Professional Documents
Culture Documents
PERILAKU KEKERASAN
OLEH
LINA AGUSTINA
021.02.1160
2021-2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
1. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
2. Proses Terjadinya
Masalah
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif pada waktu
terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak
marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan
interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah
keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung
pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan
sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan
secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara
yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut
Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan
yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.
Tanda dan gejala :
- Muka merah dan tegang
- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan kuat
- Mengepalkan tangan
- Jalan mondar-mandir
- Bicara kasar
- Suara tinggi, menjerit atau berteriak
- Mengancam secara verbal atau fisik
- Melempar atau memukul benda atua orang lain
- Merusak barang atau benda
- Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku
kekerasan
b. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
- Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
- Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
c. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan
perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan
lingkungan. Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi :
- Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah
yang diserasakan oleh klien.
- Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas
makanan, memukul jika tidak senang.
3. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
Diagnosa III : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan umum :
-Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
Tindakan :
1. Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang
laain dan lingkungan
2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
a. Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b. Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif
c. Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
d. Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e. Merencanakan yang dapat pasien lakukan
3. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-
masing cara penyelesian masalah
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC.
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.).
St.Louis Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan
Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak…??? Assalamualaikum…? Kenalkan nama saya
Nirmala Erlyani, biasa dipanggil mala, saya mahasiswa program
profesi ners dari STIKES Mataram. Nama bapak siapa? Senangnya di
panggil apa? Saya praktik di sini selama 2 minggu, dan akan merawat
bapak pada sift pagi ini…”
b. Evaluasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini?
c. Kontrak
1. Topik : Apakah bapak tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya
hari ini? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang apa yang bapak
alami?
2. Waktu
Apakah bapak bersedia ngobrol sekarang dengan saya? Kira-kira
bapak maunya berapa lama kita berbincang-bincang? setuju kan?
3. Tempat
Kira-kira bapak mau berbincang-bincang dimana ?
“Pada saat penyebab marah itu ada, apa yang bapak rasakan?” (tunggu
respons pasien)
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, apakah dengan cara ini yang
bapak inginkan terpenuhi ? Apa kerugian cara yang bapak lakukan?
Betul, istri bapak jadi sakit dan takut, piring atau barang lain pecah.
Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar
cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka
bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan & bapak bisa juga memukul-mukul bantal/kasur. Bagaimana
kalo bapak langsung mempraktekan dengan panduan dari saya ? Tarik dari
hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus
sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang
tentang kemarahan bapak?”
b. Evaluasi Obyektif
”Menurut saya bapak mempunyai aspek positif
yang perlu dipertahankan”
TINDAKAN PEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak herman? Assalamu’alaikum… masih ingat dengan
saya mas?, saya harap mas masih mengingat nama saya, nama saya
Mala, ingatkan pak herman”?.
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?, apakah suara bisikan itu masih
muncul?, apakah sudah dipakai cara yang saya ajari kemarin pak?,
berkurangkah suara bisikan itu pak?, bagus...
c. Kontrak
Topik : masih ingat yang akan kita bicarakan sekarang pak?, sesuai
dengan kesepakatan kemarin, saya akan latih cara untuk mencegah
halusinasi dengan cara yang kedua yaitu dengan ‘bercakap-cakap
dengan orang lain’ dan dengan cara yang ketiga yaitu ‘dengan
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal’.”
2. Fase kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur
dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang
penyebab marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba
Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli
rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan
lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari”
b. Evaluasi Obyektif
”Menurut saya aspek positif yang bapak miliki, masih bagus”.
c. Tindak lanjut
”Saya berharap bagaimana kalau bapak lakukan terus selama di RS ini,
agar nanti di rumah bapak sudah terbiasa, setuju pak? Dan jangan lupa
bapak lakukan jadwal kegiatan hariannya”?.
d. Kontrak
Topik : ”Baiklah, waktu kita sudah habis... bagaimana kalau besok
kita lanjutkan obrolan kita untuk cara yang terakhir yaitu minum
obat secara teratur, bagaiman pak”?.
Waktu : ” bapak mau jam berapa besok?, bagaimana kalau jam
08.00 pagi?, Setuju”?.
Tempat : ” Bapak mau dimana kita akan berbincang-bincang?,
Bagaimana kalau ditempat ini lagi?, setuju?, baiklah terimakasi
dan sampai jumpa lagi besok pak”.
STRATEGIS PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak herman? Assalamu’alaikum… masih ingat
dengan saya pak?, saya harap bapak masih mengingat nama saya,
bagus… bagus sekali… apa bapak sudah mandi”?.
b. Evaluasi
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaimana rasa marahnya”?
c. Kontrak
Topik :”apakah pagi ini bapak sudah minum obat?, baik, sesuai
kesepakatan kita kemarin, sekarang kita akan mendiskusikan
tentang cara yang ke empat dan kelima yaitu dengan cara spritual
dan minum obat minum, bagaimana pak? Setuju”?.
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus!
Jam berapa Bapak minum? Bagus!
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di
kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada
suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi
dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
B. Fase terminasi
1. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara beribadah dan minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan
bila bapak merasa marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang
telah kita buat tadi”
2. Evaluasi Obyektif
”Menurut saya, aspek positif yang bapak miliki masih baik”.