BAB 14

MEMAHAMI BASIS KAS

VERSUS BASIS AKRUAL PADA
AKUNTANSI ANGGARAN
A. PERJALANAN REFORMASI
AKUNTANSI KEUANGAN
PEMERINTAH DI INDONESIA
Perjalanan Panjang penerapan
akuntansi pemerintahan di Indonesia
tidak bisa lepas dari perkembangan
social politik yang memengaruhi
perubahan system politik dan
pemerintahan di Indonesia.
Perubahan system politik dan
pemerintahan tersebut berdampak
pada perubahan perundang-
undangan yang mengatur
pengelolaan keuangan negara,
termasuk akuntansinya, karena
penerapan system akuntansi dari
suatu negara akan sangat
bergantung pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku
pada negara yang bersangkutan
(Dwi Ratna, 2010).
4 TAHAP AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH (RITONGA, 2010)

TAHAP PERTAMA: PERIODE TAHUN 1974-1999

Pada periode ini disebut dengan periode prareformasi .

Pada masa ini belum ada undang-undang yang mengatur secara spesifik tentang
akuntansi pemerintaha. Semua pengelolaan keuangan negara, termasuk akuntansi
pemerintahannya, diatur menggunakan aturan perundang-undangan yang
merupakan warisan belanda.
Sistem pencatatan yang dilakukan masih sangat sederhana, yaitu menggunakan
system tata buku tunggal berbasis kas, sehingga disebut juga periode system
akuntansi tradisonal, yang lebih berbentuk kegiatan “pembukuan” bukan kegiatan
“akuntansi”.
 TAHAP KEDUA: PERIODE REFORMASI AWAL TAHUN 2000-2005

Pada periode kedua perjananan praktik akuntansi pemerintahan di Indonesia ini juga
tidak bisa lepas dari pengaruh reformasi politik yang terjadi pada saat itu.

Pada periode ini merupakan masa reformasi dengan ditandai jatuhnya rezim orde
baru yang berkuasa selama 32 tahun. Ada dua undangn-undang yang menjadi
tonggak ditetapkannya otonomi daerah, yaitu UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Perubahan mendasar lainnya pada system akuntansi pemerintahan adalah adanya
pergeseran dari system pencatatan single entry dan berbasis kas, menjadi double
entry dan berbasis kas modifikasian.
 TAHAP KETIGA: RERIODE REFORMASI LANJUTAN TAHUN 2005-2010

Pada periode ini merupakan kelanjutan dari periode sebelumnya yaitu melanjutkan re-
formasi pengelolaan keuangan negara (daerah) dengan ditetapkannya tiga paket un-
dang-undang tentang keuangan negara, yakni UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuan-
gan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Ne-
gara.

Perubahan mendasar pada system akuntansi pemerintaha pada pemerintahan ini

adalah perlunya penyusunan system akuntansi keuangan daerah yang mensyaratkan
adanya standar akuntansi pemerintaha dan prosedur akuntansi keuangan daerah
untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan keuangan. Oleh karena itu lahirlah PP
No. 24 Tahun 2005 dan PP No. 58 Tahun 2005 untuk mengatur pengelolaan keuangan
daerah. Pada periode ini pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
menggunakan basis cash toward accrual.

Text Here
 TAHAP KEEMPAT: PERIODE PENERAPAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS AKRUAL TAHUN 2010-SEKARANG

Sama halnya dengan tahap ketiga, periode ini merupakan lanjutan dari bagian re-
formasi keuangan negara (daerah), terutama dalam hal akuntansi pemerintahan.

Reformasi yang terjadi adalah dimulainya penerapan akuntansi pemerintahan

berbasis akrual dengan dikeluarkannya PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP, yang
menggantikan PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP, yang telah berlaku selama 5
tahun. Periode ini dianggap lanjutan dari bagian reformasi keuangan negara karena
pada dasarnya penerapan basis akrual telah diamanatkan oleh UU No. 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara Pasal 36 ayat 1 dan dipertegas lagi oleh Pasal 70
ayat 2 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
B. BASIS KAS VERSUS BASIS
AKRUAL: KONSEP DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM
AKUNTANSI ANGGARAN
Akuntansi berbasis kas adalah basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar,
yang digunakan untuk pengakuan pendapatan
belanja dan pembiayaan. Sementara itu, akuntansi
berbasis akrual berarti bahwa pendapatan belanja,
pembiayaan, asset, kewajiban, dan ekuitas dana
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi,
atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar (Ritonga, 2010).
 PERBANDINGAN AKUNTANSI KAS VERSUS AKUNTANSI AKRUAL
Karateristik Akuntansi Kas
Operasionalisasi Relatif sederhana
Hubungannya dengan system Relatif kuat
pendapatan dan anggaran
tradisional
Cakupan transaksi Mencatat hanya transaksi yang
menghasilkan pembayaran dan
penerimaan kas
Waktu Mencata hanya transaksi yang
terjadi pada periode akuntansi
yang relevan
Audit dan pengendalian Relatif sederhana
Akuntansi Akrual
Relatif rumit/kompleks
Relatif lemah
Mencatat transaksi nonkas
yang diestimasi dengan baik
Mencatat pengaruh estimasi di
masa mendatang dari transaksi
saat ini dan perubahan
kebijakan
Relatif harus dilakukan
C. PERKEMBANGAN
AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
DI BERBAGAI NEGARA
 IMF merupakan Lembaga yang paling
terdepan dalam mendukung penerapan
akuntansi sektor publik berbasis
akrual. Saat ini IMF memiliki publikasi
statistic yang dinamai Government
Financial Statistic Manual, yang
menyajikan statistic pendapatan dan
belanja pemerintah dalam basis akrual.
D. PRO-KONTRA MENGADOPSI
AKUNTANSI AKRUAL DALAM
SEKTOR PUBLIK
Manfaat utama dari system akuntansi akrual adalah
pendapatan dan belanja pemerintah dapat
dialokasikan secara tepat setiap saat. Dalam hal ini,
akuntabilitas dapat diimplementasikan secara lebih
baik dengan akuntansi akrual, yang mengakui beban
pada saat transaksi terjadi, dibandingkan akuntansi
kas, yang mengakui beban saat dibayarkan.

Selain itu, terdapat juga sejumlah kritik atas

penerapan akuntansi akrual di sector public. Cakupan
kritik meliputi dari masalah Teknik seperi penilaian
asset, sampai ke pertanyaan yang lebih luas terkait
perbedaan kebutuhan akuntansi sector public dengan
sector swasta dan akuntabilitas demokratis.
THANK YOU