You are on page 1of 17

SKRINING KANKER LEHER RAHIM DENGAN IVA

Kanker leher rahim adalah keganasan dari leher rahim


(serviks) yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma
Virus). Diseluruh dunia, penyakit ini merupakan jenis kanker ke
dua terbanyak yang diderita perempuan.
Saat ini di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 1 juta
perempuan menderita kanker leher rahim dan 3-7 juta orang
perempuan memiliki lesi prekanker derajat tinggi (high grade
dysplasia).
Di Indonesia, kanker leher rahim merupakan keganasan
yang paling banyak ditemukan dan merupakan penyebab
kematian utama pada perempuan dalam tiga dasa warsa
terakhir. Diperkirakan insidens penyakit ini adalah sekitar 100
per 100.000 penduduk.
WHO menggariskan 4 komponen penting dalam
program penanganan kanker leher rahim nasional yaitu :
• pencegahan primer, deteksi dini melalui peningkatan
• kewaspadaan dan program skrining yang terorganisasi,
diagnosis dan tatalaksana,
• serta perawatan paliatif untuk kasus lanjut.
Deteksi dini kanker leher rahim meliputi program
skiring yang terorganisasi dengan target pada kelompok usia
yang tepat dan sistim rujukan yang efektif di semua tingkat
pelayanan kesehatan.
Beberapa metode skrining yang dapat digunakan
adalah pemeriksaan sitologi berupa :

- Pap tes konvensional atau sering dikenal dengan Tes Pap


dan pemeriksaan sitologi cairan (liquid-base cytology /LBC)
- pemeriksaan DNA HPV, dan pemeriksaan visual berupa
inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)
- inspeksi visual dengan lugol iodin (VILI).
Saat ini banyak penelitian tentang skrining dengan
metode IVA dilakukan di berbagai negara berkembang.
Skrining dengan metode IVA dilakukan dengan cara yang
sangat sederhana, murah, nyaman, praktis, dan mudah.
Sederhana, yaitu dengan hanya mengoleskan asam asetat
(cuka) 3-5% pada leher rahim lalu mengamati perubahannya,
dimana lesi prakanker dapat terdeteksi bila terlihat bercak
putih pada leher rahim.
Permasalahan
1. Masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas
kanker leher rahim di Indonesia
2. Rendahnya cakupan skrining kanker leher rahim
sebagai salah satu komponen untuk menekan jumlah pasien
kanker leher rahim. akibat keterbatasan sumber daya.
3. Terdapat berbagai metode skrining kanker leher rahim,
salah satu diantaranya adalah metode IVA yang mudah
dilaksanakan pada masyarakat dengan sumber daya yang
terbatas.
Tujuan Umum
Melakukan kajian ilmiah metode skrining IVA dalam upaya
meningkatkan cakupan skrining kanker leher rahim untuk
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas kanker leher
rahim.
KANKER LEHER RAHIM
• Kanker leher rahim adalah kanker primer yang terjadi pada
jaringan leher rahim (serviks) Sementara lesi prakanker,
adalah kelainan pada epitel serviks akibat terjadinya
perubahan sel-sel epitel, namun kelainannya belum
menembus lapisan basal (membrana basalis).
• Penyebab primer kanker leher rahim adalah infeksi kronik
leher rahim oleh satu atau lebih virus HPV (Human
Papiloma Virus) tipe onkogenik yang beresiko tinggi
menyebabkan kanker leher rahim yang ditularkan melalui
hubungan seksual (sexually transmitted disease).
Beberapa ko-faktor yang memungkinkan infeksi HPV berisiko
menjadi kanker leher rahim adalah :
•Faktor HPV :  
– tipe virus  
– infeksi beberapa tipe onkogenik HPV secara bersamaan  
– jumlah virus (viral load)
•Faktor host/ penjamu :  
– status imunitas, dimana penderita imunodefisiensi (misalnya
penderita HIV positif) yang terinfeksi HPV lebih cepat mengalami
regresi menjadi lesi prekanker dan kanker. 
– jumlah paritas, dimana paritas lebih banyak lebih berisiko mengalami
kanker  
• Faktor eksogen  
– merokok  
– ko-infeksi dengan penyakit menular seksual lainnya  
– penggunaan jangka panjang ( lebih dari 5 tahun) kontrasepsi oral
Perjalanan Alamiah Kanker Leher rahim
Pada perempuan saat remaja dan kehamilan pertama,
terjadi metaplasia sel skuamosa serviks. Bila pada saat ini terjadi
infeksi HPV, maka akan terbentuk sel baru hasil transformasi
dengan partikel HPV tergabung dalam DNA sel. Bila hal ini berlanjut
maka terbentuklah lesi prekanker dan lebih lanjut menjadi kanker.
Kanker leher rahim invasif berawal dari lesi displasia sel-sel
leher rahim yang kemudian berkembang menjadi displasia tingkat
lanjut, karsinoma in-situ dan akhirnya kanker invasif. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa prekursor kanker adalah lesi displasia
tingkat lanjut (high-grade dysplasia) yang sebagian kecilnya akan
berubah menjadi kanker invasif dalam 10-15 tahun, sementara
displasia tingkat rendah (low-grade dysplasia) mengalami regresi
spontan.
Sistem Klasifikasi Lesi Prakanker
Ada beberapa sistem klasifikasi lesi prakanker yang digunakan saat ini, dibedakan
berdasarkan pemeriksaan histologi dan sitologinya. Berikut tabel klasifikasi lesi
prakanker :
Klasifikasi Sitologi (untuk skrining) Klasifikasi Histologi (untuk diagnosis)
Pap Sistem Bethesda NIS ( Neoplasia Klasifikasi
Intraepitel Serviks) Deskriptif WHO
Kelas I Normal Normal Normal
Kelas II ASC-US Atypia Atypia
ASC-H
Kelas III LISDR NIS1 termasuk Koilositosis
kondiloma
Kelas III LISDT NIS 2 Displasia sedang
Kelas III LISDT NIS 3 Displasia berat
Kelas IV LISDT NIS 3 Karsinoma in situ
Kelas Kelas V Karsinoma invasif Karsinoma invasif Karsinoma invasif

ASC-US : atypical squamous cell of undetermined significance


 ASC-H : atypical squamous cell: cannot exclude a high grade squamous epithelial
lesion
 LISDR : Lesi Intraepitel Skuamosa Derajat Rendah
LISDT : Lesi Intraepitel Skuamosa Derajat Tinggi
Stadium Kanker Rahim
Stadium Karakteristik
0 Lesi belum menembus membrana basa
I Lesi tumor masih terbatas di leher rahim
IA1 Lesi telah menembus membrana basalis kurang dari 3 mm dengan diameter
permukaan tumor < 7 mm
IA2 Lesi telah menembus membrana basalis > 3 mm tetapi < 5 mm dengan
dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IB1 Lesi terbatas di leher rahim dengan ukuran lesi primer < 4 cm
IB2 Lesi terbatas di leher rahim dengan ukuran lesi primer > 4 cm
II Lesi telah keluar dari leher rahim (meluas ke parametrium dan sepertiga
proksimal vagina)
IIA Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina
IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai dinding panggul
III Lesi telah keluar dari leher rahim (menyebar ke parametrium dan atau
sepertiga vagina distal)
IIIA Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal
IIIB Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul
IV Lesi menyebar keluar organ genitalia
IVA Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke mukosa vesika
Urinaria
IVB Lesi meluas ke mukosa rektum an atau meluas ke organ jauh
• Skrining kanker leher rahim 
Berbagai metode skrining kanker leher telah dikenal
dan diaplikasikan, dimulai sejak tahun 1960-an dengan
pemeriksaan tes Pap. Selain itu dikembangkan metode
visual dengan gineskopi, atau servikografi, kolposkopi.
Hingga penerapan metode yang dianggap murah yaitu
dengan tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Skrining DNA HPV juga ditujukan untuk mendeteksi adanya
HPV tipe onkogenik, pada hasil yang positif, dan
memprediksi seorang perempuan menjadi berisiko tinggi
terkena kanker serviks.
Gejala yang timbul dapat berupa perdarahan pasca
sanggama atau dapat juga terjadi perdarahan diluar masa
haid dan pasca menopause, Gejala lain yang timbul dapat
berupa gangguan organ yang terkena misalnya otak (nyeri
kepala, gangguan kesadaran), paru (sesak atau batuk darah),
tulang (nyeri atau patah), hati (nyeri perut kanan atas, kuning,
atau pembengkakan)
DETEKSI DINI KANKER LEHER
RAHIM
• Kanker leher rahim adalah penyakit yang diawali oleh
infeksi virus HPV yang merubah sel-sel leher rahim sehat
menjadi displasia dan bila tidak diobati pada gilirannya
akan tubuh menjadi kanker leher leher rahim
• Deteksi dini kanker leher rahim meliputi program skirining
yang terorganisasi dengan sasaran perempuan kelompok
usia tertentu, pembentukan sistem rujukan yang efektif
pada tiap tingkat pelayanan kesehatan, dan edukasi bagi
petugas kesehatan dan perempuan usia produktif
Hasil kajian perbandingan akurasi skrining metode IVA
dengan metode-metode yang lain

• Meskipun protokol pelaksanaan pemeriksaan ini


bervariasi, hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara
berkembang menunjukkan bahwa metode IVA mempunyai
sensitivitas yang sebanding dengan tes Pap dalam mendeteksi
lesi prakanker derajat tinggi meskipun spesifisitasnya lebih
rendah dari tes Pap . Hal tersebut dapat diperbaiki dengan
meningkatkan supervisi atau melakukan pemeriksaan triase. 
• Upaya lain adalah dengan triase untuk meningkatkan
efektivitas suatu pemeriksaan dengan menambahkan
pemeriksaan lain, jika hasil pemeriksaan pertama
menunjukkan hasil positif
REKOMENDASI
• Tes Pap merupakan pilihan utama metode skrining kanker
leher rahim. Namun dalam penerapan di pelayanan primer
yang lebih luas, metode IVA direkomendasikan menjadi
metode skrining alternatif pada kondisi yang tidak
memungkinkan dilakukan pemeriksaan yang berbasis sitologi.
• Sasaran skrining IVA adalah perempuan usia 30-50 tahun.
Pada usia diatas 50 tahun, atau sudah menopause,
dianjurkan untuk melakukan skrining yang berbasis sitologi.
Bila tes Pap tidak mungkin dilakukan, tetap dianjurkan
melakukan pemeriksaan inspekulo untuk tujuan
downstaging.

You might also like