You are on page 1of 17

”MAKALAH”

KIMIA MEDISINAL

NAMA : VENNY RAMADHANI ANWAR


NIM : O1A119056
KELAS : B
Sintesis dan Aktivitas Sitotoksik N-(4-
bromo)-benzoil-N’feniltiourea dan 4-(tert-
butil)-N-benzoilurea pada Sel Primer
Payudara HER2-Positif Kanker
DAFTAR ISI

BAB I BAB II
PENDAHULUAN ISI
A. LATAR BELAKANG A. TINJAUAN PUSTAKA
B. TUJUAN B. METODE
C. HASIL

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Kanker adalah salah satu beban kesehatan utama penyakit di dunia.
Kanker payudara menempati urutan kedua dalam kematian setelah kanker
paru-paru dan menyebarkan ketakutan kepada wanita di sekitar dunia . Pilihan
pengobatan kanker sangat bervariasi tergantung pada stadium kanker pada
saat diagnosis. Radioterapi dan pembedahan biasanya digunakan pada tahap
awal kanker payudara. Kemoterapi adalah pilihan pengobatan kanker pada
stadium lanjut penyakit.
Penggunaan kemoterapi seringkali terbatas terutama karena efek
samping yang tidak diinginkan dan pilihan obat antikanker yang terbatas.
Dengan demikian, keberhasilan pengobatan kanker merupakan tantangan di
abad ke-21.Ini menggaris bawahi kebutuhan untuk mengembangkan obat
kemoterapi baru dengan aktivitas antikanker yang lebih tinggi. Banyak obat
kanker dikembangkan melalui reseptor faktor pertumbuhan (GFR) sebagai
target aksi.
B. TUJUAN PENELITIAN
Pada penelitian ini, dengan mengisolasi jaringan biopsi pasien kanker
payudara positif HER2. Hasil uji sitotoksik berupa nilai IC50 yang
kemudian dibandingkan dengan hidroksiurea (HU) sebagai senyawa
pembanding. Penelitian ini memberikan kandidat antikanker baru yang
potensial pada sel primer kanker payudara positif HER2.
BAB II
A. TINJAUAN PUSTAKA
Banyak obat kanker dikembangkan melalui reseptor faktor
pertumbuhan (GFR) sebagai target aksi. GFR kinase, yang diketahui
memainkan peran penting dalam kanker adalah reseptor faktor
pertumbuhan epidermal (EGFR atau erbB-1) dan reseptor faktor
pertumbuhan epidermal manusia-2 (erbB-2 atau HER2). Kasus
kanker payudara, 30% kejadiannya disebabkan oleh overekspresi
Human Epidermal Receptor 2 (HER2) dengan prognosis yang buruk.
Pengobatan yang saat ini banyak digunakan dalam penanganan
kanker payudara adalah dengan menggunakan agen kemoterapi
berupa obat-obatan sintetik. Derivatif tiourea adalah agen antikanker
yang bertindak sebagai inhibitor EGFR. Ini menghambat Reseptor
Tyrosine Kinases (RTKs) di wilayah intraseluler. Li mensintesis dan
melihat hubungan struktural aktivitas N-benzil-N-(X-2-
hidroksibenzil) turunan N'-fenilurea dan tiourea sebagai antikanker.
Hasil yang diperoleh bahwa senyawa turunannya terbukti berpotensi
sebagai penghambat EGFR dan HER2 kinase.
B. METODE PENELITIAN
1. Pemodelan Molekuler:
Senyawa yang disintesis diprediksi sebelumnya untuk aktivitas sitotoksiknya menggunakan pemodelan
molekul in silico. Teknik in silico dilakukan melalui simulasi interaksi obat-reseptor yang disebut
docking menggunakan komputer. Kedua senyawa tersebut di-docking menggunakan Molegro Virtual
Docker (MVD) ver. Program 5.5 dengan reseptor HER2 (ID PDB: 3PP0). Hidroksiurea (HU)
digunakan sebagai senyawa pembanding.
2. Sintesis 4Br-BPTU and 4TBBU
Struktur senyawa baru diidentifikasi menggunakan spektroskopi IR, 1H-NMR, 13CNMR, dan HRMS.
3. Jaringan payudara yang diperoleh dari biopsi
diisolasi untuk mendapatkan sel primer.
Kemudian sel yang diisolasi diidentifikasi
menggunakan biomarker CD133 secara
imunofluoresensi untuk mengetahui bahwa sel
yang diisolasi adalah sel kanker. Selanjutnya,
antibodi monoklonal HER2 digunakan untuk
mengidentifikasi sel primer kanker payudara
melalui imunofluoresensi.
4. Kultur sel kanker payudara primer ditanam
pada 96 well plate dan diinkubasi selama 24
jam dalam inkubator CO2. Kemudian berbagai
konsentrasi kedua senyawa uji dan HU
ditambahkan.
B. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan Gambar 1, nilai RS


4Br-BPTU dan 4TBBU lebih kecil
dibandingkan HU. Dengan
demikian, mereka diprediksi
memiliki aktivitas sitotoksik yang
lebih baik daripada HU sebagai
senyawa pembanding. Sedangkan
nilai RS 4BrBPTU lebih kecil dari
4TBBU artinya aktivitas sitotoksik
4Br-BPTU lebih baik dari 4TBBU.
Gambar 2: Ikatan hidrogen (garis putus-putus biru) dan interaksi sterik (garis putus-putus merah)
antara senyawa dan asam amino pada sisi aktif reseptor HER2: 4Br-BPTU (a), 4TBBU (b) dan HU
(c)

Tabel 1 dan Gambar 2 menggambarkan bahwa 4Br-BPTU memiliki interaksi sterik lebih banyak
daripada 4TBBU bahkan tanpa ikatan hidrogen. Senyawa 4TBBU memiliki satu ikatan hidrogen
dan lebih sedikit sterik interaksi dengan asam amino pada reseptor HER2. Oleh karena itu, nilai RS
dari 4Br BPTU menjadi lebih kecil dari pada senyawa 4TBBU. Senyawa HU memiliki satu ikatan
hidrogen dan satu ikatan sterik sehingga nilai RS hidroksiurea jauh lebih tinggi.
Gambar 3: Struktur dari 4Br-BPTU dan 4TBBU

Senyawa 4Br-BPTU disintesis dari 4-bromo-benzoil klorida dengan N-feniltiourea dan


senyawa 4TBBU disintesis dari 4-(tert-butil)-benzoil klorida dengan urea. Struktur
senyawa hasil sintesis diidentifikasi menggunakan IR, 1H-NMR, 13C-NMR dan
spektrometer
HRMS.
Gambar 4: Identifikasi CD133 dan HER2 pada Sel Kanker Payudara melalui Teknik
Imunofluoresensi. Sel yang Mengekspresikan CD133 adalah Fluorescent Merah dan sel
yang mengekspresikan HER2 adalah fluorescent hijau: CD133 pada sel kanker payudara
(a), HER2 pada sel kanker payudara (b)

Berdasarkan Gambar 4a dapat dilihat bahwa sel positif mengekspresikan CD133 (red fluorescent)
menunjukkan bahwa sel yang diisolasi adalah sel kanker. Gambar 4b menunjukkan bahwa sel
dengan fluoresensi hijau adalah sel yang mengekspresikan HER2.
Berdasarkan Gambar 5, senyawa 4Br-BPTU memiliki nilai IC50 terkecil di antara
ketiga senyawa yang diuji. Oleh karena itu 4Br-BPTU memiliki aktivitas sitotoksik
terbaik. Hal ini sesuai dengan nilai RS dan jumlah ikatan kimia dengan asam amino
pada reseptor HER2. Nilai RS dari 4Br-BPTU paling kecil dan jumlah ikatan kimianya
lebih banyak.
BAB III

A. KESIMPULAN
N-(4-bromo)-benzoil-N'-feniltiurea (4Br-BPTU) dan 4-(tert-butil)-N-
benzoilurea (4TBBU) yang telah disintesis memiliki aktivitas sitotoksik yang
lebih tinggi terhadap sel kanker payudara primer dibandingkan hidroksiurea. N-(4-
bromo)-benzoil-N’-feniltiourea lebih poten dibandingkan 4-(tert-butil)-N-
benzoilurea.N-(4-bromo)-benzoil- N’-feniltiourea sangat direkomendasikan untuk
dikembangkan lebih lanjut sebagai kandidat antikanker untuk kanker payudara
positif HER2.
DAFTAR PUSTAKA
Kirtishanti, Aguslina, Siswandono S., dan I Ketut Sudiana. 2021. Synthesis and Cytotoxic Activity
of N-(4-bromo)-benzoyl-N’phenylthiourea and 4-(tert-butyl)-N-benzoylurea on Primary Cells of
HER2-Positive Breast Cancer. Research Journal Pharmacy and Technology. Vol. 14(3).
TERIMA KASIH

You might also like