Professional Documents
Culture Documents
TM6 - Kelompok 4
TM6 - Kelompok 4
BPHTB adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Yang dimaksud
dengan perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang
pribadi atau badan.
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi
1. a.
Jual beli;Pemindahan hak karena :
2. Tukar menukar;
3. Hibah;
4. Hibah wasiat;
5. Waris;
6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum
lain;
7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
Pasal 3
8.
9. Penunjukan
Pelaksanaanpembeli
putusandalam
hakimlelang;
yang mempunyai hukum tetap
(1) Objek pajak Bea Perolehan Hak atas kekuatan
10. Penggabungan usaha
Tanah dan Bangunan adalah perolehan Bea 11. Peleburan usaha
Perolehan Hak atas Tanah dan/atau 12. Pemekaran usaha atau
Bangunan. 13. Hadiah
0 20 40 60
Subjek Pajak
dan Wajib
Pajak
Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan. Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan yaitu orang pribadi atau
badan yang memperoleh Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan. (Berdasarkan PERDA Kota
Malang Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
BPHTBPasal 5 dan 6)
Dasar Pengenaan
Bea Perolehan Hak dan Bangunan adalah
NPOP
Pasal 7
1. Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah NPOP.
2. NPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal :
(Berdasarkan PERDA Kota Malang Nomor 15 Tahun 2010 Tentang BPHTBPasal 7 dan 8)
Lalu Mengalami Perubahan pada Perda Kota Malang Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor
15 Tahun 2010 Tentang BPHTB
4.Dalam hal NJOP Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), belum
ditetapkan pada saat terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, maka NJOP Pajak
Bumi Bangunan dapat dikeluarkan oleh instansi terkait dan bersifat hanya untuk sementara.
TARIF PAJAK
dan Saat a.jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani
akta; b.tukar menukar adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatangani akta;
Pajak
e.waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan
peralihan haknya ke instansi di bidang pertanahan;
f.pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani akta;
g.pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak
tanggal dibuat dan ditandatangani akta;
h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan
dari pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya
surat keputusan pemberian hak
Masa Pajak
SAAT TERUTANGNYA PAJAK BEA PEROLEHAN
HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DITETAPKAN UNTUK
dan Saat j.pemberian hak baru diluar pelepasan hak adalah sejak tanggal
diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;
k.penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan
Pajak
m.pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatangani akta;
n.hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani
akta;dan
o. lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang
lelang.
Ketentuan (1)Pemungutan Pajak dilarang
diborongkan.
P e n a g ihan
P asa l 1 7
(1)Pajak yang terutang berdasarkan SSPD, SKPDKB, SKPDKBT, surat keputusan pembetulan,
surat keputusan keberatan, dan putusan banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib
Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa.
(2)Penagihan pajak dengan surat paksa dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan pajak akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Kepala Daerah.
Keberatan dan Banding
Pasal 19
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas suatu :
a. SKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDLB; dan
d. SKPDN.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan- alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya surat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keberatan dapat dilakukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4),
dianggap
tidak sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atau tanda
pengiriman surat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.
Pasal 20
(1)Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama
12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus
memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2)Keputusan Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas keberatan dapat berupa
menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang
terutang.
(3)Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah lewat dan
Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberi suatu keputusan,
maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan
(Berdasarkan PERDA Kota Malang Nomor 15 Tahun 2010 Tentang BPHTB
Pasal 19 dan 20)
Pengurangan dan
Keringanan Pajak
(1) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk berdasarkan
permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan dan
keringanan pajak, dalam hal :
a.terjadi suatu bencana,
b.pemberian stimulus kepada masyarakat/ Wajib Pajak dengan memperhatikan kemampuan Wajib
Pajak,
c.usaha pengentasan kemiskinan,
d.usaha peningkatan perekonomian masyarakat, dan
e.terdapat alasan lain dari Wajib Pajak yang dapat dipertanggungjawabkan.