You are on page 1of 29

Penetapan Biaya Target (Target Costing)

Penetapan Biaya Target


3 metode penetapan biaya yang umum digunakan oleh perusahaan
manufaktur menitikberatkan pada pengembangan produk baru,
kecepatan manufaktur dan efisiensi. Ketiga metode tersebut adalah :
Penetapan biaya target (target costing)
Teori Kendala (theory of constraint)
Perhitungan biaya siklus hidup (life cycle costing)
Elemen umum dari ketiga metode tersebut terlibat dengan siklus
hidup produk.

Konsep dasar Penetapan Biaya Target adalah


Penetapan biaya berdasarkan target, dimana perusahaan menentukan
biaya yang harus dikeluarkan untuk barang atau jasa, berdasarkan harga
pasar persaingan, dengan demikian perusahaan dapat memperoleh laba
yang diharapkan.

Biaya target dapat dihitung dengan formula :

Penetapan biaya target = harga persaingan – laba yang diharapkan


Perusahaan mempunyai 2 pilihan untuk menurunkan biaya sampai pada
level biaya target:
1.Dengan mengintegrasikan teknologi produksi baru, menggunakan teknik-
teknik manajemen biaya yang canggih seperti perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas (activity-based costing, dan mencari produktivitas
yang lebih tinggi.
2.Dengan melakukan desain ulang terhadap barang atau jasa. Metode ini
menguntungkan bagi banyak perusahaan karena mengakui bahwa
keputusan-keputusan atas desain sangat memengaruhi total biaya selama
siklus hidup produk. Hal ini dimaklumi karena dibutuhkan biaya yang cukup
besar untuk melakukan desain produk dan jasa.
Banyak perusahaan menggunakan kedua pilihan tersebut yaitu usaha
untuk mencapai keuntungan, peningkatan produktivitas dan penetapan
biaya berdasarkan target untuk merancang produk dengan biaya rendah.

Jadi dapat disimpulkan : Target Costing adalah system perencanaan laba


dan manajemen biaya. Dalam target costing, fitur yang diperlukan dan
kinerja produk yang diusulkan ditetapkan. Selanjutnya target costing
menentukan biaya siklus hidup di mana produk harus diproduksi, untuk
menghasilkan tingkat keuntungan yang diinginkan
perusahaan.
Yang perlu dicatat adalah target costing bukanlah metode untuk
penentuan biaya produk tetapi target costing merupakan teknik untuk
manajemen biaya.
Berikut contoh konsep penetapan biaya target :
Berdasarkan riset pasar ditetapkan bahwa perusahaan diharapkan dapat
menjual 50.000 unit produk pada tahun 2015 dengan harga per unit sebesar
Rp. 190.000. Marjin laba ditetapkan sebesar 32,65% daru harga jual target.

Untuk menyelesaikan soal tersebut, kita akana menggunakan 5 tahap


penerapan penetapan biaya berdasarkan target ( target costing)
1.Menentukan harga pasar target
Dari soal di atas diketahui harga pasar target sebesar Rp. 190.000 per unit
2.Menentukan laba yang diharapkan
Laba yang diharapkan dapat dihitung persentase margin dikalikan dengan
harga pasar target :
Margin laba target = % Margin laba x Harga jual target
Margin laba target = 32,65% x Rp. 190.000 = Rp. 60.035
3. Menghitung biaya target pada harga pasar dikurangi laba yang
diharapkan
Biaya target = Harga jual target – Margin laba target
Biaya target = Rp. 190.000 - Rp. 60.035 = Rp. 127.965

4. Menggunakan rekayasa nilai untuk menentukan cara menurunkan biaya


produk, agar biaya produk yang direalisasi dapat sesuai dengan biaya target.
5. Menggunakan perhitungan biaya kaizen dan pengendalian operasi, untuk
terus menurunkan biaya.
Berikut 3 langkah untuk memahami proses target costing

Product-level
Market-driver Target Costing Target Costing

Market Target Target Allowable Cost


Condition Selling Price profit
margin

Strategic cost
reduction challege
Componen-level Target
Costing

Product-level Component-level Supplier


target cost target cost

Target cost
reduction
objective

Current cost
1. Market-driven costing
 Harga target penjualan adalah harga pasar yang diantisipasi untuk
produk, yand didasarkan pada pertimbangan pasar, seperti kebutuhan
dan harapan pelanggan serta tujuan strategis bisnis untuk produk itu.
 Selanjutnya ditentukan margin laba target, yang didasarkan atas
penilaian return on sale yang dibutuhkan untuk menghasilkan
keuntungan yang dapat diterima pada produk.
 Berdasarkan informasi ini, biaaya yang diijinkan (allowable cost)
dapat diperkirakan, yang merupakan biaya target untuk memproduksi
produk, jika ingin dijual dengan harga jual target dan menghasilkan
tingkat pengembalian (rate of return) yang diperlukan oleh bisnis.
 Allowable cost adalah biaya target seperti dalam contoh yang lalu dan
dihitung dengna mengurangi harga jual target dengan margin laba
target.
 Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa allowable cost adalah
sebesar Rp. 127.965

Biaya yang diijinkan = Harga jual target – Margin laba target


Biaya yang diijinkan = Rp. 190.000 - Rp. 60.035 = Rp. 127.965
2. Product-level target costing
Tingkat pengurangan biaya yang diperlukan untuk mencapai biaya yang
diijinkan disebut tujuan pengurangan biaya (cost reduction
objective). Untuk menghitung tujuan pengurangan biaya ini, perusahaan
perlu memperkirakan biaya, termasuk biaya hulu dan hilir, biaya desain
saat ini dan sumber daya yang disebut dengan biaya saat ini ( current
cost). Misalnya biaya saat ini yang diperkirakan dalam anggaran siklus
hidup adalah Rp. 200.000. Tujuan pengurangan biaya adalah
mengetahui perbedaan antara biaya yang diijinkan ( allowable cost) dan
biaya saat ini (current cost). Dalam contoh yang lalu tujuan
pengurangan biaya sebesar Rp. 72.040 (yaitu biaya saat ini sebesar Rp.
200.000 dikurangi dengan biaya yang diijinkan sebesar Rp. 127.960)
Tujuan pengurangan biaya = Biaya saat ini – Biaya yang diijinkan
Tujuan pengurangan biaya = Rp. 200.000 - Rp. 127.960 = Rp. 72.040
Beberapa bisnis membedakan antara bagian yang dapat dicapat dan
bagian yang tidak dicapai dari tujuan pengurangan biaya. Bagian yang
dapat dicapai disebut tujuan pengurangan biaya target dan ditentukan
dengan membuat penilaian yang realistis dari kemampuan desainer dari
produk.
Biasanya tugas ini dilakukan oleh tim lintas fungsi yang dibentuk untuk
mengelola proses biaya target.
Dalam menetapkan tujuan pengurangan biaya target, bisa saja terjadi
negosiasi yang meluas antar anggota tim untuk menemukan mana dalam
rantai nilai yang dapat ditemukan penghematan biaya.
Biaya target tingkat produk dapat ditentukan dengan mengetahui
perbedaan antara biaya saat ini (current cost) dan tujuan pengurangan
biaya target.
Penghematan biaya = Biaya saat ini – pengurangan biaya target
Pengurangan biaya target = Biaya saat ini – penghematan biaya
Pengurangan biaya target = Rp. 200.000 – Rp. 50.000 = Rp. 150.000
Tantangan pengurangan biaya strategis = Pengurangan biaya target – biaya yang diijinkan
= Rp. 150.000 – Rp. 127.960 = Rp. 22.040
Penghematan biaya = Biaya saat ini – pengurangan biaya target
Pengurangan biaya target = Biaya saat ini – penghematan biaya
Pengurangan biaya target = Rp. 200.000 – Rp. 50.000 = Rp. 150.000
Tantangan pengurangan biaya strategis = Pengurangan biaya target – biaya yang diijinkan
= Rp. 150.000 – Rp. 127.960 = Rp. 22.040

Contoh ilustrasi :
Perusahaan melalui tim insinyur desainnya memperkirakan dapat mencapai
penghematan biaya (cost saving) sebesar Rp. 50.000 per unit. Pengurangan
biaya target tingkat produk sebesar Rp. 150.000 yang dihitung dari biaya
saat ini sebesar Rp. 200.000 dikurangi dengan penghematan biaya sebesar
Rp. 50.000.
Bagian yang tidak dapat dicapai dari tujuan pengurangan biaya target
diistilahkan dengan tantangan pengurangan biaya strategis, ditentukan
sebesar Rp. 22.040 yang dihitung dari pengurangan biaya target tingkat
produk sebesar Rp. 150.000 dikurangi biaya yang diijinkan (allowable cost)
sebesar Rp. 127.960
3. Component-level target costing
Target costing memecah biaya target tingkat produk menjadi target untuk
subperakitan utama dan komponen produk baru. Dengan cara ini tiap-tiap
area utama bisnis akan memiliki biaya target sendiri dan pengurangan
biaya untuk mencapai tujuan.

Rekayasan nilai digunakan dalam target costing dengan tujuan mengurangi


biaya produk dengan menganalisis trade-off antara berbai jenis fungis
produk (fitur produk) dan biaya produk total.
Langkah penting pertama dalam rekayasa nilai adalah melakukan analisis
konsumen selama tahap desain produk baru atau produk yang direvisi.
Manfaat Target Costing :
Meningkatkan kepuasan pelanggan, yaikni desain difokuskan pada nilai-
nilai pelanggan
Mengurangi biaya, melalui desain yang lebih efisien dan efektif
Membantu perusahaan mencapai profitabilitas yang diinginkan pada
produk baru da produk yang didesain ulang
Dapat mengurangi total waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan produk,
melalui peningkatan koordinasi manajer desain, manufaktur dan pemasaran
Dapat meningkatkan kualitas produk secara menyeluruh, melalui desai yang
dikembangkan secara hati-hati dan isu-isu manufaktur yang dianggap penting
dipertimbangkan secara jelas dalam tahap desain.
Memfasilitasi koordinasi desain, manufaktur, pemasaran dan manajemen
biaya dalam menentukan biaya produk biaya (product cost) dan siklus hidup
penjualan (sales life cycles)
Perhitungan Biaya Kaizen
Perhitungan biaya berdasarkan taget dan kaizen adalah metode-metode
yang salaing melengkapi yang dapat digunakan untuk menurunkan biaya
dan meningkatkan nilai secara berkelanjutan.

Teori Kendala
Teori Kendala (theory of constraint) yang disingkat dengan TOC
merupakan teknik yang digunakan untuk meningkatkan kecepatan proses
produksi. Bagaimana kecepatan diukur dan ditingkatkan pada seluruh siklus
hidup biaya.
Waktu siklus produksi (cycle time, lead time atau throughput time)
umumnya didefinisikan sebagai berikut :
Waktu Siklus produksi = Jumlah Waktu Antara Penerimaan Pesanan dan Pengiriman Pesanan

Ukuran lainnya yang berguna adalah efisiensi siklus produksi (manufacturing


cycle efficiency) atau yang biasa disingkat dengan MCE, yang merupakan
rasio antara waktu pemrosesan dengan total waktu siklus.
MCE = Waktu Pemrosesan
Total Waktu Siklus
Langkah-langkah dalam Analisis Teori Kendala
Teori Kendala adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengatur kendala dalam proses produksi sehingga dapat mempercepat
arus produk dalam pabrik.

Berikut 5 langkah dalam analisis TOC :


1.Mengidentifikasi Kendala
Akuntan manajemen bekerja bersama manajer produksi dan manajer
teknik untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang bersifat mengikat
dengan cara menggunakan diagram jaringan (network diagram) dan
analisis tugas (task analysis). Diagram jaringan merupakan flowchart dari
pekerjaan yang menunjukkan urutan proses dan jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk setiap proses. Selain itu, analisis tuga (task analysis)
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kendala-kendala pengingat,
dengan menggambarkan aktivitas dari setiap proses secara rinci.
Adapun berdasarkan sifatnya, kendala dibagi menjadi 2 yaitu :
Kendala mengikat adalah kendala yang ada di sumber daya dan sudah
dimanfaatkan sepenuhnya
Kendala tidak mengikat adalah sebaliknya yaitu kendala yang ada di
sumber daya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh perusahaan.
Kendala-kendala perusahaan ini digunakan untuk menentukan bauran
produk optimal yang dapat memaksimalkan throughput atau marjin
kontribusi sesuai dengan semua kendala yang dihadapi perusahaan.
Manajer harus memilih bauran produk yang optimal dengan memperhatikan
kendala-kendala yang telah diidentifikasi.
Perusahaan ABC memproduksi 2 produk jadi yaitu Produk X dan Produk Y.
Berikut adalah informasi mengenai matgin kontribusi Produk X dan Produk Y:
Kendala internal : penggunaan jam mesin sebanyak 100 jam per minggu.
Dari table di bawah ini margin kontribusi per unit Produk Y sebesar
Rp.500.000 lebih tinggi dibandingkan dengan margin kontribusi Produk X
sebesar Rp.200.000.
Apakah keputusan memproduksi Produk Y lebih menguntungkan bila
dibandingkan dengan memproduksi Produk X?
Keterangan Produk X Produk Y

Jam mesin perunit 1 jam 5 jam

Marjin kontribusi per unit Rp.200.000 Rp.500.000


Jika kita masukkan kendala internal (kendala internal ini bersifat
mengikat) pemakaian jam mesin 100 jam per minggu, maka kita dapat
menghitung jumlah Produk X dan Produk Y yang dapat diproduksi:
Keterangan Produk X Produk Y
Unit yang dapat diproduksi perminggu 100 1 = 100 unit 100 5 = 20 unit
Total marjin kontribusi (MC) per minggu Rp. 20.000.000 Rp. 10.000.000
MC per sumber daya Rp. 20.000.000 1 = Rp. 10.000.000 5 =
Rp. 20.000.000 Rp. 2.000.000

Berdasarkan table di atas, maka perusahaan sebaiknya mengambil


keputusan untuk memproduksi Produk X, karena Produk X mempunyai marjin
kontribusi Rp.20.000.000/minggu yang lebih besar dibandingkan dengan
marjin kontribusi Produk Y Rp.10.000.000/minggu.
Demikian pula untuk untuk marjin kontribusi per sumber daya, Produk X
Rp.20.000.000 lebih tinggi dari marjin kontribusi per sumber daya Produk Y
yang hanya Rp.2.000.000.
2. Menentukan bauran produk yang paling menguntungkan pada
tingkat kendala pangikat
Langkah kedua ini adalah inti dari filosofi teori kendala (TOC) mengenai
manajemen kendala (Contraints) jangka pendek dan berhubungan
langsung dengan tujuan teori kendala (TOC) yaitu untuk mengurangi
persediaan dan memperbaiki kinerja.
Akuntan manajemen menentukan bagaimana memanfaatkan sumber daya
perusahaan dalam cara yang paling efisien.
Upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk menurunkan pemborosan antara
lain :
 Mencari bahan baku dengan kualitas yang cacat yang menyebabkan
keterlambatan dalam proses produksi
 Menurunkan waktu setup (setup time)
 Menurunkan keterlambatan lain yang berkaitan dengan aktivitas yang tidak
terjadwal dan tidak bernilai tambah, seperti aktivitas inspeksi atau
kerusakan mesin
 Menyederhanakan proses produksi dengan cara mengubah semua aktivitas
yang menghasilkan kendala yang mempersulit fungsi operasi.
Untuk memperjelas tahap 2 ini, kita menggunakan contoh sebelumnya.
Misalnya PT ABC dapat menjual 50 unit Produk X dan 50 unit Produk Y
dalam seminggu, maka bauran produk yang optimal dapat diselesaikan
dengan menggunakan 3 langkah berikut :
1.Maksimumkan Produk X yang terjual dulu karena MC per sumber daya
yang tertinggi
2.Menghitung Produk Y yang terjual dengan memanfaatkan kekurangan
dari penggunaan sumber daya selama seminggu. Sisanya sebesar 50 jam
adalah untuk Produk Y.
3.Menentukan bauran produk optimal. Dari langkah 1 dan 2 dapat diketahui
bahwa bauran produk optimal adalah 50 unit Produk X dan 10 unit Produk
Y.
3. Memaksimalkan kendala pengikat
Tujuan untuk mengelola aliran produksi yang masuk dan keluar dalam kendala
untuk melancarkan aliran produk dalam pabrik. Alat penting untuk
mengelola aliran produk dalam konteks ini adalah drummer-buffer-rope
(DBR) system yaitu system untuk menyeimbangkan aliran produksi melalui
kendala pengikat (constraint), sehingga dapat mengurangi jumlah
persediaandan meningkatkan produktifitas secara keseluruhan.
 Drummer adalah kendala pengkat utama, dibandingkan tingkat produksi
kendala drummer merupakan tingkat produksi keseleuruhan pabrik.
Contoh : penggunaan jam mesindengan kendala jam mesin100 jam mesin
per minggu
 Rape adalah tindakan yang diambil untuk mengikat tingkat dimana bahan
baku dikirim ke pabrik (awal proses) pada tingkat produksi sumber daya
yang memiliki kendala. Tujuan sebut rope adalah memastikan persediaan
barang dalam proses tidak melampaui tingkat yang dibutuhkan oleh
buffer.
 Penyangga waktu (Buffer) dibutuhkan untuk menjaga agar sumber daya
yang mempunyai kendala tetap sibuk dalam interval waktu tertentu.
Tujuan penyangga waktu adalah melindungi throughput
perusahaan dari setiap gangguan yang dapat diatasi dalam interval
waktu tertentu.
4. Menambah kapasistas pada kendala
Sebagai ukuran jangka panjang untuk mengurangi pemborosan dan
memperbaiki waktu siklus, manajemen seharusnya mempertimbangkan
menambah kapasitas untuk contraints, dengan menambah atau
memperbaiki mesin, menambah tenaga kerja langsung, lembur dan
menambah shift.
Contoh :
PT ABC merencanakan tambahan ½ shift sehingga dapat menaikkan kendala
pengikat jam mesin dari 100 jam mensin menjadi 150 jam mesin dengan
biaya Rp.50.000 per jam.
Dengan menambah jam mesin tersebut maka bauran produknya menjadi :
1. Maksimumkan Produk X yang terjual dulu dengan mempunyai MC per
sumber daya yang tertinggi.
Produk X2 tetap tidak berubah yaitu sebesar 50 unit.
Produk X2 = 50 x 1 jam mesin = 50 jam

2. Menghitung Produk Y yang terjual dengan memanfaatkan kekurangan dari


penggunaan sumber daya selama seminggu. Sisanya sebesar 100 jam
dihitung dari jam mesin setelah penambahan (150 jam) dikurangai dengan
50 jam mesin untuk Produk X2, digunakan untuk Produk Y2 sehingga
dihasilkan Produk Y2 sebanyak 20 unit
Produk Y2 = 100 jam : 5 jam = 20 unit
5. Mendesain ulang proses produksi untuk mempercepat flexibilitas
dan waktu siklus hidup produk
Respon stratejik yang paling lengkap untuk situasi pemborosan adalah
merancang ulang proses produksi, yang meliputi pengenalan teknologi
pemanufakturan baru, menghilangkan hal-hal yang menyulitkan produksi,
dan mendesain ulang beberapa produk sehingga lebih mudah diproduksi.

ABC dan Teori Kendala


Hubungan antara metode ABC dan TOC adalah bahwa keduanya sama-sama
digunakan untuk menilai profitabilitas produk. Perbedaannya adalah bahwa
TOC menggunakan pendekatan jangka pendek dalam melakukan analisis
profitabilitas karena teori kendala hanya berdasarkan pada biaya-biaya
yang berkaitan dengan bahan, sementara ABC emnggunakan analisis jangka
panjang yang meliputi semua biaya produk (bahan baku, tenaga kerja dan
overhead pabrik
Perbedaan TOC dengan ABC :
Aspek yang dinilai TOC ABC
Tujuan utama Fokus pada jangka pendek Fokus jangka panjang
melalui analisis marjin melalui analisis smua biaya
throughput yang produk, termasuk bahan,
didasarkan pada biaya tenaga kerja, dan
bahan langsung/baku overhead
Kendala sumber daya Tercakup secara eksplisit, Tidak tercakup secara
dan kapasitas yang merupakan focus eksplisit
utama dari TOC
Penggerak biaya Tuda ada pemanfaatan Mengembangkan
langsung penggerak biaya pemahanan tentang
penggerak biaya dan level
unit, batch, produk dan
fasilitas
Penggunaan utama Optimalisasi aliran Penetapan harga dan
produksi dan bauran perencanaan laba
produk jangka pendek strategis.
Perhitungan Biaya Berdasarkan Siklus Hidup (Life Cycle Costing)
Perhitungan biaya berdasarakan siklus hidup adalah pendekatan
alternative untuk manajemen biaya yang mengakumulasi dan mengelola
biaya selama siklus hidup produksi.

Ada 2 aspek penting untuk costing siklus hidup, yaitu focus pada biaya
produk (focus on product cost) dan masuknya semua biaya hulu dan hilir.

Siklus hidup produk adalah waktu dari konsepsi produk sampai dihentikannya
produksi produk.
Perhitungan Biaya Menurut Siklus Hidup
X Y TOTAL

Penjualan Rp. 4.500.000 Rp. 2.500.000 Rp. 7.000.000

Harga pokok penjualan Rp. 1.240.000 (-) Rp. 1.005.000 (-) Rp. 2.245.000 (-)

Laba kotor Rp. 3.260.000 Rp. 1.495.000 Rp. 4.755.000

Penelitian dan Pengembangan Rp. 1.550.000 Rp. 600.000 Rp. 2.150.000

Penjualan dan Perbaikan Rp. 1.450.000 (-) Rp. 400.000 (-) Rp. 1.850.000 (-)

Laba sebelum pajak Rp. 260.000 Rp. 495.000 Rp. 755.000

Perusahaan ABC memproduksi 2 produk yaitu X dan Y, table di atas


menunjukkan biaya siklus hidup yang dibebankan kepada masing-masing
produk pada tahun 2014
Contoh rasio antara (biaya penelitian dan pengembangan + biaya penjualan
dan perbaikan) terhadap penjualan lebih besar untuk Produk X dibandingkan
dengan Produk Y.
Penetapan Harga berdasarkan Siklus Hidup Produk adalah
Pendekatan yang umum digunakan oleh perusahaan manufaktur maupun
perusahaan jasa.

Harga ditetapkan oleh para produsen yang paling efisien, yaitu yang paling
dapat mengurangi biaya-biaya.

Tujuannya adalah meningkatkan laba dengan menetapkan harga awal yang


tinggi untuk pelanggan yang bersedia membayar,diikuti harga yang lebih
rendah untuk pelanggan yang sangat memperhatikan biaya yang disebut
skimming.

Informasi yang digunakan untuk penetapan harga umumnya dibuat berdasarkan


satu dari empat metode berikut :
Biaya Produksi penuh ditambah markup yaitu perusahaan yang menentukan
biaya produksi penuh (total biaya produksi tetap dan variable) dan
menambahkan persentase markup untuk menutup biaya operasi lain ditambah
laba.
Persentase markup dapat ditentukan oleh praktik industry, pertimbangan atau
tingkat laba yang diharapkan.
CV MADU mempunyai informasi biaya per unit dengan menggunakan
system ABC sebagai ditunjukkan dalam table di bawah ini.
Total biaya pabrikasi dihitung sebesar Rp. 1.500.000 per unit dan
Manajemen CV MADU menetapkan bahwa tariff markup sebesar 40%.

Biaya Pabrikasi Biaya per unit


Biaya bahan baku Rp. 400.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 500.000
Biaya level batch Rp. 200.000
Biaya overhead tetap lainnya Rp. 400.000
Total biaya pabrikasi Rp. 1.500.000
Harga didasarkan total biaya pabrikasi ditambah markup Rp. 2.100.000
Rp. 1.500.000 x 140%
 Biaya Selama siklus hidup ditambah markup yaitu adanya pendekatan
siklus hidup untuk penetapan harga dengan menggunakan biaya siklus
hidup penuh, bukan hanya biaya produksi saja.
Melanjutkan kasus sebelumnya CV MADU memiliki biaya pabrikasi per
unit Rp. 1.500.000. Apabila biaya pemasaran dan administrasi per unit
sebesar Rp. 250.000 maka dapat ditentukan biaya siklus hidup
sebesar Rp. 1.750.000 (Rp. 1.500.000 + Rp. 250.000).
CV MADU dalam menetapkan harga jual menggunakan tariff markup
sebesar 25% dari biaaya siklus hidup.

Harga = Biaya siklus hidup x Markup


Harga Rp. 1.750.000 x 125% = Rp. 2.187.500
 Biaya produksi penuh dan persentase margin kotor yang
diinginkan, yaitu harga yang ditentukan sedemikian rupa sehingga
dicapai persentase margin kotor yang diinginkan.
Sekarang CV MADU menggunakan metode ini dalam menetapkan harga
jual. Misalkan persentase margin kotor yang diharapkan sebesar
30%, maka perhitungan harga jual adalah sebagai berikut :

Harga = Biaya manufaktur total


(1 - % margin kotor yang diharapkan)

Harga = Rp. 1.500.000 = Rp.2.142.900


(1 – 0.3)
 Tingkat imbal hasil aktiva yang diharapkan, yaitu pendekatan
penetapan harga dengan menetapkan harga tertentu untuk mencapai
tingkat imbal hasil atas aktiva yang diinginkan.
Misalkan kita asumsikan informasi yang sama dengan contoh kasus
sebelumnya, bahwa perusahaan memiliki asset dan berkomitmen
untuk memproduksi produk senilai Rp. 35.000.000 dan mengharapkan
ROA sebelum pajak 10%. Penjualan diharapkan menjadi 10.000 unit.
Apabila persentase markup sebesar 20% maka kita dapat menghitung
harga jual dengan cara berikut :

Tarif markup = Laba yang diinginkan sebelum pajak


Biaya siklus hidup dari penjualan yang diharapkan

Tarif markup = Rp. 35.000.000 x 10% = 20%


10.000 x Rp. 1.750.000

Harga = Biaya siklus hidup x 120%


= Rp. 1.750.000 x 120%
= Rp. 2.100.000

You might also like