You are on page 1of 29

FILOSOFI Ir. Agus Ika Putra, Dipl.

Eng,

SPESIFIKASI M.Phil.
PENGERTIAN
Spesifikasi secara umum
merupakan salah satu bagian
dari Dokumen Kontrak
yang berisi himpunan semua
persyaratan teknik setiap Setiap penyedia jasa
bagian pekerjaan dalam konstruksi dituntut untuk
cakupan kontrak menguasai dengan baik
spesifikasi yang berlaku bagi
pekerjaan sipil yang
ditanganinya, agar supaya hasil
pekerjaan yang dilaksanakan
sesuai dengan yang dituntut
oleh pemilik/pengguna jasa
MAKSUD SPESIFIKASI
1. Sebagai pedoman bagi
peserta lelang dalam mengajukan
penawaran Seluruh pihak yang
2. Sebagai pedoman bagi terlibat mempunyai
Pelaksana Jasa Konstruksi dalam SATU REFERENSI
melaksanakan pekerjaan
dalam menentukan
3. Sebagai pedoman bagi kebijakan teknik dalam
Konsultan Jasa Konstruksi dalam proyek yang ditangani.
mengawasi dan memberikan
pengarahan terhadap semua
pekerjaan yang dilaksanakan
JENIS-JENIS SPESIFIKASI
1. End Result Spesification (Spesifikasi Hasil Spesifikasi Bina Marga
Akhir), yaitu jenis spesifikasi di mana yang lebih condong kepada
jenis spesifikasi yang
disyaratkan adalah dimensi dan kualitas hasil akhir terakhir (No.3). Karena
yang harus dicapai, tanpa mempersoalkan metode spesifikasi ini memberikan
kerja untuk mencapai hasil akhir tersebut. bimbingan cara
pelaksanaan langkah
2. Spesification by Process (Spesifikasi Proses demi langkah agar
kerja), yaitu jenis spesifikasi di mana yang diatur diperoleh hasil yang
adalah semua ketentuan yang harus dilaksanakan sesuai yang diharapkan.
selama proses pelaksanaan pekerjaan. Dengan
mengatur proses, diharapkan hasil kerja akan
sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini juga memberi
kemudahan kepada
3. Multistep and Method Spesification yaitu kontraktor yang baru
spesifikasi yang mengatur semua langkah, pertama kali menangani
material, metode dan hasil kerja yang diharapkan. pekerjaan jalan dan
jembatan
STRUKTUR SPESIFIKASI BINA
MARGA
Secara umum struktur Terdiri atas 10 DIVISI:
spesifikasi dibagi dalam 4
bagian: 1. Umum
2. Drainase
1. Umum 3. Pekerjaan Tanah
2. Pekerjaan Utama 4. Pelebaran Perkerasan Dan Bahu Jalan
5. Perkerasan Berbutir Dan Perkerasan Beton Semen
3. Pengembalian Kondisi 6. Perkerasan Aspal
dan Pekerjaan Minor 7. Struktur

4. Pekerjaan Pemeliharaan 8. Pengembalian Kondisi Dan Pekerjaan Minor


9. Pekerjaan Harian
Rutin
10. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin
STRUKTUR DIVISI
Struktur Divisi dibagi dalam
beberapa Seksi setiap Seksi
dibagi dalam beberapa Pasal:
1. Deskripsi atau Lingkup
Pekerjaan
2. Bahan atau Material
3. Metode Pelaksanaan dan
Peralatan yang digunakan
4. Sistem Pengendalian Mutu
atau Persyaratan Hasil Akhir
5. Pengukuran dan
Pembayaran
LINGKUP PEKERJAAN UTAMA
1. Pelapisan Struktural
2. Pelapisan Non Struktural
3. Pelaburan Non Struktural
4. Pengerikilan Kembali Jalan Tanpa Berpenutup
Aspal / Bahan Berpengikat Lainnya
5. Penambahan / Rekonstruksi Bahu Jalan
Sepanjang Jalan Berpenutup Bahan
Berpengikat
6. Penambahan atau Rekonstruksi Bangunan
Pelengkap
7. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Baru atau
Penggantian Jembatan Lama
LINGKUP PEKERJAAN UTAMA
1. Pelapisan Struktural 1. Pelapisan Struktural
2. Pelapisan Non Struktural i. Overlay dengan lapisan aspal yang
3. Pelaburan Non Struktural terdiri dari perataan dan perkuatan
4. Pengerikilan Kembali Jalan yang ditunjukkan dalam Gambar.
Tanpa Berpenutup Aspal /
Bahan Berpengikat Lainnya ii. Pekerjaan penghamparan Lapis
5. Penambahan / Rekonstruksi Pondasi Agregat untuk rekonstruksi
Bahu Jalan Sepanjang Jalan ruas jalan terdiri dari Lapisan
Berpenutup Bahan Berpengikat
Pondasi dan diikuti dengan salah
6. Penambahan atau Rekonstruksi
Bangunan Pelengkap
satu jenis pelapisan permukaan
7. Pekerjaan Pembangunan yang disebutkan di atas.
Jembatan Baru atau
Penggantian Jembatan Lama
LINGKUP PEKERJAAN UTAMA
1. Pelapisan Struktural 1. Pelapisan Non Struktural
2. Pelapisan Non Struktural i. Overlay dengan lapisan beraspal,
3. Pelaburan Non Struktural seperti
4. Pengerikilan Kembali Jalan ii. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR), Hot
Tanpa Berpenutup Aspal /
Rolled Sheet Wearing Course (HRS-
Bahan Berpengikat Lainnya
WC),
5. Penambahan / Rekonstruksi
Bahu Jalan Sepanjang Jalan iii. Asphalt Concrete Wearing Course (AC-
Berpenutup Bahan Berpengikat WC),
6. Penambahan atau Rekonstruksi iv. Lapis Tipis Aspal Buton Pasir
Bangunan Pelengkap
(LATASBUSIR) atau Campuran Dingin
7. Pekerjaan Pembangunan untuk meratakan permukaan dan
Jembatan Baru atau
Penggantian Jembatan Lama menutup perkerasan lama yang stabil
dengan atau tanpa lapis perata.
LINGKUP PEKERJAAN UTAMA
1. Pelapisan Struktural 1. Pelapisan Non Struktural
2. Pelapisan Non Struktural Pelaburan memakai Laburan Aspal Satu
3. Pelaburan Non Struktural Lapis (BURTU) atau Laburan Aspal Dua
4. Pengerikilan Kembali Jalan Lapis (BURDA) pada perkerasan jalan lama
Tanpa Berpenutup Aspal / dengan lalu lintas rendah, dimana
Bahan Berpengikat Lainnya permukaan perkerasan tersebut cukup rata
5. Penambahan / Rekonstruksi dan mempunyai punggung jalan (camber)
Bahu Jalan Sepanjang Jalan
Berpenutup Bahan Berpengikat
yang memenuhi.
6. Penambahan atau Rekonstruksi
Bangunan Pelengkap
7. Pekerjaan Pembangunan
Jembatan Baru atau
Penggantian Jembatan Lama
LINGKUP DAN URUTAN KEGIATAN DALAM PEKERJAAN
PENGENDALIAN MUTU (1)
Ada 2 fungsi utama dari percobaan Catatan Penting:
pengendalian mutu berdasarkan kontrak: Hindari penolakan
1. Pengendalian Mutu Bahan, yaitu (rejected) pekerjaan
memastikan bahan-bahan yang dipakai setelah produk
adalah cocok dan memuaskan. Pengujian terpasang.
kualitas bahan dilaksanakan dengan baik Antisipasi:
dan dilaporkan sebelum dan sesudah
Lakukan tindakan-
bahan tersebut dikerjakan. tindakan
2. Pengendalian mutu pengerjaan (atau pencegahan, dengan
penerimaan), yaitu memastikan bahwa komitmen dan kemauan
hasil pekerjaan memenuhi standar yang bersama seluruh pihak
telah ditentukan dalam spesifikasi. untuk menghasilkan
Kemudian melaporkannya dengan baik. mutu yang baik.
PENGENDALIAN MUTU (2)
Pelaksanaan Pengendalian Mutu: Pastikan peralatan
dan bahan yang
1. Diusahakan sesegera mungkin, diperlukan untuk
segera sebelum dan setelah dikerjakan. pengendalian mutu
sudah tersedia di
2. Semua keputusan/hasil dicatat dengan lapangan dan
sempurna dan diarsipkan dengan baik. berfungsi dengan baik
3. Secepatnya dievaluasi, jika terjadi
kualitas yang tidak diinginkan segera Pastikan petugas
dapat diketahui untuk mengambil pengendali mutu
tindakan perbaikan dan berada di lapangan
penyempurnaan. termasuk juga dari
pihak pelaksana
PENGENDALIAN MUTU (3)
Tugas Pengendali Mutu
1. Mengawasi secara intensif Lab. Teknisi Kontraktor dalam
melaksanakan pengujian, pengambilan contoh, ketelitian
pengujian dan pembuatan laporan.
2. Memberi petunjuk contoh yang cocok harus diambil, frekwensi
pengambilan contoh dan frekwensi jumlah pengujian.
3. Memastikan semua pelaporan menggunakan formulir
laboratorium standar dan mengarsipkannya secara baik.
4. Memberikan catatan apakah material atau pekerjaan diterima
atau ditolak dan memberikan saran-saran.
5. Jika diperlukan, dapat melakukan pemeriksaan dan pengujian
secara terpisah yang mungkin diperintahkan pengguna jasa
dalam suatu laporan yang terpisah dari laporan yang disusun
kontraktor.
PENGENDALIAN MUTU (4)
Pengambilan Contoh
1. Proses pengambilan contoh/sampel harus disesuaikan dengan standar yang
berlaku. Misalnya Standar AASHTO untuk: Batu, Kerikil, Pasir (T2), Bahan
bitumen (T40), Campuran bitumen (T168), Beton (T141) dan Tanah (T86).
2. Pengambilan Contoh bahan/material dari truk, belt conveyor, hot bin AMP harus
dilakukan sedemikian rupa agar dapat mewakili seluruh bahan/material.
3. Container atau wadah yang digunakan untuk mengisi contoh material harus
cukup kuat dan disesuaikan dengan volume-jumlah contoh material yang akan
diambil. Kemudian diberi label yang jelas (penomoran, sumber, jenis, tanggal,
nomor kontrak) dan awet/tidak mudah rusak.
4. Jika lokasi pengujian cukup jauh maka cara pengangkutan contoh ke lokasi
pengujian harus menjamin bahwa contoh tidak rusak
5. Ruangan penyimpanan contoh bahan harus menjamin bahwa material yang
disimpan tidak berubah sifatnya (pengaruh suhu, cuaca, segregasi, kontaminasi
dll)
PENGENDALIAN MUTU (5)
Tertib Administrasi-Perencanaan
Tertib administrasi dalam pengendalian mutu harus Sebaiknya
direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat seluruh item
menjawab masalah-masalah berikut: tersebut
disepakati
1. Pengendalian Mutu untuk item pekerjaan apa?
bersama antara
2. Cara atau metode apa yang akan digunakan? Pelaksana dan
Pengawas
3. Apa persyaratan kualitas yang harus dipenuhi?
sesuai dengan
4. Berapa jumlah contoh test atau frekuensi pengujian? Spesifikasi
sebelum
5. Kapan harus dilakukan pengujian pengendalian
pekerjaan di
mutu?
mulai
6. Apa sajakah formulir standar yang digunakan?
PENGENDALIAN MUTU (6)
Peralatan yang diperlukan antara lain
1. Laboratorium
a. Atterberg limit test
b. Analisa Saringan-Hidrometer
c. California Bearing Ratio (CBR) test
d. Kepadatan Proktor
e. Abrasion test (Los Angeles Machine)
f. Pemeriksaan Berat Jenis
g. Ekstraksi Campuran Aspal
h. Kuat Tekan Beton

2. Pengujian Lapangan
a. Kepadatan Lapangan (Sand Cone)
b. CBR (DCP)
c. Core Drill
d. Termometer Aspal
e. Slump Test
f. Speedy Test

3. Dan lainnya sesuai Spesifikasi


PERSYARATAN, JUMLAH
CONTOH, JUMLAH
TEST/PENGUJIAN UNTUK TIAP
PEKERJAAN
DEMIKIAN, TERIMAKASIH

You might also like