Professional Documents
Culture Documents
Pungut Hitung.-Dikonversi
Pungut Hitung.-Dikonversi
PENJELASAN ISTILAH
: Daftar Pemilih Pindahan yang selanjutnya disingkat DPPh adalah daftar yang berisi Pemilih yang
DPPh telah terdaftar dalam DPT yang menggunakan hak pilihnya di TPS lain selanjutnya disingkat DPPh
adalah daftar yang berisi Pemilih yang telah terdaftar dalam DPT yang menggunakan hak
pilihnya di TPS lain
KTP-el : Kartu Tanda Penduduk Elektronik
Surat Keterangan : Surat Keterangan sudah rekam KTP-elektronik yang diterbitkan dinas yang menyelenggarakan
urusan kependudukan dan catatan sipil setempat
IV
Covid 19
: Corona Virus Disease 2019
DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Serta Wali Kota Dan Wakil Wali Kota Serentak Lanjutan
Pemilihan Umum; Dalam Kondisi Bencana Nonalam Corona Virus Disease
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2015 tentang 2019 (COVID-19).
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2018
Undang Nomor 1 Tahun 2OI4 tentang Pemilihan Tentang Pemungutan Dan Penghitungan Suara Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-
dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
Undang sebagaimana telah diubah beberapa kali
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2020
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2020
Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Komisi
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Tahapan,
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Program Dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 1 Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati,
Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2020
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2020
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Dan Wakil
Menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang; Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota
Dan Wakil Wali Kota Serentak Lanjutan Dalam Kondisi
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Nomor 13 Tahun
Bencana Nonalam Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
2018 Umum Tentang Pengawasan Pemungutan Dan sebagaimana dua kali diubah terakhir dengan Peraturan
Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur Dan Wakil Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 13
Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota Dan Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Wakil Wali Kota. Komisi Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2020 Tentang
Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur,
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor
Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Wali Kota Dan Wakil
4 Tahun 2020 Tentang Pengawasan, Penanganan
Wali Kota Serentak Lanjutan Dalam Kondisi Bencana
Pelanggaran, Dan Penyelesaian Sengketa Pemilihan Nonalam Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati,
TUGAS, WEWENANG DAN
KEWAJIBAN
PENGAWAS TPS
Kewajiban Pengawas
TPS
Tugas dan wewenang Pengawas Menyampaikan laporan hasil pengawasan
TPS pemungutan dan penghitungan suara;
Mengawasi persiapan pemungutan Menyampaikan laporan dugaan pelanggaran
dan penghitungan suara; pidana pemilihan yang terjadi di TPS kepada
Mengawasi pelaksanaan pemungutan suara; Panwaslu Kecamatan melalui PKD;
1. Politik uang dan intimidasi terhadap pemilih 1. Mekanisme pleno rekapitulasi berjenjang
2. Pengelolaan logistik pemilu dan 2. Sistem Informasi penghitungan hasil
kelengkapan logistik pemilu perolehan suara
3. Kompetensi dan profesionalisme petugas di 3. Mekanisme perbaikan hasil penghitungan
TPS; KPPS dan suara
4. Kerahasiaan surat suara 4. Pengelolaan kotak suara hasil perolehan
suara
5. Akurasi pencatatan hasil pemilu
5. Mekanisme tindak lanjut keberatan pihak-
6. Akurasi pencatatan Berita Acara Hasil Pemilu
pihak terhadap proses rekapitulasi
7. Pemilih tidak memenuhi syarat menggunakan
hak pilih 6. Mandat saksi, hak dan kewajiban saksi
8. Pemilih menggunakan hak pilih lebih dari 7. Penyampaian Berita Acara kepada saksi dan
satu kali pengawas
10. Mandat saksi, hak dan kewajiban saksi 9. Pengawasan rekapitulasi suara berjenang di
tingkat berikutnya.
11. Penyampaian Berita Acara Formulir Model
C.Hasil-KWK kepada saksi dan pengawas
PENGAWASAN PERSIAPAN PEMUNGUTAN
4 Desember 2020 SUARA DAN PENGHITUNGAN SUARA
PEMILIHAN 2020
PENGUMUMAN HARI, WAKTU DAN TEMPAT
PEMUNGUTAN SUARA.
ibadah; Lokasi TPS dibuat di tempat yang Kotak suara dalam kondisi terkunci, tersegel dan
tidak rusak.
netral;
Kotak suara disimpan di tempat yang aman.
Kondisi TPS memudahkan bagi pemilih dalam
menggunakan hak pilih, termasuk bagi pemilih Ketersediaan perlengkapan di luar kotak yang
disabilitas; terdiri;
Kondisi TPS menjamin pemilih untuk Tanda Pengenal KPPS dan Petugas
menggunakan hak pilih secara bebas dan Ketertiban, Lem/perekat
rahasia. Ballpoint
Dasar : Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17 dan Seal atau pengaman kotak
Jika ditemukan
Pasal 18 KPPS belum membuat TPS
pada tanggal 8 Desember 2020, Pengawas suara Spidol
Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2018.
TPS memberikan saran perbaikan kepada Stiker nomor kotak suara
KPPS untuk membuat TPS. Formulir Model C7.DPT, Model
Jika ditemukan TPS yang dibuat KPPS tidak C7.DPTb Model C7-KWK
memenuhi ketentuan, pengawas TPS
memberikan saran perbaikan agar TPS dibuat Dasar : Pasal 19, Pasal 20, Pasal
sesuai kriteria di atas. 21, Pasal
22, Pasal 23, dan Pasal 24
Pengawas TPS melaporkan temuan dan
Peraturan KPU
tindaklanjut yang dilakukan KPPS kepada
Nomor 8 tahun 2018 serta Pasal 5
Panwaslu Kelurahan/Desa menggunakan
Peraturan KPU Nomor 6 Tahun 2020
Form A dengan menyertakan bukti dalam
sebagaimana dua kali diubah terakhir
bentuk foto/video/bukti lainya.
dengan Peraturan KPU Nomor 13 Tahun
2020.
PENGAWASAN PEMUNGUTAN SUARA
DAN PENGHITUNGAN SUARA
PEMILIHAN 2020 Rapat pemungutan suara dimulai tepat pukul 07.00
dengan urutan sebagai berikut:
Sumpah/janji anggota KPPS dan Petugas Ketertiban
TPS yang dipandu Ketua KPPS
Pengawasan Pelaksanaan Pemungutan Suara
18 19
Petugas KPPS meminta Pemilih memberi tanda
khusus, menandatangani, atau menulis nama atau
alamatnya pada Surat Suara yang sudah digunakan; 9 Desember 2020
Petugas KPPS merusak Surat Suara yang sudah
digunakan oleh Pemilih sehingga Surat Suara PEMILIH DENGAN SUHU 37, 3˚ C
tersebut menjadi tidak sah; Pengawas TPS mengawasi pengecekan kondisi
Pemilih menggunakan hak pilih lebih dari 1 (satu) suhu tubuh anggota KPPS, petugas ketertiban
kali pada TPS yang sama atau TPS yang berbeda; TPS, Pemilih, Saksi, dan Pengawas TPS yang hadir
dan/ atau di TPS sebelum memasuki TPS dengan
menggunakan alat yang tidak bersentuhan
Pemilih yang tidak terdaftar sebagai Pemilih
secara fisik.
mendapat kesempatan memberikan suara di TPS
Pemilih yang memiliki suhu tubuh 37,3˚ C atau
Dasar : Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal lebih menggunakan hak pilihnya di bilik
38, khusus yang telah disediakan.
Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41, Pasal 42, dan
Pasal 59 Dasar : Pasal 5 Peraturan KPU Nomor 6
Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2018. Tahun 2020
Jika ditemukan pelanggaran prosedur, Jika ditemukan pelanggaran terhadap ketentuan
Pengawas TPS memberikan saran di atas, Pengawas TPS memberikan saran
perbaikan kepada KPPS agar melaksanakan perbaikan kepada KPPS untuk melaksanakan
prosedur pelaksanaan pemungutan suara prosedur bagi pemilih sebelum masuk TPS
di atas dan Melaporkan temuan dan Pengawas TPS melaporkan temuan
tindaklanjut yang dilakukan KPPS kepada dan tindaklanjut yang dilakukan
Panwaslu Kelurahan/Desa menggunakan KPPS kepada Panwaslu Kelurahan/
Form A dengan menyertakan bukti dalam Desa menggunakan Form A dengan
bentuk foto/video/bukti lainya. menyertakan bukti dalam bentuk
Jika ditemukan keadaan yang dapat foto/video/bukti lainya
menyebabkan pemungutan suara ulang,
Pengawas TPS melaporkan pada hari dan
tanggal yang sama kepada Panwaslu
Kecamatan melalui Panwaslu Kelurahan/
Desa
9 Desember Keterangan:
2020 Formulir Model A5-KWK adalah Surat Keterangan
DAFTAR PEMILIH PINDAHAN (DPPh) Pindah Memilih di TPS lain.
Pengawas TPS mengawasi Pemilih DPPh Nama Formulir dapat berubah sesuai Peraturan
menggunakan hak pilih dengan cara sebagai KPU
berikut;
Jika ditemukan pemilih pindahan dari TPS
Pemilih DPPh menggunakan hak pilih pada
lain yang belum menyerahkan Formulir
07.00 – 13.00 waktu setempat.
Model A.5-KWK kepada KPPS, Pengawas TPS
Pemilih DPPh sudah menyerahkan Formulir memberikan saran perbaikan kepada KPPS
Model A5-KWK kepada KPPS sebelum untuk mengharuskan pemilih pindahan
menggunakan hak pilihnya. menyerahkan A.5-KWK sebelum
KPPS memeriksa kesesuaian Formulir Model menggunakan hak pilih.
A5-KWK dengan identitas kependudukan Jika ditemukan pelanggaran prosedur lainnya,
pemilih. Pengawas TPS memberikan saran perbaikan
kepada KPPS agar melaksanakan prosedur di
atas.
Melaporkan temuan dan tindaklanjut yang
dilakukan KPPS kepada Panwaslu Kelurahan/
Desa menggunakan Form A dengan
menyertakan bukti dalam bentuk foto/video/
bukti lainya
PEMILIH DISABILITAS
Pengawas TPS mengawasi penggunaan hak pilih
pemilih disabilitas dilaksanakan sesuai ketentuan
berikut;
KPPS mencatat jenis disabilitas pemilih pada
formulir Model C7-KWK.
KPPS mendahulukan pemilih disabilitas untuk
memberikan suara dengan persetujuan pemilih
yang seharusnya mendapat giliran lebih awal
Jika terdapat temuan pelanggaran,
Tersedia alat bantu tunanetra dalam pemberian
pengawas TPS memberikan saran perbaikan
suara Pemilu Pasangan Calon;
kepada KPPS untuk melaksanakan
Pemilih disabilitas dapat dibantu pendamping ketentuan di atas.
yang berasal dari anggota KPPS atau orang lain
Melaporkan temuan dan tindaklanjut yang
atas permintaan Pemilih sendiri;
dilakukan KPPS kepada Panwaslu Kelurahan/
Pendamping pemilih disabilitas wajib Desa menggunakan Form A dengan
menandatangani Formulir M odel C3-KWK menyertakan bukti dalam bentuk foto/video/
yang berisi pernyataan pendamping dan bukti lainya
merahasiakan pilihan pemilih
Ditandatangani oleh ketua KPPS; dan (Pasal 48 Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2020)
Diberi tanda coblos pada nomor urut, foto atau nama Keterangan:
salah 1 (satu) Pasangan Calon dalam Surat Suara.
Nama Formulir dapat berubah sesuai Peraturan
(Pasal 49 Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2020) KPU
Pengawas TPS mengawasi penghitungan suara dan
penentuan keabsahan surat suara dilakukan dengan cara;
KPPS memeriksa tanda coblos pada Surat Suara dan
menunjukkan kepada Saksi, Panwaslu Kelurahan/Desa
atau Pengawas TPS, anggota KPPS dan/atau masyarakat
yang hadir.
1 (satu) Surat Suara dihitung 1 (satu) suara dan
dinyatakan sah atau tidak sah; dan
Pengawas TPS mendokumentasikan formulir
Anggota KPPS mencatat hasil penghitungan suara ke Model C-KWK berhologram, Model C1.Plano-
dalam formulir Model C.Plano-KWK sesuai jenis KWK berhologram, dan Model C7-KWK
PemilIihan, dengan cara tally (IIII) dan untuk setiap Jika ditemukan pelanggaran prosedur dan/ atau
selisih dalam penghitungan suara, Pengawas TPS
kolom maksimal 5 (lima suara) setelah Ketua KPPS
menyampaikan keberatan kepada KPPS
mengucapkan: SAH/TIDAK SAH
Jika diminta KPPS, Pengawas TPS menyampaikan
pendapat dan rekomendasi jika diminta oleh
KPPS
Pengawas TPS mencatatkan kejadian tersebut
dalam Form A dan menyertakan bukti foto/video
serta pendukung lainnya
D. Pengawasan Setelah Penghitungan
Suara
9 Desember 2020 Pengisian Formulir
PENGAWASAN PENYUSUNAN BERITA ACARA Pengawas TPS mengawasi pengisian formulir dengan
Pengawas TPS mengawasi penyusunan Berita memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara di Jumlah pemilih yang memberikan suara = Jumlah
TPS (formulir MODEL C-KWK) dan Sertifikat Hasil suara sah + jumlah suara tidak sah.
Penghitungan Perolehan Suara di TPS (formulir Jumlah seluruh surat suara yang diterima di TPS
MODEL C1-KWK) dilakukan anggota KPPS dengan = Jumlah suara sah + suara tidak sah+surat suara
cara; rusak+surat suara tidak terpakai .
Dilakukan anggota KPPS (bukan orang lain). Jumlah seluruh surat suara yang digunakan =
Formulir MODEL C-KWK dan formulir MODEL C1- jumlah seluruh penguna hak pilih. Jumlah
KWK disusun dan ditandatangani anggota KPPS pengguna hak pilih DPPh = Jumlah pemilih DPPh
dan saksi di TPS. yang terdaftar.
Catatan dalam formulir MODEL C1-KWK sesuai Jumlah pengguna hak pilih DPTb = Jumlah pemilih
dengan Catatan Hasil Penghitungan Perolehan DPTb yang terdaftar.
Keterangan:
Suara di TPS (formulir MODEL C1.Plano-KWK)
Nama Formulir dapat berubah sesuai Peraturan
KPPS mencatat keberatan saksi atau catatan KPU
kejadian khusus (jika ada) atau menuliskan NIHIL
jika tidak ada disertai tandatangan Saksi dan
Ketua KPPS.
KPPS memasukkan formulir MODEL C-KWK dan
formulir MODEL C1-KWK yang berhologram ke
dalam sampul dan disegel, kemudian
dimasukkan ke dalam kotak dan disegel.
9 Desember 9 Desember 2020
2020
PENGAWASAN PENYERAHAN SALINAN C1-KWK PENGAWASAN PENGUMUMAN HASIL
Pengawas TPS mengawasi KPPS setelah PENGHITUNGAN SURAT SUARA
menendatangani berita acara pemungutan dan Pengawas TPS KPPS/PPS
penghitungan suara di TPS (formulir MODEL C-KWK) mengawasi
mengumumkan Salinan formulir MODEL C-KWK
dan sertifikat hasil perhitungan perolehan suara di dan Salinan formulir MODEL C1-KWK di tempat
TPS (formulir MODEL C1-KWK) melakukan tugas umum selama 7 hari terhitung sejak tanggal 9
sebagai berikut; Desember 2020 atau sejak hari pemungutan
Menyampaikan formulir MODEL C-KWK dan suara dan penghitungan suara dilakukan.
formulir MODEL C1-KWK kepada Pengawas TPS Dasar: Pasal 55 Peraturan KPU Nomor 8 tahun
dan saksi yang hadir. 2020.
Catatan dalam salinan formulir MODEL C-KWK dan PENGUMUMAN
Salinan formulir MODEL C1-KWK sesuai dengan
Formulir MODEL C1.Plano-KWK.
Dasar : Pasal 43 Peraturan KPU Nomor 8 tahun
2020.
Keterangan:
Nama Formulir dapat berubah sesuai Peraturan
KPU
c. jaringan internet
d. paket data internet.
1. Berdasarkan pasal 52B huruf b angka 1 RPKPU “KPPS memproses hasil foto dan mengirimkan data hasil
Penghitungan Suara di TPS setelah mendapatkan jaringan internet pada hari Pemungutan Suara.”aplikasi
Sirekap dapat secara tiba-tiba tidak bisa digunakan atau tidak berfungsi.rekapitulasi harus diselesaikan pada
hari yang sama.
2. Berdasarkan pasal 7 (3) RPKPU “Dalam hal pemilih yang terdaftar dalam DPT tidak dapat menyerahkan
formulir Model C.Pemberitahuan-KWK sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemilih wajib menunjukkan KTP-
el atau Surat Keterangan” tidak mengatur soal pemilih yang terdaftar dalam DPT namun tidak mempunyai KTP-
el atau surat keterangan (suket). lantas”bukti identitas lain seperti apa yang dapat digunakan?”
3. Berdasarkan pasal 10 RPKPU “Jumlah Pemilih untuk setiap TPS paling banyak 800 (delapan ratus) orang.”
berbanding terbalik dengan apa yang diatur dalam PKPU yang mengatur penyelenggaran pemilihan dalam
kondisi Pandemi Covid-19 yang mengatur Batas maksimal TPS paling banyak 500 (lima ratus) orang
4. Berdasarkan pasal 15 (2) RPKPU “TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat di tempat yang mudah
dijangkau, termasuk oleh penyandang disabilitas, dan menjamin setiap Pemilih dapat memberikan suaranya
secara langsung, umum, bebas dan rahasia, serta diutamakan di tempat yang terdapat jaringan internet. hal
ini dinilai akan menyulitkan kelompok pengelenggara pemungutan suara (KPPS) di daerah dengan akses
internet tidak memadai.
5. Berdasarkan pasal 24A RPKPU ”1) Perlengkapan yang diperlukan dalam penggunaan Sirekap, terdiri atas: a.
ponsel pintar; b. aplikasi Sirekap c. jaringan internet; dan d. paket data internet.”pasal 24A ayat 3 hanya
menyediakan aplikasi sirekap dan paket data internet, namun tidak terhadap hal yang lebih substansial yaitu
Ponsel pintar yang diyakini terdapat batas minimal spesifikasi penunjang aplikasi sirekap.
DENAH TPS
PEMUNGUTAN SUARA
DENAH TPS PERHITUNGAN
SUARA
Sanksi Pidana dalam Pemungutan dan Penghitungan suara
PASAL
178
Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas
juta rupiah) dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
178A
Setiap orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum mengaku dirinya
sebagai orang lain untuk menggunakan hak pilih, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan
paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah) dan paling
banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
178B
Setiap orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum memberikan suaranya
lebih dari satu kali di satu atau lebih TPS, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling
lama 108 (seratus delapan) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak
Rp108.000.000,00 (seratus delapan juta rupiah).
178C
1) Setiap orang yang tidak berhak memilih yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara memberikan suaranya 1 (satu)
kali atau lebih pada 1 (satu) TPS atau lebih dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan
paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling
banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
2) Setiap orang yang dengan sengaja menyuruh orang yang tidak berhak memilih memberikan suaranya 1 (satu) kali atau lebih
pada 1 (satu) TPS atau lebih dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 144
(seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling
banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah).
3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan dipidana dengan
pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana maksimumnya.
Sanksi Pidana dalam Pemungutan dan Penghitungan suara
PASAL
178D
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menggagalkan pemungutan suara dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 108 (seratus delapan) bulan dan denda paling sedikit
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
178E
1) Setiap orang yang dengan sengaja memberi keterangan tidak benar, mengubah, merusak, menghilangkan hasil pemungutan
dan/atau hasil penghitungan suara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 48 (empat puluh delapan) bulan dan
paling lama 144 (seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta
rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah).
2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan dan/atau saksi
pasangan calon dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga) dari
ancaman pidana maksimumnya.
178F
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menggagalkan pleno penghitungan suara tahap akhir
yang dilakukan di KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota pemungutan suara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36
(tiga puluh enam) bulan dan paling lama 144 (seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
178G
Setiap orang yang dengan sengaja pada waktu pemungutan suara mendampingi seorang pemilih yang bukan pemilih tunanetra,
tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
178H
Setiap orang yang membantu pemilih untuk menggunakan hak pilih dengan sengaja memberitahukan pilihan pemilih kepada
orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan
denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
Sanksi Pidana dalam Pemungutan dan Penghitungan suara
PASAL
179
Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan surat yang menurut suatu aturan dalam Undang-Undang ini diperlukan untuk
menjalankan suatu perbuatan dengan maksud untuk digunakan sendiri atau orang lain sebagai seolah-olah surat sah atau tidak
dipalsukan, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua)
bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah).
180
1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menghilangkan hak seseorang menjadi Calon
Gubernur/Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati/Calon Wakil Bupati, dan Calon Walikota/Calon Wakil Walikota, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda
paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
rupiah).
2) Setiap orang yang karena jabatannya dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menghilangkan hak seseorang
menjadi Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota atau meloloskan calon dan/atau
pasangan calon yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 45, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 96 (Sembilan puluh enam) bulan dan denda paling
sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp96.000.000,00 (sembilan puluh enam juta
rupiah).
181
Setiap orang yang dengan sengaja dan mengetahui bahwa suatu surat adalah tidak sah atau dipalsukan, menggunakannya, atau
menyuruh orang lain menggunakannya sebagai surat sah, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam)
bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan
paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
182A
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan, dan
menghalang-halangi seseorang yang akan melakukan haknya untuk memilih, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 24
(dua puluh empat) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp24.000.000,00 (dua puluh
empat juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).