You are on page 1of 16

KDPK II

HENTI JANTUNG/RCP
Kelompok 3:
1. Afni Yuriskie (P0 5140320 002)
2. Asyifa Rahmawati (P0 5140320 008)
3. Elva Febriana ( P05140320 016)
4. Marissa Dwi Saputri (P05140320 024)
5. Renvita Ariny (P05140320 035)
A. KONSEP HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST)

Menurut (Ngurah & Putra, 2019) menyebutkan bahwa henti jantung


terjadi ketika jantung telah berhenti berdetak yang menyebabkan
terhentinya alirah darah di tubuh sehingga mengakibatkan tidak
teralirkannya oksigen ke seluruh tubuh.

Menurut (Irianti, Irianto, & Anisa Nuraisa Jausal, 2018) Cardiac


arrest atau henti jantung adalah keadaan hilangnya fungsi jantung yang
tiba tiba yang ditandai dengan terjadinya henti napas dan henti jantung
B. Etiologi Cardiac Arrest/ Henti Jantung

● Dalam (Andrianto, 2020) menjabarkan henti jantung disebabkan karena adanya


gangguan pada kelistrikan jantung yang menyebabkan keadaan-keadaan
mengancam jiwa misalnya seperti aritmia maligna atau adanya masalah pada irama
jantung. Selain itu, cardiac arrest atau henti jantung juga dapat dipicu oleh kelainan
yang reversible, seperti hipoksia, hipovelemia dan hiportemia.

● Menurut (Muttaqin, 2012) terdapat beberapa penyabab lain dari henti jantung,
yaitu:
a. Disebabkan karena pernafasan
b. Sirkulasi
C. Manifestasi klinis cardiac arrest / henti
jantung

Adapun manifestasi klinis atau tanda-tanda pasien mengalami cardiac arrest atau
henti jantung menurut (Andrianto, 2020) adalah sebagai berikut.
1. Pada pasien tidak teraba nadi di arteri besar (karotis, radialis maupun
femoralis)
2. Pernafasan pasien tidak normal, pada beberapa kasus tidak normalnya
pernafasan dapat terjadi meskipun jalan nafas sudah paten.
3. Pasien tidak berespon terhadap rangsangan verbal maupun rangsangan nyeri.
D.Tanda dan Gejala pasien henti jantung

1. Tidak sadar(pada beberapa kasus terjadi kolaps tiba-


tiba)
2. Pernapasan tidak tampak atau pasien bernapas dengan
terengah-engahsecara intermiten)
3. Sianosis dari mukosa buccal dan liang teling.
4. Pucat secara umum dan sianosis
5. Jika pernapasan buatan tidak segera di
mulai,miokardium(otot jantung)akan kekurangan
oksigen yang di ikuti dengan henti.
6. hipoksi.
E. Konsep Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Menurut Wong, yang dikutip dalam (Krisanty.dkk, 2009),


Resusitasi Jantung-Paru (RJP) adalah suatu cara untuk
memfungsikan kembali jantung dan paru. Cardio Pulmonary
Resusitation (CPR) adalah suatu teknik bantuan hidup dasar yang
bertujuan untuk memberikan oksigen ke otak dan jantung sampai
ke kondisi layak, dan mengembalikan fungsi jantung dan
pernafasan ke kondisi normal(Nettina, 2006).
 
F.Langkah-Langkah Resusitasi Jantung Paru
Adapun langkah-langkah resusitasi jantung paru menurut (AHA, 2020):
a.) Menganalisa Situasi
Keamanan penolong menjadi prioritas untuk menghindari adanya korban selanjutnya.
Perhatikan situasi dan keadaan yang aman untuk penolong dan korban (AHA, 2020).
b.) Cek respon korban
Periksa keadaan korban dengan memberikan rangsangan nyeri ataupun verbal.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah dipastikannya lingkungan telah aman untuk penolong
maupun korban. Rangsangan verbal yang dilakukan bisa dengan memanggil korban
disertai menepuk bahu korban. Apabila tidak ada respon, penolong bisa melakukan
rangsangan nyeri, baik menekan kuku maupun di bagian dada (AHA, 2020).
c.)Meminta bantuan dan aktifkan Emergency Medical Service (EMS)
Jika korban masih tidak memberikan respon, penolong segera meminta
bantuan dengan berteriak dan mengaktifkan sistem gawat darurat atau EMS
(AHA, 2020).

d.) Memperbaiki posisikan korban dan penolong


1. Posisikan korban supinasi atau terlentang di permukaan yang keras dan
datar
2. Memperbaiki posisi korban dengan cara log roll (kepala, leher, dan
punggung digulingkan secara bersamaan)
3. Posisikan penolong senyaman mungkin dengan posisi berlutut sejajar
dengan bahu pasien untuk pemberian resusitasi secara efektif (AHA, 2020).
Prosedur RJP
A. CIRCULATION
Cek nadi carotis (10 detik) dan jika tidak ada nadi lakukan
RJP.
• Tentukan lokasi untuk kompresi dada di tengah-tengah
sternum.
• Posisi tangan dan tubuh yang tepat.
• Lakukan kompresi secara vertikal dengan kedalaman
minimal 5 cm serta relaksasi komplet setelah tiap kompresi
dengan kecepatan minimal 100x/menit
• Ucapkan hitungan
1,2,3,4,5,1,2,3,4,10,1.2.3.4.15.1.2.3.4.20,1,2,3,4,25,1,2,3,4,
30
• Pertolongan harus meminimalkan interupsi untuk
memaksimalkan kompresi dada.
B. AIRWAY/ JALAN NAFAS
• Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mengetahui
ada atau tidaknya sumbatan pada jalan nafas yang
disebabkan benda asing dalam mulut, jika ada
benda asing segera bersihkan lebih dulu, buka
mulut dengan menggunakan teknik cross finger.
Membuka jalan nafas dapat dilakukan dengan cara
tengadah kepala topang dagu (head tilt chin lift)
namun hindari melakukan ini kepada pasien cedera
kepala, jika dicurigai adanya cedera kepala,
gunakan manuver mandibular (jaw trust) (AHA,
2020).
Breathing (pernafasan)
Tindakan pemeriksaan pernafasan
ini dilakukan dengan cara melihat
pergerakan dada (look),
mendengarkan suara nafas (listen),
dan merasakan hembusan nafas
pasien (feel) dengan mendekatkan
telinga penolong dengan hidung
pasien, melihat pergerakan dinding
dada 5-6 detik. Jika tidak ada
pernafasan segera beri nafas buatan
sebanyak 10-12 kali per menit (1 kali
bantuan nafas, 5-6 detik) (AHA,
2020).
Recovery Position (Posisi
pemulihan)
Bila keadaan pasien sudah Kembali
normal, posisikan pasien dengan
posisi pemulihan dengan tujuan
dapat mencegah terjadinya
sumbatan saluran nafas jika
terdapat cairan (AHA, 2020).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Resusitasi Jantung Paru (RJP)
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c.Index Massa Tubuh Dalam
d. Kelelahan
e. Frekuensi Pelatihan dan Faktor Pengetahuan
f. Rajin Olahraga
TERIMAKASIH 

You might also like