You are on page 1of 28

PENGELOLAAN

PERBELAKAN FARMASI
OBAT NARKOTIKA
Oleh Kelompok 3

Mujriah Tahir 200230272


Yholanda Istia N.B 190230213
Vidya mitra wira 200230254
Rina Amelia 200230225
Syamriani Syamsudin 200230166
Ernita Arruansaratu 190230427
Tsamrah Fuadah 200230268
Hasti Amriani 200230249
Atris para'pak 19023033
Hikmayanti 20023010
Sania 20023012
Ummil Khair 20023014
The Process

Pengadaan Penerimaan Penyimpanan

Pemusnahan
Penyerahan Pengembalian &
Pelaporan
Pengadaan
1. Obat Narkotika harus bersumber dari fasilitas
resmi berupa Pedagang Besar Farmasi yang
memiliki izin khusus menyalurkan Narkotika yaitu
PBF Kimia Farma.

2. Pengadaan Narkotika harus bersumber dari fasilitas resmi


dengan dibuktikan izin fasilitas sesuai ketentuan perundang-
undangan, harus dipilih PBF yang telah memiliki sertifikat
CDOB dan Terjamin legalitas, keamanan, mutu dan Khasiat
Narkotika dengan memastikan Izin Edar Narkotika yang akan
dipesan
3. Pengadaan Narkotika di Puskesmas harus berdasarkan
LPLPO (Laporan Pemakaian Dan Lembar Permintaan Obat)
Yang ditandatangani atau diparaf Apoteker Penanggung Jawab
dan ditandatangani Kepala Puskesmas.
4. Surat Pesanan dapat dilakukan menggunakan system elektronik

Mencantumkan nama sarana sesuai izin dan disertai nomor izin dan alamat lengkap
dengan nomor telepon/faksimili bila ada serta stemple sarana
Sistem elektronik harus bisa menjamin otoritas penggunaan system hanya oleh
Penanggung Jawab Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Mencantukan nama fasilitas distribusi pemasok beserta alamat lengkap
Mencantumkan nama,bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah dan isi kemasan dari
obat yang dipesan
Memberikan nomor urut, nama kota dan tanggal penulisan yang jelas.
Surat pesanan narkotika, psikotropika dan precursor farmasi harus dibuat terpisah
dari surat pesanan untuk obat lain
Surat Pesanan dapat dilakukan menggunakan system elektronik

Sistem elektronik yang digunakan harus menjamin ketertelusuran produk, sekurang-


kurangnya dalam batas waktu 5 (lima) tahun terakhir
Surat pesanan elektronik harus dapat ditunjukkan dan dipertanggungjawabkan
kebenarannya pada saat pemeriksaan baik dari pihak yang menerbitkan surat pesnaan
maupun pihak yang menerima surat pesanan
Harus tersedianya system backup data secara elektronik
Sistem pesanan elektronik harus memudahkan dalam evaluasi dan penarikan data
pada saat dibutuhkan oleh pihak yang menerima suart pesanan.
pesanan secara elektronik yang dikirimkan ke pemasok harus dipastikan diterima oleh pemasok, yang
dapat dibuktikan melalui adanya pemebritahuan secara elektronik dari pihak pemasok bahwa pesanan
tersebut telah diterima
Surat Pesanan dapat dilakukan menggunakan system elektronik

Surat pesanan secara manual (asli) harus diterima oleh pemasok selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari setelah adanya pemberitahuan secara elektronik dari pihak
pemasok bahwa pesnan elektronik telah diterima
5. Apabila Surat Pesanan dibuat secara manual, maka surat pesanan
harus:

A B C
Asli dan dibuat sekurang-kuragnya rangkap 3 serta Ditandatangani oleh Apoteker/ Tenaga Teknis Kefarmasian Dicantumkan nama
tidak dibenarkan dalam bentuk faksimili dan Penanggung Jawab, silengkapi dengan nama jelas, dan sarana sesuai izin
fotokopi. Dua rankap surat pesanan diserahkan nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)/ Surat Izin dan nama lengkap
kepada pemasok dan 1 rangkap sebagai arsip Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian (SIPTTK) dan stemple sarana

D E F
Dicantumkan nama fasilitas Dicantumkan nama, bentuk Siberikan nomor urut, nama
distribusi pemasok beserta dan kekuatan sediaan, kota dan tanggal dengan
alamat lengap jumlah dari obat yang penulisan yang jelas
dipesan.
Apabila Surat Pesanan dibuat secara manual, maka surat pesanan harus:

G H

Surat Pesanan Narkotika dibuat terpisah dari surat


pesanan untuk obat lain

Sesuai ketentuan peraturan perundang-


undangan
6. Apabila Surat pesanan narkotika tidak dapat digunakan karena suatu hal,
maka Surat pesanan tersebut harus diberi tanda pembatalan yang jelas dan
diarsipkan Bersama dengan surat pesanan narkotika, surat pesanan
psikotropika atau surat [pesanan precursor farmasi.

7. apabila surat pesanan tidak bisa dilayani baik Sebagian atau


seluruhnya, harus meminta surat penolakan pesanan dari pemasok.
8. Apabila pengadaan Narkotika dilakukan melalui system pengadaan barang/jasa
pemerintah, termasuk e-purchasing maka:

A B E
Apoteker Penanggung Jawab Apoteker Penanggung Jawab Apoteker Penanggung Jawab
menyampaikan daftar kebutuhan menyampaikan Surat Pesanan Harus memonitor pelaksanaan
obat kepada pelaksana system Kepada pemasok pengadaan obat pemerintah . dan
pengadaan barang/jasa
pemerintah F
Apoteker penanggung jawab harus
C D menyimpan Salinan dokumen e-
Jumlah pengadaan narkotika, Pengadaan narkotika,
purchasing atau dokumen pengadaan
psikotropika atau precursor psikotropika atau precursor
termasuk Surat Perintah Mulai Kerja
farmasi tidak dalam jumlah farmasi dilakukan oleh pelaksana
(SPMK)/Surat Perintah Kerja (SPK)
eceran (kemasan penyaluran system pengadaan barang/jasa
lengkap beserta daftar obat dan
terkecil) pemerintah.
jumlah obat yang akan diadakan
9 10 13
Fasilitas pelayanan kefarmasian Arsip surat pesanan narkotika Arsip LPLPO disimpan sekurang-
yang tergabung di dalam satu harus disimpan sekurang- kurangnya selama 5 (lima) tahun
grup, maka pengadaan surat kurangnya selama 5 (lima) berdasarkan urut bulan LPLPO
pesanan narkotika dilakukan tahun berdasarkan tanggal dan
oleh masing-masing fasilitas nomor urut surat pesanan
pelayanan kefarmasian

14 15
Arsip surat pesanan narkotika Faktur pembeliaan narkotika
harus dipisahkan dengan arsip dan SPB Narkotika dan harus
surat pesanan produk lain disimpan bersatu dengan arsip
pesanan narkotika
16
Surat penolakan pesanan dari
pedagang besar farmasi harus
diarsipkan menjadi satu dengan
arsip surat pesanan

17
Seluruh arsip dokumen yang
berkaitan dengan kegiatan
pengadaan narkotika harus
mampu telusur dan dapat
ditunjukkan pada saat
diperlukan.
Surat Pesanan
Narkotika
Penerimaan
1 2 3
Penerimaan Narkotika Fasilitas pelayanan Penerimaan narkotika di
harus berdasarkan kefarmasian hanya fasilitas pelayanan
faktur pembelian dapat melakukan kefarmasian harus dilakukan
dan/atau surat penerimaan narkotika oleh Apotekeker Penanggung
pengiriman barang yang ditunjukkan untuk Jawab dan untuk Puskesmas
yang sah, dan untuk fasilitas pelayanan yang tidak memiliki APJ
puskesmas dari kefarmasian tersebut penerimaan dapat dilakukan
Instalasi Farmasi sebafaimana tertera oleh tenaga kefarmasian,
Pemerintah Daerah dalam surat pesanan tenaga medis atau kesehatan
harus berdasarkan lain yang ditunjuk oleh
LPLPO Kepala Puskesmas
Penerimaan
4
Bila Apoteker Penanggunng Jawab
berhalang hadir, maka penerimaan
daoat didelegasikan kepada tenaga
kefarmasian yang ditunjuk oleh
Apoteker Penanggungjawab.
Pendelegasian dilengkapi dengan surat
pendelegasian penerimaan narkotika,
psikotropika dan precursor farmasi
5.
Penerimaan Narkotika, fasilitas dan pelayanan kefarmasian harus melakukan
pemeriksaan

A B C
Kondisi kemasan Kesesuaian nama A Kesesuaian antara fisik
Narkotika termasuk narkotika, bentuk, narkotika dengan faktur
segel, label, kekuatan, sediaan pembelian/LPLPO dan/atau
penandaan dalam obat, isi kemasan SPB yang meliputi:
keadaan baik antara arsip surat 1. Kebenaran nama
pesanan (SP)/ LPLPO produsen, nama
denganobat yang pemasok, nama
diterima narkotika, psikotropika
dan precursor farmasi.
2. Nomor bets dan tanggal
kadaluwarsa
6.
Apabila hasil pemeriksaan ditemukan Narkotika yang diterima tidak sesuai dengan pesanan seperti nama,
kekuatan sediaan obat, jumlah atau kondisi kemasan tidak baik, maka Narkotika, Psikotropika dan atau
Prekursor Farmasi harus segera dikembalikan pada saat penerimaan. Apabila pengembalian tidak dapat
dilaksanakan pada saat penerimaan misalnya pengiriman melalui ekspedisi maka dibuatkan Berita acara
yang menyatakan penerimaan tidak sesuai dan disampaikan ke pemasok untuk dikembalikan

7.
Jika pada hasil pemeriksaan ditemukan ketidaksesuaian nomor bets atau tanggal kadaluwarsa antara fisik
dengan faktur pembelian/ LPLPO dan atau SPB harus dibuat koreksi dan dikonfirmasi ketidaksesuain
dimaksud kepada pihak pemasok .

8.
Jika pada hasil pemeriksaan dinyatakan sesuai dan kondisi kemasan obat baik maka Apoteker atau Tenaga
Teknis Kefarmasian yang mendapat delegasi wajib menandatangani Faktur Pembelian/ LPLPO dan atau
SPB dengan mencantumkan nama lengkap, nomor SIPA/ SIPTTK dan stempel sarana
9.
Apabila pengadaan Narkotika, dilakukan melalui sistem pengadaan barang/ jasa pemerintahan maka :

a) Penerimaan narkotika,harus melibatkan apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang ditunjuk
pejabat penandatanganan kontrak
b) Apoteker penanggung jawab mendokumentasi Salinan berita acara serah terima barang dan berita
acara penyelesaian pekerjaan
Penyimpanan
1.
Dalam wadah asli dari produsen
2.
terpisah dari produk lain dan terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat
paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal lain

3.
Memperhatikan kemiripan penampilan dan penamaan Obat (LASA, Look
Alike Sound Alike) dengan tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi
penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat

4.
Narkotika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan Narkotika
Penyimpanan
5. Lemari khusus penyimpanan Narkotika harus mempunyai 2 (dua) buah kunci yang
berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab dan satu kunci lainnya
dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan

6. Penyimpanan Narkotika harus dilengkapi pencatatan menggunakan kartu stok, dapat


berbentuk kartu stok manual maupun elektronik. Sedangkan precursor farmasi harus
disimpan ditempat yang aman berdasarkan analisis resiko

7. Narkotika yang rusak dan/atau kedaluwarsa harus disimpan secara terpisah dari Narkotika
yang layak guna, dalam lemari penyimpanan khusus Narkotika dan diberi penandaaan yang
jelas

8. Melakukan stok opname Narkotika secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu)
bulan dan melakukan stok opname Prekursor Farmasi secara berkala sekurang-kurangnya
sekali dalam 6 (enam) bulan
9.
Mutasi Narkotika dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit ke depo/unit antara lain rawat inap,
rawat jalan, kamar operasi, instalasi gawat darurat, harus tercatat pada kartu stok dengan
disertai bukti serah terima obat dari instalasi farmasi kepada depo/unit
Penyerahan
1. Penyerahan Narkotika, hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter

2. Resep yang diterima dalam rangka penyerahan Narkotika wajib dilakukan skrining

3. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas hanya dapat melayani resep Narkotika
berdasarkan resep dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas tersebut

4. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian hanya dapat menyerahkan Narkotika, Psikotropika


dan/atau Prekursor Farmasi kepada pasien

5. Selain dapat menyerahkan kepada pasien, Apotek juga dapat menyerahkan Narkotika
kepada Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,
Dokter
Pengembalian
1. Pengembalian Narkotika kepada pemasok harus dilengkapi dengan dokumen serah
terima pengembalian Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi yang sah dan
fotokopi arsip Faktur Pembelian

2. Pengembalian Narkotika juga dapat dilakukan dari depo/unit antara lain rawat inap,
rawat jalan, kamar operasi, instalasi gawat darurat kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dalam hal rusak atau kedaluwarsa, pengalihan penggunaan antar depo/unit dan/atau Bisa
penggunaan/pelayanan

3. Setiap pengembalian Narkotika wajib dicatat dalam Kartu Stok

4. Seluruh dokumen pengembalian harus terdokumentasi dengan baik dan


mampu telusur

5. Dokumen pengembalian yang memuat Narkotika harus disimpan terpisah dari


dokumen pegembalian obat lainnya
Pemusnahan
1.
Penanggung Jawab Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib memastikan kemasan termasuk
label Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan telah
dirusak

2.
Pemusnahan Narkotika dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
Pelaporan
1. Pelaporan Pemasukan dan Penyerahan/Penggunaan Narkotika dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Dalam hal ditemukan Narkotika Farmasi yang diduga substandard atau ilegal termasuk
palsu, Fasilitas Pelayanan Kefarmasian harus melaporkan kepada Badan POM melalui Unit
Pelaksana Teknis terdekat

3. Pelaporan sebagaimana dimaksud pada butir paling sedikit mencakup

• informasi obat yaitu nama obat, dosis, komposisi, nomor bets, tanggal produksi dan/atau tanggal
kedaluwarsa nomor izin edar, foto produk yang menampilkan bentuk sediaan dan kemasan, pendaftar
dan/atau produsen
• Kronologis singkat penemuan obat, antara lain waktu kejadian, kondisi penyimpanan, kondisi
kemasan primer dan/atau sekunder, lokasi temuan, keterangan yang mendasari dugaan sebagai
substandard dan/atau ilegal termasuk palsu
-TERIMA KASIH-

You might also like