You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By.

M
DENGAN FEBRIS DI RUANG DAHLIA
RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

Kelompok :
1. Roqimayatun Novitasari 1903053
2. Sandra Yustiana Puspitasari 1903054
definisi

Menurut ( Tamsuri. 20020 ) Febris (panas) dapat


didefenisikan keadaan ketika individual mengalami atau
berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh terus menurus lebih
dari 37,8 °C peroral atau 37,9°C perrectal karena faktor
eksternal.
TANDA DAN GEJALA

Berkeringat Sakit kepala Hilangnya nafsu makan


Dehidrasi

1 2 3 4 5

Menggigil
Nyeri sendi, nyeri otot
Klasifikasi
0
Fever
1
0 Hyperthermia

2
0 Malignant
Hyperthermia
3
Manifestasi klinis
0 Akut Limfoblastik 0 Chronic limfoblastik
leukimia (CLL)
1 Leukemia (ALL)
Pucat, mudah memar, letargi, 3 Limfadenopati generalisata, penurunan
anoreksia, malaise, nyeri berat badan, kelelahan, nafsu makan
tulang, nyeri perut, dan menurun, demam, keringat malam, infeksi.

0
perdarahan.
Chronic mielogenosa

0 Akut mielositik 4

leukemia (cml)
fase kronik : penurunan berat badan,

2 leukemia (AML)
Pucat, demam, nyeri tulang, dan
kekelahan, anoreksia, keringat malam, nyeri,
pembesaran limpa, memar, pucat, dyspnea,
gangguan ginjal
perdarahan kulit (mukosa) • Fase akut : demam, lelah, nyeri tulang yang
semakin progresif, leukosit meningkat,
trombosit menurun.
Patofisiologi & pathways
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan terkait dengan sumsum
tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah
besar dari sel pertamatama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang,
limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang
lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali dan splenomegali. Limfosit imatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer serta mengganggu perkembangan sel
normal. Akibatnya, hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit,
eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu
terdapat sel imatur. Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya dan mengarah kepembelahan sel yang cepat dan sitopenia atau penurunan
jumlah. Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena
penurunan imun. Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan
ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam
membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan
lunak yang disebabkan oleh infark tulang.
Defisit pengetahuan

Risiko ketidakseimbangan
Intoleransi aktivitas
cairan

Defisit nutrisi
Asuhan
keperawatan
pengkajian
Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat
tinggal, jenis kelamin, tanggal Riwayat kesehatan
lahir, umur, tempat lahir, asal
suku bangsa, nama orang tua, • Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya orang tua anak
pekerjaan orang tua, penghasilan mengeluhkan anak demam, nafas sesak, anak tampak
orang tua. bernafas cepat, terdapat petekie pada tubuh anak, anak
tampak letih. Anak mengeluh nyeri pada ekstremitas,
berkeringat pada malam hari, penurunan selera makan,
sakit kepala dan perasaan tidak enak badan.
• Riwayat kesehatan terdahulu : meliputi riwayat
kehamilan/persalinan, riwayat pertumbuhan dan
perkembangan, riwayat pemberian imunisasi, riwayat
nutrisi, infeksi-infeksi sebelumnya, dan pengobatan yang
pernah dialami.
• Riwayat kesehatan keluarga : mencakup riwayat keturunan
di dalam keluarga.
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran composmentis sampai koma, hipertensi,
takikardi, suhu tubuh tinggi, pernafasan takipnea sesak napas.

b. Kepala-leher : Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang


ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening.
Pemeriksaan
c. Mata : konjungtiva anemis, perdarahan retina. a. penunjang
Pemeriksaan darah.

d. Hidung : epistaksis. b. Pemeriksaan sumsum tulang.

e. Mulut : terjadi perdarahan pada gusi. c. Lumbal punksi.

f. Thorax : nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura. d. Biopsi limpa.

g. Abdomen : hepatomegali, spenomegali, limfadenopati, nyeri abdomen.

h. Kulit : terdapat petekie pada tubuh akibat perdarahan.

i. Ekstremitas : terasa nyeri terutama pada persendian apabila digerakkan.


Diagnosa &
rencana tindakan
Keperawatan
Dx 1 : Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan dibuktikkan dengan nyeri abdomen, membran mukosa pucat.
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam, maka defisit nutrisi akan teratasi dengan kriteria
hasil : status nutrisi membaik, fungsi gastrointestinal membaik, berat badan membaik.

Intervensi :
Manajemen nutrisi
- Identifikasi status nutrisi.
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan. Pemantauan nutrisi
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu. - Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi.
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu. - Identifikasi kelainan pada kulit.
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis : pereda nyeri, - Monitor mual dan muntah.
antlemetik), jika perlu. - Monitor warna konjungtiva.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis- Ukur antropometrik komposisi tubuh.
nutrien yang dibutuhkan, ika perlu. - Dokumentasikan hasil pemantauan.
Promosi berat badan - Jelaskan tujuan & prosedur pemantauan.
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang. - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
- Monitor adanya mual muntah.
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien.
- Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai.
- Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan.
Dx 2 : Risiko ketidakseimbangan cairan dibuktikkan dengan penyakit ginjal dan kelenjar

Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam, maka risiko ketidakseimbangan cairan
akan teratasi dengan kriteria hasil : keseimbangan cairan meningkat, status nutrisi membaik, tingkat mual/muntah
menurun.

Pemantauan cairan
Intervensi : - Monitor frekuensi napas.
Manajemen cairan - Monitor elastisitas atau turgor kulit.
- Monitor status hidrasi. - Monitor intake-output cairan.
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium. - Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan
- Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 cairan.
jam. - Atur interval waktu pemantauan sesuai
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan. dengan kondisi pasien.
- Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu - Dokumentasikan hasil pemantauan.
- Jelaskan tujuan & prosedur pemantauan.
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikkan dengan merasa
lemah, mengeluh lelah.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam, maka intoleransi aktivitas akan teratasi
dengan kriteria hasil : toleransi aktivitas meningkat, tingkat keletihan menurun.

Terapi aktivitas
Intervensi : - Identifikasi defisit tingkat aktivitas.
Manajemen energi - Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan.
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang - Monitor respon emosional, fisik, sosial, dan spiritual
mengakibatkan kelelahan. terhadap aktivitas.
- Monitor kelelahan fisik dan emosional. - Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama dialami.
melakukan aktivitas. - Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas
- Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan. yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat sosial.
berpindah atau berjalan. - Koordinasikan aktivitas yang dipilih.
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap. - Fasilitasi aktivitas fisik rutin, sesuai kebutuhan.
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi - Libatkan keluarga dalam aktivitas.
kelelahan. - Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih.
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara - Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
meningkatkan asupan makanan. partisipasi dalam aktivitas.
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program aktivitas, jika sesuai.
Dx 4 : Nyeri kronik berhubungan dengan gangguan imunitas dibuktikkan dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis, tidak mampu menuntaskan aktivitas
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam, maka nyeri kronik akan teratasi dengan kriteria hasil :
tingkat nyeri menurun, kontrol nyeri meningkat, mobilitas fisik meningkat, status kenyamanan meningkat, tingkat ansietas
menurun.
Intervensi :
Manajemen nyeri Perawatan kenyamanan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, - Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mual, nyerim gatal, sesak).
intesitas, skala nyeri. - Berikan kompres dingin/hangat.
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri. - Dukung keluarga/pengasuh terlibat dalam terapi/pengobatan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik. - Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/pengobatan yang
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri. diinginkan.
- Fasilitasi istirahat & tidur. - Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan.
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu. - Ajarkan latihan pernafasan.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri. - Kolaborasi pemberian analgesic, antipruritus, antihistamin, jika perlu.
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. Terapi relaksasi
Perawatan kenyamanan - Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi,
- Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mual, nyerim atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif.
gatal, sesak). - Monitor respon terhadap terapi relaksasi.
- Berikan kompres dingin/hangat. - Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
- Dukung keluarga/pengasuh terlibat dalam terapi/pengobatan. dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan.
- Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/pengobatan - Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama.
yang diinginkan. - Jelakan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis.
- Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan. musik, meditasi, napas dalam, dll).
- Ajarkan latihan pernafasan. - Anjurkan mengambil posisi nyaman.
- Kolaborasi pemberian analgesic, antipruritus, antihistamin, jika
perlu.
implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing
oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping.

evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi berisi Subjektif(S), Objektif(O),
Analisis(A), dan Planning (P).
Terima
kasih!!

You might also like