You are on page 1of 15

Anestesia Umum pada

Bedah Ortopedi
Dr. Ikhsan Amran, SpAn
Keperawatan Anestesi Universitas Baiturrahmah
Pendahuluan
 Hampir seluruh operasi bedah ortopedi bisa dilakukan
dengan pembiusan regional atau pembiusan blok perifer.
 Kecuali pembiusan pada tulang belakang, dengan
komorbid yang berat atau pada pasien dengan
kontraindikasi dari pembiusan regional.
Evaluasi dan Persiapan Prabedah
 Usia dan riwayat penyakit komorbid harus dievaluasi,
berhubunagn dengan potensi kesulitan jalan nafas, serta
hubungan dengan mobilitas dan posisi intraoperatif.
 Pemeriksaan lab dan penunjang lengkap harus dilakukan.

 Pasien dengan reumatoid arthritis (RA) harus mendapat


perhatian khusus, karena RA dapat mempengaruhi sistem
pulmonal, kardiak, muskuloskeletal dan kemungkinan
kesulitan jalan nafas.
Evaluasi dan Persiapan Prabedah
 RA menyebabkan gangguan sendi servikal dan
temporomandibular, sehingga terbatasnya
gerakan leher dan buka mulut.

 Serak atau stridor inspirasi tanda penyempitan


glotis akibat artritis krikoaritenoid dan dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas
pascaekstubasi.

 Biasanya RA penggunaan obat OAINS sehingga


dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal,
toksisitas ginjal dan disfungsi trombosit.

 Riwayat pemakain obat2 harus dievaluasi.


Penggunaan obat pengencer darah harus
dihentikan sebelum operasi.
Teknik Pneumatic torniquet
Torniquet digunakan pada intraoperatif untuk mengurangi
perdarahan.

Penggunaan torniquet dapat menyebbakan ketidakstabilan


hemodinamik, nyeri, tromboemobil dan sampai emboli paru.

Pemakaian torniquet > 2jam menyebabkan iskemik otot,


rhabdomiolisis atau kerusakan permanen saraf perifer.
Pneumatic torniquet
 Nyeri akan dirasakan beberapa menit setelah pasien
dibeirkan tekanan inflasi 100 mmhG diatas tekanan darah
sistolik.
 Pengempisan manset tourniquet menyeybabkan penurunan
signifikan tekanan vena sentral dan arteri.
 Perubahan metabolik ini dapat menyebabkan peningkatan
ventilasi semenit dan menyebabkan aritmia.
 Iskemia akibat pemasangan torniquet menyebabkan
pembentukan trombosis vena.
Komplikasi
Perioperatif
Bone Cement Syndrome
 Bone Cement suatu senyawa polymethylmethacrylate biasa
digunakan untuk menyambung komponen prostetik dengan
tulang.
 Reaksi akibat cement ini dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intramedular tulang sehingga bisa menyebakan
emboli lemak, sumsum tulang dan udara pada pembuluh
darah vena. Beresiko emboli paru.
Bone Cement Syndrome
 Manifestasi bone cement syndrome :
 Hipotensi
 Hipoksia
 Aritmia-takikardia.
 Penurunan kesadaran
 Hipertensi pulmonal
 Gagal jantung kanan.

 Tatalaksana intraoperatif :
 Meningkatkan konsentrasi oksigen sebelum bone cement dimasukkan.
 Menjaga pasien dalam keadaan euvolemik
 Operator membuat lubang ventilasi untuk mengurangi tekanan intramedular.
Sindrom emboli lemak
 Dapat Timbul 72 jam setelah fraktur tulang panjang. Dapat
juga terjadi pada pascaresusitasi RJP, nutrisi parenteral
dengan infus lemak dan penyedotan lemak.
 Teori penyebab : globulus lemak lepas dan masuk kedalam
pembuluh darah.
 Manifestasi klinis : Trias (sesak, delerium dan petekie).
Selama anestesi umum dapat dijumpai penurunan dari
ETCO2, saturasi oksigen atau peningkatan tekanan arteri
pulmoner.
Deep Vein Trombosis
 DVT dan Emboli paru (PE) merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas dari operasi ortopedi pelvis dan ekstrimitas bawah.

 Faktor resiko DVT :


 Obesitas
 Usia > 60 tahun
 Prosedur operasi > 30 menit
 Penggunaan tourniquet
 Fraktur ekstrimitas bawah
 Imobilisasi lebih dari 4 hari.

 Insiden DVT mencapai 20%, sementara PE 1-3%.


Deep Vein Trombosis
 Pencegahan DVT dapat memberikan obat antikoagulan
profilaksis, seperti heparin dosis rendah, warfarin, LMWH
dan penggunaan kompresi pneumatic intermitten.
 Anestesi neuroaksial dapat mengurangi komplikasi
tromboemboli.
 Lidokain intravena terbukti mencegah trombosis,
meningkatkan fibrinolisis dan menurunkan agregasi
trombosit.
Komplikasi pembedahan tulang
belakang
Venous air embolism (VAE) komplikasi yang sering terjadi
pada laminektomi, banyaknya tulang yang terpapar dan
lokasi pembedahan diatas posisi jantung.

VAE ditandai hipotensi tiba-tiba dengan peningkatan


konsentrasi end-tidal CO2.

Pencegahan VAE adalah ekspansi volume intravaskular,


posisikan pasien dengan hati-hati, pemberian PEEP dan
kompresi vena jugular.
 Penatalaksaan VAE
 Membanjiri area pembedahan dengan saline
 Mengontrol area udara tempat masuknya udara.
 Memposisikan pasien dengan area pembedahan dibawah atrium
kanan
 Aspirasis udara dari kateter vena sentral
 Menghentikan inhalasi nitrit oksida
 Resusitasi pasien.
Terima kasih

You might also like