You are on page 1of 31

KAPITA SELEKTA FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK

HIPERTENSI
Sahrul Gafur 212FF05101

Salsabilla 212FF05102

Syifa Rohmatika Nabhani 212FF05103

Widyananda Kartikasari 212FF05104

Amia Sovitami 212FF05105

Lega Dwi Asta Sari 212FF05106

Assyifa Fitriani Pratama 212FF05107

Kelompok 1 FA3 APOTEKER 27


KARDIOVASKULAR
Penyakit kardiovaskular merupakan sekelompok penyakit jantung dan
pembuluh darah yang meliputi:

Penyakit jantung coroner

Hipertensi

Aritmia

Dislipidemia
DEFINISI HIPERTENSI

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah


Hipertensi adalah penyakit umum peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
yang secara sederhana didefinisikan mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
sebagai tekanan darah arteri (BP) yang mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
terus meningkat (DiPiro et al.,2020). waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat
atau tenang (Kemenkes, 2014).
Prevalensi Hipertensi
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun
menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-
95% kasus tidak diketahui penyebabnya.
Berdasarkan Karakteristik umur dan
Jenis Kelamin (Riskesdas, 2018)
Hasil pengukuran pada penduduk umur ≥18
tahun menurut 5 provinsi yang memiliki tingkat Karakteristik Persen Hipertensi (%)
prevalensi hipertensi tertinggi (Riskesdas, 2018) Kelompok umur (Tahun)
18 – 24 13,22
25 – 34 20,13
Provinsi Persen Hipertensi 35 – 44 31,61
Kalimantan Selatan 44,13% 45 – 54 45,32
55 – 65 55,23
Jawa Barat 39,60%
65 -74 63,22
Kalimantan Timur 39,40% 75 + 69,53
Jawa Tengah 37,57% Jenis Kelamin
Kalimantan Barat 36,99% Laki-laki 31,34
Perempuan 36,85
Prevalensi Hipertensi
Hasil pengukuran pada penduduk umur ≥18 tahun (Riskesdas 2003 Berdasarkan Karakteristik umur dan Jenis Kelamin
dan 2017)

Karakteristik Persen Hipertensi


(%)
Kelompok umur (Tahun)
18 – 24 8,7
25 – 34 14,7
35 – 44 24,8
45 – 54 35,6
55 – 65 45,9
65 -74 57,6
75 + 63,8
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi Laki-laki 22,8
pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah Perempuan 28,8
sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di
Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan
sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%).
Patofisiologi Hipertensi
Faktor- faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah pada dasarnya
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rumus dasar :

tekanan darah = curah jantung x resistensi perifer

Berdasarkan rumus tersebut, maka peningkatan tekanan darah secara logis dapat
terjadi karena peningkatan curah jantung dan atau peningkatan resistensi perifer.
Peningkatan curah jantung dapat melalui dua mekanisme yaitu peningkatan volume
cairan (preload) atau melalui peningkatan kontraktilitas karena rangsangan neural
jantung. Meskipun faktor peningkatan curah jantung terlibat dalam permulaan timbulnya
hipertensi, namun temuan-temuan pada penderita hipertensi kronis menunjukan adanya
hemodinamik yang khas yaitu adanya peningkatan resistensi perifer dengan curah
jantung yang normal. (Pikir, Budi, et all, 2015)
Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan Penyebab Jenis Hipertensi Lain
• Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial • Hipertensi Pulmonal
Hipertensi yang penyebabnya tidak Hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan
penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung
diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan
• Hipertensi Pada Kehamilan
kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang 1. Preeklampsia-Eklampsia
bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi Hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan
pada sekitar 90% penderita hipertensi. (selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan
pada air kencingnya).
• Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial 2. Kronis
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin.
3. Preklampsia Kronik
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,
Gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada 4. Gestasional
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas.
hormonal atau pemakaian obat tertentu Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh
(misalnya pil KB). kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet,
tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan
lain sebagainya.
Faktor Risiko Hipertensi
Tidak dapat dimodifikasi Dapat dimodifikasi

Jenis kelamin Pendidikan Konsumsi Alkohol

Usia Kontrasepsi oral Rokok

Ras Kopi (kafein)


Diet garam

Genetik Obat Anti


Obesitas
Inflamasi
Nonsteroid

Dislipidemia
Manifestasi Klinis Hipertensi

Tidak Ada Gejala Khusus

Tidak ada gejala spesifik yang dirasakan penderita, hipertensi terdiagnosa jika dengan pemeriksaan
tekanan arteri

Gejala yang lazim

Gejala yang lazim meliputi nyeri kepala, pusing, lemes kelelahan, sesak nafas, gelisah, mata berkunang-
kunang, mual dan muntah.
Diagnosis Hipertensi

Hipertensi disebut sebagai silent killer karena


kebanyakan penderita tidak menunjukkan gejala. Temuan fisik
utama adalah peningkatan tekanan darah yang persisten.

Diagnosis hipertensi tidak dapat dibuat berdasarkan satu


pengukuran tekanan darah tinggi. Rata-rata dua atau lebih
pengukuran tekanan darah yang dilakukan selama dua atau
lebih pertemuan klinis diperlukan untuk mendiagnosis
hipertensi.

Pengukuran tekanan darah adalah alat skrining medis


dan harus dilakukan pada setiap pertemuan perawatan
kesehatan. Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan
sphygmomanometer (DiPiro et al., 2020).
Prosedur Pemeriksaan Tekanan Darah
Pasien dalam kondisi tenang, kemudian pasien diminta untuk tidak
merokok atau minum yang mengandung kafein minimal 30 menit
sebelum pemeriksaan

Lengan harus dibebaskan dari pakaian. Raba arteri brachialis dan


pastikan bahwa pulsasinya cukup

Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang lebih


pada level setinggi jantung dan jika pasien duduk, letakkan lengan
pada meja sedikit diatas pinggang dan kedua kaki menapak di
lantai.

Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi


manometer selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya,
mata harus berada segaris horisontal dengan level air raksa.
Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah
pengukuran pertama.
(Redhono, 2018)
Algoritma Terapi
Tujuan Terapi

Menurunkan mortalitas dan morbiditas


yang berhubungan dengan hipertensi.
Target penurunan tekanan darah
berdasarkan JNC VIII dibagi menjadi
dua kelompok yaitu :
a. <150/90 mmHg pada kelompok
usia ≥60 tahun
b. <140/90mmHg pada kelompok
usia <60 tahun

JNC 8, 2014
Terapi Hipertensi
1. Terapi Farmakologi
a. Pengobatan antihipertensi dengan terapi farmakologis dimulai saat seseorang
dengan hipertensi tingkat 1 tanpa faktor risiko, belum mencapai target TD yang
diinginkan dengan pendekatan nonfarmakologi.
b. Diawali dengan pemakaian obat antihipertensi tunggal. Pemilihan obat anti
hipertensi dapat didasari ada tidaknya kondisi khusus (komorbid maupun
komplikasi).
c. JNC 8, 2014 merekomendasikan ACE-inhibitor, ARB, diuretic thiazide dosis rendah
atau CCB untuk pasien yang bukan ras kulit hitam. Terapi awal untuk ras kulit hitam
yang direkomendasikan adalah diuretic thiazide dosis rendah atau CCB. Untuk
kombinasi obat antihipertensi direkomendasikan mengkombinasi ACE-inhibitor atau
ARB dengan CCB dan atau thiazid.
(ACC/AHA Guideline of Hypertension,2017).
Obat Antihipertinsi

Golongan Obat Contoh Obat Aksi Kehamilan


ACE Inhibitor Captopril, Lisinopril, Ramipril, Enalaprol, Peridopril Menghambat enzim ACE sehingga menghambat D
perubahan angiotensin 1 menjadi angiotensin 2
Alfa 2 adrenergik Methyldopa, Clonidine, Guanabenz, Guanfacine Vasodilator pembuluh darah dengan cara meningkatkan Metildopa termasuk
efek reseptor alfa 2 Kategori B

Angiotensin Reseptor Blocker Candesartan, Irbesartan, Valsartan, Telmisartan Menghambat ikatan angiotensin 2 dengan reseptornya D

Beta Bloker non selektif Propanolol, Nadolol Memblokade ikatan epineprin dengan reseptor beta 1 dan C
2, terutama pada AV node
Beta Bloker Selektif Beta 1 Atenolol, Bisoprolol, Metorolol, Labetalol Memblokade ikatan epineprin dengan reseptor beta 1 Atenolol D,
terutama pada AV node Labetalol B
CCB - Dihidropirodin Amlodipine, Nifedipine, Nicardaipine, Nimodipine Memblokade L-Type kalsium kanal dan sedikit C
memblokade T-Type Calcium Channel, sehingga
memberikan efek vasodilatasi ateriol
CCB – Non Dihidropirodin Verapamil, Diltiazem Memblokade T-Type calcium channel, sehingga C
menurunkan heart race
Loop Diuretik Furosemide, Bumetadine, Torsemide Menghambat reabsorbsi Na dan Cl ditubulus proximal dan C
distal, serta menghambat reabsorbsi Na, Cl, K, Ca, Mg
dan air lengkung henle

Antagonis Alfa 1 Prazosin, Terazosin, Doxazosin Mengantagonis reseptor Alfa-1 sehingga meberikan efek C
vasodilatasi
Antagonis Renin Aliskiren Mengantagonis renin, sehingga tidak terjadi perubahan D
angiotensin menjadi angiotensin 1
EFEK SAMPING
Golongan Obat Efek Samping Umum Catatan
ACEi Batuk kering, Hiperkalemia, Hipotensi, Abnormal fungsi ginjal • Konsumsi terbaik adalah saat perut kosong
• Pilihan terbaik pada pasien hiperlipidemia

ARB Hiperkalemia, Hipotensi, Kenaikan BUN (Valsartan), Hipoglikemi (Losartan • Menjadi pilihan jika pasien tidak dapat menggunakan ACEi
• Kombinasi ACEi + ARB tidak direkomendasikan

Β-Bloker Hipotensi, Bradiaritmia, Diare, Bronkospasme pada penyekat beta tak selektif, Faringitis, • Beta selektif lebih aman digunakan untuk penderita PPOK
Hiperlipidemia, Raynaud syndrome, mungkin menurunkan sensitifitas insulin atau asma
• Penghentian obat harus ditapering

CCB Edema, Gingival hyperplasia, Nyeri otot, Kram otot, Hipotensi • Hindari pengunaan CCB Non-dihydropyridine (Verapamil &
Diltiazem) pada pasien blok jantung derajat 2 atau 3

Agonis α-1 Dizzines, Nyeri kepala, Hipotensi, Hipotensi ortostatik, kelelahan dan edema • Untuk hipertensi dengan komplikasi BPH merupakan obat
pilihan

Agonis α-2 Sedasi, Gangguan emosional, hipotensi, konstipasi, Hypotensi ortostatik dan postural, • Untuk mencegah efek withdrawal saat penghentian obat
Lupus Like syndrome, kenaikan berat badan dan impotensi harus di tapering.
• Metildopa menjadi salah satu pilihan untuk ibu hamil

Diuretic Loop Hyperuricemia, hipokalemia, gangguan pendengaran, intoleransi glukosa, hipo elektrolit • Dapat memperpanjang durasi obat lain yang dieliminasi
dalam bentuk utuh melalui ginjal
• Efektif untuk menangani edema

Diuretic Tiazid Hiperkolesterolemia, Hiperglisemia, Hiperuricemia, Asidosis metabolic, Hipokalemia • Dikontraindikasikan pada pasien yang hipersensitif
sulfonamid
• Dapat memperpanjang durasi obat lain yang dieliminasi
melalui ginjal dalam bentuk utuh
Terapi Hipertensi
2. Terapi nonfarmakologi
Terapi non farmakologi untuk penanganan hipertensi berupa anjuran modifikasi gaya hidup.
Pola hidup sehat dapat menurunkan darah tinggi. Rekomendasi terkait gaya hidup adalah
sebagai berikut:
• Penurunan berat badan
• Mengurangi asupan garam
• Diet DASH.
• Olahraga secara teratur
• Mengurangi konsumsi alkohol
• Berhenti merokok
PELAYANAN FARMASI KLINIS DALAM PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

Pengkajian dan Pelayanan Resep : Apoteker harus melakuan


pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik dan persyaratan klnis

Pelayanan Informasi Obat :


Peran Apoteker
PIO yang disampaikan Apoteker bertujuan untuk menyediakan
Dalam
informasi mengenai obat, menunjang penggunaan oba yang rasional
Penatalaksanaan
serta menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
Hipertensi
berhubungan dengan obat

Konseling : bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,


meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD),meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (Pasien safety)

Pemantauan Terapi Obat (PTO) : Pemantauan Terapi Obat


mencakup : pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat,
respons terapi, rekasi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) dan
rekomendasi perubahan atau alternative terapi.

(Kemenkes RI, 2019)


PELAYANAN FARMASI KLINIS DALAM PENATALAKSANAAN
HIPERTENSI

 Masalah terkait Obat : merupakan suatu kejadian atau keadaan yang melibatkan
dalam terapi obat yang dapat mengganggu atau berpotensi mengganggu hasil
outcome kesehatan yang diinginkan.
 Monitoring Efek Samping Obat : merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap obat yang tidak dikehendaki. Efek samping obat adalah reaksi obat yang
tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.
 Interaksi Obat Antihipertensi : modifikasi efek suatu obat akibat obat lainyang
diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, sehingga keefektifan/toksisitas
suatu obat atau leih dapat berubah.
PELAYANAN FARMASI KLINIS DALAM
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Apoteker dapat bekerjasama dengan dokter dalam :
○ memberi edukasi ke pasien mengenai penggunaan hipertensi
○ memonitor respons pasien terhadap terapi obat
○ mendukung kepatuhan terhadap terapi obat dan non-obat
○ mendeteksi dan mengurangi reaksi efek samping
○ merujuk pasien ke dokter bila setelah dievaluasi tidak menunjukkan
perbaikan kondisi
(Kemenkes RI, 2019)
STUDY KASUS
KASUS

Pasien Ny. Pika(48 thn) mengeluh


pusing sejak dua hari yang lalu setelah
konsumsi ikan asin. Pasien juga
mengeluh nyeri badan.
Dua tahun yang lalu pasien telah
didiagnosa hipertensi oleh dokter dan
menerima resep obat antihipertensi.
Karena merasa sudah sembuh, pasien
tidak datang mengunjungi dokter lagi.
Pasien datang dokter di klinik Bhakti
Kencana, tekanan darah 160/90 mm
Hg. Dokter mendiagnosa hipertensi dan
memberikan resep sebagai berikut:
Nama Obat Mekanisme Indikasi Dosis Interaksi Efek Kontraindikasi
Kerja Samping

Captopril Menghambat Hipertensi Dosis awal sehari - Pemberian Hipotensi, Hipersensitif, wanita
perubahan 2x12,5 mg. bersamaan diuretic gangguan hamil (bersifat
Angiotensin 1 Pemeliharaan : hemat kalium dapat fungsi ginjal, teratogenik)
menjadi Sehari 2x25 mg menimbulkan batuk kering, ( ketegori C; D pada
Angiotensi 2 dapat ditingkatkan hyperkalemia neutropenia trimester 2 dan 3),
sehingga terjadi setelah 2-4 - Pemberian dan hiperkalemia,
vasodilatasi dan minggu. Dosis bersamaan dengan agranulosit, stenosis arteri
penurunan maksimal : Sehari antasida proteinuria. renalis bilateral atau
sekresi 3x50 mg mengurangi unilateral pada
aldosteron absorpsi ACE keadaan ginjal
inhibitor tunggal.
- Pemberiaan
Bersama NSAID
akan mengurangi
efek anti hipertensi
ACE inhibitor dan
menambah resikio
Hiperkalemia.
Nama Obat Mekanisme Kerja Indikasi Dosis Interaksi Efek Samping Kontraindikasi
Obat

Ibuprofen Meghambat sintesis Nyeri ringan Dewasa :3-4 - Menurunkan efek Gangguan Ulkus peptikum,
prostaglandin dengan sampai sedang, x200-400 diuretic dan beta Gastrointestinal, riwayat
hambatan pada enzim demam. mg/hari bloker ruam kulit dan hipersensitif
siklooksigenase Anak: 20-30 - Mengurangi efek gangguan terhadap
sehingga konversi mg/kgBB/hari antihipertensi, pendarahan ibuprofen atau
asam arakidonat dalam 3-4 obat beta bloker, NSAID lain,
menjadi PGG2 dosis terbagi prazosin dan kehamilan
terganggu captopril trimester terakhir
- Meningkatkan (Kat kehamilan B,
kadar warfarin D pada kehamilan
dalam plasma, trimester 3 atau
dapat menjelang
memperpanjang persalinan)
masa
pendarahan.
Paracetamol Menghambat sintesis Nyeri ringn Dewasa : - Kolestiramin Reaksi alergi, Gangguan hati,
prostaglandin sampai sedang, 500mg- menurunkan ruam kulit berupa hipersensitif
sehingga dapat demam 1000mg per- absorpsi eritema atau
mengurangi nyeri kali diberikan paracetamol urtikaria, kelainan
ringan-sedang. tiap 4-6 jam. - Paracetamol darah, hipotensi,
meningkatkan kerusakan hati
kada warfarin
- Metoclopramid
dan domperidone
meningkatkan
efek paracetamol
Asuhan Kefarmasian
Masalah Terapi Obat Identifikasi Penyelesaian Pencegahan
Riwayat Alergi Penggalian ke pasien - -
Rute pemberian Penggalian ke pasien kemampuan Pasien Ny. Pika sudah 48 tahun KIE
menelan dan mengkonsumsi dapat diarahkan menelan sediaan
sediaan tablet tablet

Interaksi Adanya interaksi antara Captopril Ibuprofen diganti Paracetamol Konfirmasi dengan dokter
dan Ibuprofen (Medscape) dengan dosis : 500 mg sehari 3-4
kali 1- 2 tablet (ISO vol 51, tahun
2017, 40)
Permintaan dosis Captopril  
Dosis:   - KIE
Dosis awal sehari 2 x12,5 mg.    
Pemeliharaan : Sehari 2 x 25 mg    
dapat ditingkatkan setelah 2-4    
minggu. Dosis maksimal : Sehari    
3x50 mg (ISO vol 51, tahun 2017    
hal 290)    
   
Ibuprofen Ibuprofen diganti dengan obat  konfirmasi dengan dokter
Dosis : parasetamol
Dewasa tab 3-4 kali 400 mg,
sirup: sehari 3-4 x 2 sd takar (ISO
vol 51, tahun 2017 hal 53
Kasus Hipertensi :
Assesment Plan
Problem
Subjektif Objektif
Medik Analisis DRPs Rekomendasi Monitoring
Pusing dan Tekanan darah Hipertensi Terapi: Adanya interaksi obat Terapi farmakologi : - Tekanan darah
nyeri badan 160/90 mmHg Captopril 12,5 mg (3x1 tablet) antara captopril dengan Mengganti obat pasien (Target
Ibuprofen 400 mg (3x1 tablet) ibuprofen. ibuprofen dengan tekanan darah
  parasetamol sesuai dengan usia 49
Pada resep Ny.Pika, untuk mengatasi Pemberiaan Bersamaan dengan persetujuan tahun yaitu < 140/90
hipertensi diberikan Captopril 12,5 mg ibuprofen akan dokters dengan dosis : mmHg
sehari 3x1 tablet dimana dosis tersebut mengurangi efek anti 500 mg sehari 3-4 kali
sudah sesuai untuk mengobati hipertensi ACE inhibitor 1- 2 tablet. - Pusing dan Nyeri
Hipertensi pasien dengan mekanisme dan menambah resikio   badan
kerja captopril menghambat enzim ACE Hiperkalemia dan dapat Terapi non
sehingga dapat menghambat perubahan menyebabkan penurunan farmakologi:
angiotensin 1 menjadi angiotensin 2. fungsi ginjal yang Mengurangi konsumsi
  signifikan. (Stockley makanan yang
Untuk mengatasi keluran pusing dan 2010, hal 32) mengandung kadar
nyeri badan diresepkan Ibuprofen 400 garam yang tinggi,
mg sehari 3x1 tablet dengan mekanisme menjaga gaya hidup
kerja Meghambat sintesis prostaglandin dan rajin berolahraga.
dengan hambatan pada enzim
siklooksigenase sehingga konversi
asam arakidonat menjadi PGG2
terganggu
sehingga nyeri dapat berkurang.
 
INTERAKSI OBAT

(Stockley 2010, hal 32)


(Medscape)
Monitoring dan Evaluasi Pada Kasus Hipertensi

Monitoring pengobatan pada kasus


Evaluasi pengobatan pada kasus
• Tekanan darah pasien (Target
tekanan darah dengan usia 49 tahun
• Mengevaluasi apabila tekanan darah
yaitu < 140/90 mmHg
naik atau tidak ada perubahan
• Efek samping dari pengobatan
setelah dilakukan terapi
• Kepatuhan pasien dalam meminum
• Dapat menilai gaya hidup pasien
obat dan melaksanakan terapi non
farmakologi
Daftar Pustaka
Alfita (2020) Pengobatan Hipertensi Dengan Memperbaiki Pola Hidup dalam Upaya
Pencegahan Meningkatnya Tekanan Darah JSTE : Bandung

Dennison-himmelfarb C., Handler J. and Lackland D.T., 2014 Evidence Based Guideline for the

Management of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members
Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8)

DiPiro, J. T. et al. (2020) Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Eleventh Edition.

Elly, Bayu, Nurdiana (2019) Farmakoterapi Kardiovaskuler, Universitas Brawijaya Press :


Malang

Glenis, Rika (2017) Penatalaksaan Hipertensi Primer, Universitas Lampung


JNC-8. 2014. The Eight Report of the Joint National Committee.
Hypertension Guidelines: An In-Depth Guide. Am J Manag Care

Kemenkes.RI (2014) ‘Pusdatin Hipertensi’, Infodatin, (Hipertensi), pp. 1–7. doi:


10.1177/109019817400200403.
Kemenkes RI, 2019, Pedoman Pelayanan Kefarmasian Pada Hipertensi, Jakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) (2015) Pedoman Tatalaksana
Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular, Physical Review D. doi:
10.1103/PhysRevD.42.2413.
Pikir, Budi, Muhammad Aminuddin, Agus Subagjo, Budi Baktijasa Dharmadjati, I Gde Rurus
Suryawan, Johanes Nugroho Eko P. (2015). Hipertensi Manajemen Komprehensif.
Cetakan Pertama. Surabaya: Airlangga University Press.

Redhono, D. (2018) ‘Pemeriksaan tanda vital’, Kementrian Riset, Teknologi, dan pendidikan
tinggi Universitas Sebelas Maret Fakultas Kedokteran, (0271), pp. 1–25.

Rian, Erni (2020) Expert Pharmacist Modul Beljar 2020-2021 Manajemen Farmasi :
Rawamangun

Riskesdas (2013) ‘Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013’, Science, 127(3309), pp. 1275–1279.
doi: 10.1126/science.127.3309.1275.

Riskesdas (2018) ‘Laporan Riskesdas 2018’, Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), pp. 181–222. Available at:
http://www.yankes.kemkes.go.id/assets/downloads/PMK No. 57 Tahun 2013 tentang
PTRM.pdf.

You might also like