You are on page 1of 23

“BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH

DAN BANGUNAN (BPHTB)


KOTA MALANG”
Disusun oleh:
Kelompok 4

1.Yosef Ananta Hinsa (14) (213141507111042)

2.Angel Venus (15) (213141507111043)

3.Hilda Imeldiana Farera (16) (213141507111044)

4.Dian Puspita Dewi (17)(213141507111046)

5.Winda Damayanti (18) (213141507111049)


Pengertian Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan

BPHTB adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Yang dimaksud
dengan perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang
pribadi atau badan.
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Dasar hukum pemungutan Daerah,

BPHTB pada suatu 2. Peraturan Daerah kabupaten/kota


yang mengatur tentang BPHTB,
kabupaten / kota adalah
sebagaimana berikut : 3. Keputusan Bupati/Walikota yang
mengatur tentang BPHTB sebagai aturan
pelaksana peraturan daerah tentang
BPHTB pada kabupaten/kota yang
dimaksud
Dasar Hukum
Peraturan Daerah Kotamalang No
15 Tahun 20 10 Tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
No 4 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun
2010 Tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan bangunan
Objek Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi :

1. a.
Jual beli;Pemindahan hak karena :
2. Tukar menukar;
3. Hibah;
4. Hibah wasiat;
5. Waris;
6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum
lain;
7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
Pasal 3
8.
9. Penunjukan
Pelaksanaanpembeli
putusandalam
hakimlelang;
yang mempunyai hukum tetap
(1) Objek pajak Bea Perolehan Hak atas kekuatan
10. Penggabungan usaha
Tanah dan Bangunan adalah perolehan Bea 11. Peleburan usaha
Perolehan Hak atas Tanah dan/atau 12. Pemekaran usaha atau
Bangunan. 13. Hadiah

b. Pemberian hak baru karena :


14. kelanjutan pelepasan hak; atau
15. di luar pelepasan hak.
16.Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terdiri dari:
a.hak milik
b.hak guna usaha;
c.hak guna bangunan;
d.hak pakai;
e.hak milik atas
satuan rumah susun;
dan
Objek Pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan, yaitu objek pajak yang
diperoleh :

a. perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan perlakuan timbal


balik; Item
b. negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau 1
untuk
pelaksanaan pembangunan guna kepentingan
umum; atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan
c.badan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan Item
syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di luar fungsi 2

dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut;


d.orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan
hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama; Item
3
e. orang pribadi atau badan karena wakaf; dan
f. orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan
ibadah
Item
4

0 20 40 60
Subjek Pajak
dan Wajib
Pajak
Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan. Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan yaitu orang pribadi atau
badan yang memperoleh Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan. (Berdasarkan PERDA Kota
Malang Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
BPHTBPasal 5 dan 6)
Dasar Pengenaan
Bea Perolehan Hak dan Bangunan adalah
NPOP
Pasal 7
1. Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah NPOP.
2. NPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal :

a. jual beli adalah harga transaksi;


b. tukar menukar adalah nilai pasar;
c. hibah adalah nilai pasar;
d. hibah wasiat adalah nilai pasar;
e. waris adalah nilai pasar;
f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum adalah nilai pasar;
g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;
h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai
pasar;
i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai pasar;
j. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar;
k. penggabungan usaha adalah nilai pasar;
l. peleburan usaha adalah nilai pasar;
m. pemekaran usaha adalah nilai pasar;
n. hadiah adalah nilai pasar; dan/atau
o. penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang.
Pasal (8)
(1) Besarnya NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
(2)Dalam hal NPOP hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk
suami/istri, NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(Berdasarkan PERDA Kota Malang Nomor 15 Tahun 2010 Tentang BPHTBPasal 7 dan 8)
Lalu Mengalami Perubahan pada Perda Kota Malang Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor
15 Tahun 2010 Tentang BPHTB

Ketentuan Pasal 8 ayat (2)diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:


(3) Besarnya NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
(4)Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat,
termasuk suami/istri, NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
3.Jika NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, sampai dengan huruf n, tidak diketahui
atau lebih rendah dari NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada
tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan yang dipakai adalah NJOP Pajak Bumi dan
Bangunan.

4.Dalam hal NJOP Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), belum
ditetapkan pada saat terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, maka NJOP Pajak
Bumi Bangunan dapat dikeluarkan oleh instansi terkait dan bersifat hanya untuk sementara.
TARIF PAJAK

Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan


sebesar 5% (lima persen).
(Berdasarkan PERDA Kota Malang Nomor 15 Tahun
2010 Tentang BPHTB Pasal 9).
Wilayah Pemungutan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dipungut
di wilayah Daerah
Masa Pajak
SAAT TERUTANGNYA PAJAK BEA PEROLEHAN
HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DITETAPKAN UNTUK

dan Saat a.jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani
akta; b.tukar menukar adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatangani akta;

Terutangnya c.hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani akta;


d.hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatangani akta;

Pajak
e.waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan
peralihan haknya ke instansi di bidang pertanahan;
f.pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani akta;
g.pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak
tanggal dibuat dan ditandatangani akta;
h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan
dari pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya
surat keputusan pemberian hak
Masa Pajak
SAAT TERUTANGNYA PAJAK BEA PEROLEHAN
HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DITETAPKAN UNTUK

dan Saat j.pemberian hak baru diluar pelepasan hak adalah sejak tanggal
diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;
k.penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan

Terutangnya ditandatangani akta;


l.peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat
danditandatangani akta;

Pajak
m.pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatangani akta;
n.hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani
akta;dan
o. lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang
lelang.
Ketentuan (1)Pemungutan Pajak dilarang
diborongkan.

Pemungutan (2)Setiap Wajib Pajak wajib membayar


Pajak yang terutang berdasarkan

Pajak surat ketetapan pajak atau dibayar


sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan
peraturan perundang-undangan
perpajakan.
(3)Wajib Pajak yang memenuhi
kewajiban perpajakan berdasarkan
ketetapan Kepala Daerah dibayar
dengan menggunakan SKPD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(4)Dokumen lain yang dipersamakan
sebagaimana dimaksud pada ayat(3),
berupa karcis dan nota
perhitungan.
(5) Wajib Pajak
yang memenuhi
kewajiban
perpajakan sendiri
dibayar dengan
menggunakan
SPTPD, SKPDKB
dan/atau SKPDKBT.
Tata Cara Pembayaran dan
Penagihan sesuai pasal 16, 17, dan
18
Pembayaran
Pasal 16
(1) Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran Pajak yang
terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya Pajak.
(2)SPTPD,SKPD,SKPDKB,SKPDKBT,STPD,surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan,
dan putusan banding,yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah
merupakan dasar penagihan pajak dan harus di lunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan sejak tanggal diterbitkan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, dan tempat
pembayaran Pajak akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah

P e n a g ihan
P asa l 1 7
(1)Pajak yang terutang berdasarkan SSPD, SKPDKB, SKPDKBT, surat keputusan pembetulan,
surat keputusan keberatan, dan putusan banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib
Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa.
(2)Penagihan pajak dengan surat paksa dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan pajak akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Kepala Daerah.
Keberatan dan Banding
Pasal 19
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas suatu :
a. SKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDLB; dan
d. SKPDN.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan- alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya surat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keberatan dapat dilakukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4),
dianggap
tidak sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atau tanda
pengiriman surat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.
Pasal 20
(1)Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama
12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus
memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2)Keputusan Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas keberatan dapat berupa
menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang
terutang.
(3)Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah lewat dan
Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberi suatu keputusan,
maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan
(Berdasarkan PERDA Kota Malang Nomor 15 Tahun 2010 Tentang BPHTB
Pasal 19 dan 20)
Pengurangan dan
Keringanan Pajak
(1) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk berdasarkan
permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan dan
keringanan pajak, dalam hal :
a.terjadi suatu bencana,
b.pemberian stimulus kepada masyarakat/ Wajib Pajak dengan memperhatikan kemampuan Wajib
Pajak,
c.usaha pengentasan kemiskinan,
d.usaha peningkatan perekonomian masyarakat, dan
e.terdapat alasan lain dari Wajib Pajak yang dapat dipertanggungjawabkan.

(2)Tata cara pemberian pengurangan dan keringanan pajak akan


diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.
Sekian
Terimakasih

You might also like