratan teknis, administratif dan operasional HP3
• Pasal 22.HP3 dikecualikan : Kawasan konservasi, suaka perikanan, alur pelayaran, kawasan pelabuhan dan pantai
umumalur pelayaran, kawasan pelabuhan dan pantai umum
• Pada UU 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja Pasal 18 melakukan Perubahan terhadap Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil
PERUBAHAN PADA UU NO. 11 TAHUN 2020

• Pasal 16
1. Pemanfaatan ruang dari Perairan Pesisir wajib dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang dan/atau rencana
zonasi.
2. Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan ruang dari Perairan Pesisir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memenuhi Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan di laut dari Pemerintah Pusat.
• Pasal 17
1. Pemberian Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan di laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 wajib
mempertimbangkan kelestarian Ekosistem perairan pesisir, Masyarakat, nelayan tradisional, kepentingan
nasional, dan hak lintas damai bagi kapal asing.
2. Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan di laut tidak dapat diberikan pada zona inti di kawasan konservasi.
• Pasal 18
Dalam hal pemegang Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan di laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)
tidak merealisasikan kegiatannya dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak Perizinan Berusaha terkait
pemanfaatan di laut diterbitkan, pemegang Perizinan Berusaha dikenai sanksi administratif berupa pencabutan
perizinan berusahanya.
• Pasal 19
• Pasal 20
1. Pemerintah Pusat wajib memfasilitasi Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan di laut kepada Masyarakat Lokal
dan Masyarakat Tradisional.
2. Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Masyarakat Lokal dan Masyarakat
Tradisional, yang melakukan pemanfaatan sumber daya perairan pesisir, untuk pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari.
• Pasal 22
1. Kewajiban memenuhi Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan di laut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (2) dikecualikan bagi Masyarakat Hukum Adat di wilayah kelola Masyarakat
Hukum Adat.
2. Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pengakuannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
TERIMA KASIH

You might also like