Professional Documents
Culture Documents
(IMS)
Disusun Oleh : Kelompok 2
Cici Desy Isnaini (20010402)
Holifah (20010411)
Wulandari Ageng Dwi Oktavia (20010420)
Pengertian
• Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi
yang ditularkan melalui hubungan seksual,
baik melalui vagina, anus, maupun rongga
mulut. Penyebab dari IMS dapat berupa
bakteri, parasite, jamur, maupun virus.
• IMS dibedakan menjadi beberapa jenis,
berikut jenis-jenis IMS.
1. KLAMIDIA
• Chlamydia adalah salah satu penyakit menular
seksual yang ditularkan melalui hubungan seks tanpa
menggunakan kondom. Kaum wanita yang berusia
muda umumnya yang paling sering mengidap
chlamydia, baik pria maupun wanita segala usia pun
bisa terkena chlamydia.
• Biasanya menyerang saluran kencing atau organ-
organ reproduksi.
GEJALA
Chlamydia biasanya tidak menimbulkan gejala. Meski demikian, penderita chlamydia tetap
dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain. Bila terdapat gejala, biasanya gejala
tersebut baru muncul 1-3 minggu setelah penderita terinfeksi.
Karena organ yang terinfeksi berbeda, gejala chlamydia pada pria dan wanita juga akan
berbeda. Berikut ini adalah gejala yang dapat dialami oleh penderita chlamydia:
a. Gejala Chlamydia Pada Wanita
• Keputihan yang sangat bau.
• Rasa terbakar ketika buang air kecil.
• Sakit saat sedang berhubungan seksual, dan dapat mengalami perdarahan di vagina
sesudahnya.
• Bila infeksi sudah menyebar, maka penderita akan merasa mual, demam, atau
merasa sakit pada perut bagian bawah.
b. Gejala Chlamydia Pada Pria
• Keluar cairan dari penis.
• Luka di penis terasa gatal atau terbakar.
• Rasa terbakar ketika buang air kecil
• Rasa sakit atau bengkak pada salah satu atau kedua buah zakar.
• Baik pada pria maupun wanita, apabila chlamydia menginfeksi dubur, akan timbul rasa sakit yang
dapat disertai keluarnya cairan atau darah dari dubur.
PENGOBATAN
• Chlamydia dapat diobati dengan antibiotik, seperti azithromycin atau doxycycline. Penderita
chlamydia perlu minum antibiotik selama 7 hari, atau cukup minum antibiotik dosis tunggal,
sesuai anjuran dokter. Penderita chlamydia tidak boleh melakukan hubungan seksual sampai 7
hari setelah pengobatan selesai.
• Ibu hamil penderita chlamydia perlu segera diobati dengan antibiotik, agar tidak menularkan
kepada janin dan bisa melahirkan secara normal. Pengobatan chlamydia pada ibu hamil baru
dimulai setelah diagnosanya dipastikan lewat pemeriksaan laboratorium.
• Jika ibu hamil tetap berisiko terkena chlamydia, akan dilakukan
pemeriksaan ulang pada trimester ketiga kehamilan. Bila hasilnya kembali
positif, ibu hamil akan diobati lagi.
• Jika ibu hamil masih menderita chlamydia saat mendekati waktu persalinan,
maka dokter akan menyarankan persalinan dengan operasi caesar.
Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko penularan chlamydia pada bayi
yang dilahirkan.
KOMPLIKASI
Chlamydia dapat menyebabkan komplikasi yang berbeda pada pria dan wanita.
Sedangkan pada ibu hamil, chlamydia dapat menyebabkan komplikasi pada
bayi yang akan dilahirkan.
Berikut ini adalah komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit chlamydia:
KOMPLIKASI PADA WANITA
• Pada wanita, infeksi chlamydia yang tidak diobati dapat menyebar ke rahim
dan saluran telur (tuba falopi), sehingga menyebabkan radang panggul atau
pelvic inflammatory disease (PID).
• Radang panggul dapat menyebabkan kerusakan sistem reproduksi wanita
secara permanen. Kondisi ini bisa membuat penderita mengalami
kemandulan, nyeri berkepanjangan di daerah panggul, dan kehamilan di
luar rahim (kehamilan ektopik).
• KOMPLIKASI PADA PRIA
Pada pria, chlamydia biasanya tidak menyebabkan komplikasi. Meski begitu,
chlamydia dapat menginfeksi saluran sperma (epididimis), yang akan
menimbulkan nyeri pada testis dan perut bagian bawah, demam, bahkan
kemandulan.
KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL DAN JANIN
• Janin lebih berisiko lahir secara prematur, karena chlamydia meningkatkan
risiko ibu hamil mengalami ketuban pecah dini. Bayi yang lahir dari
penderita chlamydia cenderung memiliki berat badan yang rendah, serta
berisiko terkena pneumonia dan trakhoma, yaitu infeksi pada mata yang
dapat menyebabkan kebutaan.
• Pada pria dan wanita, infeksi chlamydia juga dapat mengakibatkan radang
sendi reaktif (reactive arthritis), akibat reaksi tubuh terhadap infeksi.
Chlamydia yang tidak segera diobati akan memperbesar risiko penderita
untuk tertular penyakit gonore atau HIV/AIDS.
PENCEGAHAN
• Pencegahan chlamydia dapat dilakukan dengan tidak bergonta-ganti pasangan seksual,
menggunakan kondom dengan benar saat berhubungan seksual, serta rutin mengikuti
tes skrining chlamydia.
• Penderita chlamydia perlu menghindari hubungan seksual sampai diizinkan oleh dokter,
untuk menghindari penularan penyakit ke pasangannya.
• Orang-orang yang dikatakan berisiko terinfeksi chlamydia adalah:
1. Ibu hamil, Ibu hamil perlu menjalani skrining chlamydia pada awal kehamilan dan
trimester ketiga kehamilan.
2. Pekerja seks komersial dan orang yang suka bergonta-ganti pasangan, Orang yang
memiliki beberapa pasangan seksual atau sering bergonta-ganti pasangan perlu
menjalani skrining chlamydia setidaknya setahun sekali.
3. Gay atau biseksual, Kelompok gay dan biseksual perlu menjalani skrining chlamydia
setidaknya sekali dalam setahun. Namun bila memiliki beberapa pasangan seksual,
kaum gay dan biseksual perlu menjalani skrining chlamydia lebih rutin, yaitu setiap 3
atau 6 bulan sekali.
2. GONORE (GO)
• Kencing nanah atau gonore adalah salah satu
penyakit menular seksual. Penyakit ini dapat
dialami oleh siapa saja, baik pria maupun
wanita, meski umumnya dialami oleh pria.
Gonore biasanya terjadi di bagian tubuh yang
hangat dan lembap, seperti kelamin, anus, atau
tenggorokan.
• Gonore umumnya tidak menimbulkan gejala,
terutama pada wanita. Namun, jika tidak
ditangani dengan tepat, gonore dapat
menimbulkan komplikasi yang serius, seperti
radang panggul pada wanita, serta epididimitis
pada pria. Oleh karena itu, pengobatan gonore
harus dilakukan secara tepat dan segera.
• Akibat GO bila tidak diobati, akan menimbulkan nyeri perut bagian bawah.
Sehingga dapat terjadi hamil di luar kandungan bahkan sampai kemandulan.
• Bila GO masih ada pada saat melahirkan, infeksi dapat menular ke mata bayi
dan bila terlambat ditangani oleh dokter dapat menimbulkan kebutaan.
PENYEBAB DAN GEJALA
• Gonore disebabkan oleh infeksi bakteri yang menular melalui hubungan
intim, termasuk seks oral (lewat mulut) dan seks anal (lewat anus). Seseorang
lebih berisiko terkena gonore jika melakukan hubungan seksual yang tidak
aman, misalnya sering berganti pasangan seks dan tidak menggunakan
kondom.
• Gonore dapat terjadi pada siapa saja, tetapi gejala yang muncul pada pria dan wanita
berbeda. Gejala pada pria berupa keluarnya nanah dari penis dan sakit saat buang air kecil.
Sedangkan pada wanita, gonore bisa menimbulkan keputihan yang terus-menerus dan
perdarahan di luar masa menstruasi.
• Gonore juga dapat terjadi pada bayi akibat tertular dari ibunya selama proses persalinan.
Bayi yang terkena gonore dapat mengalami keluhan berupa mata kemerahan dan
mengeluarkan nanah.
PENGOBATAN
• Pengobatan utama penyakit gonore adalah dengan pemberian antibiotik. Perlu diingat
bahwa pasangan seksual penderita juga perlu diobati, karena kemungkinan besar juga
menderita gonore.
• Seperti disebutkan di atas, penyakit ini menular melalui hubungan intim. Oleh sebab itu,
cara mencegah penyakit ini adalah dengan melakukan hubungan seksual yang aman,
seperti menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan seks.
3. HERPES