You are on page 1of 11

ANALISIS KASUS PEMBIAYAAN

PROYEK HAMBALANG
A N G G O TA K E L O M P O K

• 1. Novi Arianti ( 118210106 )


• 2. Ryan Ovita (118210202)
• 3. Pinondang Jona P ( 21117092 )
• 4. Yeremi Alexander (118210102)
• 5. Ryan Alviandi (118210112)
• 6. I Ketut Krisnawan (118210143)
• 7. Fando Sisfyan CO ( 118210173)
• 8. Firman Parlindungan Simamora (118210142)
• 9. Taufan Renaldi Putra (118210105)

• 10. Arda Novi Arwana (21117173)


L ATA R B E L A K A N G

pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional


(P3SON) di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Proyek P3SON Hambalang ini sebenarnya sudah
dimulai sejak 10 Desember 2010 hingga 31 Desember 2012. Kementerian
Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menilai perlu ada pusat pendidikan
latihan dan sekolah olahraga yang bertarap nasional. Tetapi, dalam
perkembangannya proyek P3SON Hambalang ini mengalami kendala,
mulai dari tidak mendapatkan rekomendasi pembangunan, sampai
permasalahan biaya anggaran yang melonjak naik menjadi Rp 2,5 Triliun.
D ATA U M U M P R O Y E K
PERMASALAHAN SECARA GARIS BESAR

• Pemilihan lokasi dan pengurusan izin pembangunan


• Perencanaan anggaran
• Penyimpangan proses pelelangan
• Pelaksanaan pekerjaan dan pembayaran
1. PEMILIHAN LOKASI DAN PENGURUSAN IZIN PEMBANGUNAN

• Pendapat teknis kelayakan kontrak tahun jamak yang dimaksudkan dalam PMK 56/PMK.02/2010 tanggal 2 Maret 2010 tentang Tata Cara Pengajuan
Persetujuan Kontrak Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, ditandatangani oleh Pejabat yang tidak berwenang yaitu Direktur Penataan
Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, bukan oleh Menteri Pekerjaan Umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
• Surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan ditandatangani oleh pihak yang tidak berwenang, yaitu Ses Kemenpora
tanpa memperoleh pendelegasian wewenang dari Menpora.
• Tidak seluruh unit bangunan yang hendak dibangun secara teknis harus dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran.
• Kemenpora memanipulasi data dalam pengajuan revisi RKA-KL TA 2010 sebagai salah satu syarat persetujuan revisi RKA-KL TA 2010 oleh
Kementerian Keuangan. Data keluaran (output) yang dinyatakan naik dari 108.553 m2 menjadi 100.398 m2, pada kenyataan nya turun dari 108.553 m2
menjadi 100.398 m2.
• Revisi RKA-KL Kemenpora TA 2010 sebagai salah satu syarat persetujuan kontrak tahun jamak belum ditandatangani oleh Dirjen Anggaran, pada saat
persetujuan kontrak tahun jamak diberikan oleh Menteri Keuangan.
• Pemberian dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora 2010 oleh Menteri Keuangan tidak memiliki dasar hukum yang jelas.
PERENCANAAN ANGGARAN

• Penetapan pemenang lelang pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON Hambalang dengan nilai Rp1,2 Triliun yang seharusnya
ditetapkan oleh Menpora, ditetapkan oleh pihak yang tidak berwenang yaitu Ses Kemenpora, tanpa memperoleh pendelegasian wewenang
dari Menpora.
• Proses evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap penawaran calon kontraktor peserta lelang pekerjaan konstruksi proyek pembangunan
P3SON tidak dilakukan oleh Panitia Pengadaan, melainkan oleh rekanan yang akan dimenangkan.
• Proses pelelangan pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON Hambalang yang pada akhirnya memenangkan KSO AW
• Direktur Teknik dan Operasi PT Biro Insinyur Eksakta (PT BIE) Sonny Anjangsono mengatakan, anggaran untuk proyek Hambalang
mengalami empat kali perubahan. Awalnya, proyek tersebut hanya dianggarkan sebesar Rp 125 miliar, kemudian membengkak hingga Rp
2,5 triliun.
• "Ada empat kali perubahan. Pertama Rp 125 miliar, Rp 225 miliar, Rp 800-an miliar, dan terakhir Rp 2,5 triliun," kata Sonny saat bersaksi
dalam sidang kasus dugaan korupsi proyek Hambalang dengan terdakwa Deddy Kusdinar di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Selasa (12/11).
P E N Y I M P A N G A N P R O S E S P E L E L A N G A N

• Kontraktor utama P3SON Hambalang yaitu KSO AW mensubkontrakkan pekerjaan utama


yang seharusnya dikerjakan sendiri sesuai dengan ketentuan dalam Keppres 80 tahun 2003
pasal 32 (3), kepada perusahaan lain.
• Pelanggaran terkait Keppres Nomor 80 Tahun 2003. Penetapan pemenang lelang yang
tidak sesuai dengan ketentuan mengenai pelelangan Keppres Nomor 80 Tahun 2003.
Dimana pemenang lelang sudah ditentukan pada pagu anggaran yang belum di revisi dan
pengumuman mengenai informasi revisi pagu hanya diberitahukan kepada calon
pemenang lelang dan bukan diumumkan untuk diadakan pelelangan ulang. Penyimpangan
dalam penetapan pemenang lelang konstruksi yaitu Ses Kemenpora (WM) telah
melampaui wewenangnya dengan menetapkan pemenang lelang untuk pekerjaan bernilai
di atas Rp 50 Miliar tanpa memperoleh pelimpahan wewenang dari Menpora sebagai
pejabat yang berwenang menetapkan.
P E L A K S A N A A N P E K E R J A A N D A N P E M B AYA R A N

• Penyimpangan dalam proses pembayaran dan pencairan uang muka. RI selaku Kabag Keuangan Kemenpora tetap menyusun dan
menandatangani SPM, meskipun Pejabat Penguji Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Bendahara belum menandatangani dokumen SPP
dari PPK yang berarti belum menguji kelengkapan dan kebenaran tagihan sesuai tugasnya. SPM itu bersama dengan surat
Pertanggungjawaban Belanja dari WM selaku Ses Kemenpora diajukan ke KPPN untuk penerbitan SP2D. Hal tersebut tidak sesuai dengan
UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 4 ayat 1 huruf f yang menyebutkan bahwa “Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, berwenang: menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah
pembayaran.
• Penetapan RKA-KL Kemenpora tahun 2011 oleh Kementerian Keuangan, untuk pekerjaan konstruksi P3SON Hambalang sudah dilakukan
oleh Dirjen Anggaran meskipun persyaratan berupa Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang ada adalah
untuk skema pembiayaan tahun jamak, sementara itu persetujuan kontrak tahun jamak belum disetujui.
KESIMPULAN

• Berdasarkan laporan BPK terhadap proyek Hambalang, penulis dapat menyimpulkan adanya indikasi
penyimpangan terhadap peraturan perundangan dan atau penyalahgunaan wewenang dalam proses persetujuan
kontrak tahun jamak, dalam proses pelelangan, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan dalam proses pencairan
uang muka, yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam pembangunan P3SON. Hal ini terjadi disebabkan
oleh Sistem Pengendalian Intern yang tidak dijalankan dengan sebaik-baiknya, tidak mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang dapat menimbulkan terjadinya kerugian negara.

You might also like