You are on page 1of 17

IMPLEMENTASI

PENDIDIKAN INKLUSI II

Dibuat oleh :
Safitri Indriyani (2086206098)
PGSD 1B
Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Setting Pendidikan
Inklusif
Setiap sekolah penyelenggara pendidikan inklusif setidaknya mempunyai
pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi standar kualifikasi
akademik dan kompetensi yang disyaratkan. Guru pendidikan khusus adalah
guru yang memiliki kualifikasi akademik minimum D-IV atau S1 dengan latar
belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan khusus atau
pendidikan luar biasa. Di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif perlu
disediakan Guru Pembimbing Khusus seperti dijelaskan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi
Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan Potensi Kecerdasan Atau Bakat
Istimewa menyebutkan bahwa pemerintah kabupaten/kota perlu
menyediakan paling sedikit satu orang guru pembimbing khusus (GPK) pada
satuan pendidikan yang ditunjuk untuk menyelenggarakan pendidikan
inklusif.
1. Guru pembimbing khusus
Tugas guru pembimbing khusus antara lain :

 Menyusun program pembimbingan bagi guru kelas dan guru mata pelajaran.
 Melaksanakan program pembimbingan bagi guru kelas dan guru mata pelajaran.
 Memonitor dan mengevaluasi program pembimbingan bagi guru kelas dan guru
mata pelajaran.
 Memberikan bantuan profesional dalam penerimaan, identifikasi, asesmen,
prevensi, kompensatoris dan layanan advokasi peserta didik.
 Memberikan bantuan profesional dalam melakukan pengembangan kurikulum,
program pendidikan individual, pembelajaran, penilaian, media dan sumber
belajar serta sarana dan prasarana yang aksesibel.
 Menyususun laporan program pembimbingan bagi guru kelas dan dan guru mata
pelajaran.
 Melaporkan hasil pembimbingan bagi guru kelas dan guru mata pelajaran kepada
kepala sekolah, dinas pendidikan kabupaten/kota/provinsi dan pihak terkait
lainnya.
 Menindaklanjuti hasil pembimbingan bagi guru kelas dan guru mata pelajaran .
2. Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan dalam bidang pendidikan inklusif
atau pendidikan khusus.

Peningkatan kompetensi begitu penting bagi para pendidik dan


tenaga kependidikan di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yaitu
agar pendidik dan tenaga kependidikan dapat mmemahami konsep dan
regulasi pendidikan inklusif, memahami keberagaman karakteristik
peserta didik, menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran dan menilai hasil belajar yang disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Peningkatan kompetensi
tersebut dapat dilakukan melalui pusat pengembangan dan
pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan (P4TK), lembaga
penjaminan mutu pendidikan (LPMP), perguruan tinggi (PT), lembaga
pendidikan dan pelatihan lainnya di lingkungan pemerintah daerah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama,
kelompok kerja guru/kepala sekolah, kelompok kerja pengawas sekolah,
musyawarah guru mata pelajaran, musyawarah kerja kepala sekolah,
musyawarah kerja pengawas sekolah, kelompok kerja pendidikan inklusif
dan sejenisnya.
3. Pendamping (Shadower)
Shadower berperan membantu tugas guru kelas atau guru
mata pelajaran dengan mendampingi peserta didik berkebutuhan
khusus saat kegiatan pembelajaran. Tugas shadower adalah :
 Membantu guru kelas mempersiapkan kegiatan.
 Membimbing penyelesaian tugas peserta didik berkebutuhan
khusus.
 Menyiapkan bermain terstruktur (dalam atau keluar kelas).
 Mengalihkan obsesi peserta didik berkebutuhan khusus
terhadap benda tertentu.
 Mengurangi peserta didik berkebutuhan khusus bertingkah laku
mengulang-ulang.
 Bersama Guru Kelas dan Guru Pendamping Khusus
melaporkan progres pembelajaran.
Sarana, Prasarana Dan
Aksesibilitas Fisik Dan Non
Fisik Setting Pendidikan Inklusif
Sarana dan prasarana di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif harus aksesibel bagi semua peserta didik
khususnya peserta didik bekebutuhan khusus. Menurut UU
No. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat, aksesibiltas
adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat
guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan. Tujuannya untuk mewujudkan
kemandirian bagi semua orang termasuk orang yang memiliki
hambatan fisik.
Jenis-Jenis aksesibilitas :
 Aksesibilitas fisik, seperti jalan menuju sekolah, halam
sekolah, ruang kelas, pintu ruang kelas, jendela ruang kelas,
koridor kelas, toilet, perpustakaan, laboratorium, arena
olahraga, area bermain, taman sekolah, tangga,
penyeberangan jalan menuju sekolah, lingkungan sekolah,
dan tanda-tanda khusus sekolah.
 Aksesibilitas non fisik, seperti buku dalam huruf braille bagi
peserta didik yang mempunyai gangguan penglihatan total
dan buku yang ditulis/dicetak dengan huruf besar dan tebal
bagi peserta didik yang mempunyai gangguan kurang
penglihatan atau low vision. Bahasa isyarat bagi peserta didik
yang mempunyai gangguan pendengaran. Sikap guru yang
disesuaikan dengan kebutuhan khusus peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran, dan sebagainya.
Sistem Dan Lembaga Pendukung
Pendidikan Inklusif
Sistem dukungan adalah aktifitas bantuan profesional dan
operasional dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. Sistem
ini dikoordinasikan oleh Pokja Pendidikan Inklusif
provinsi/kabupaten/kota dan pusat sumber. Jenis dukungan
berupa bantuan dalam pengidentifikasikan dan perekrutan anak
berkebutuhan khusus, penyelenggaraan assesmen bagi peserta
didik berkebutuhan khusus, penyusunan program pendidikan
individual, penyusunan strategi dan metodelogi pembelajaran,
layanan intervensi dan rehabilitasi, penyediaan materi dan media
belajar serta sarana pendidikan yang lainnya, penyelenggaraan
sistem evaluasi dan pelaporan yang sesuai, penyediaan
prasarana dan lingkungan yang aksesibel dan penyediaan biaya.
 Kelompok kerja pendidikan inklusif

Dibentuk oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi atas nama


Gubernur dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atas
nama Bupati/Walikota.
Tugas pokok kelompok kerja pendidikan inklusif, diantaranya :
 Menyusun program kerja pendidikan inklusif dalam rangka
percepatan penuntasan wajib belajar sembilan tahun.
 Melaksanakan sosialisasi dan pembinaan implementasi
pendidikan inklusif dalam rangka percepatan penuntasan
wajib belajar sembilan tahun.
 Melaksanakan monitoring dan evaluasi pendidikan inklusif
dalam rangka percepatan penuntasan wajib belajar sembilan
tahun.
 Pusat sumber (resource center) pendidikan inklusif

Pusat sumber pendidikan inklusif adalah lembaga yang dibentuk


oleh pemerintah atau pemerintah daerah atau lembaga swasta,
yang manajemennya dikelola secara profesional, serta memberikan
dukungan kekuatan dan dukungan profesional bagi kelangsungan
dan keberhasilan pendidikan inklusif. Pengelolaan dilaksanakan
berdasrkan standar pelayanan minimal dengan prinsip kemandirian
profesional dan manajemen kendali mutu.
Prinsip manajemen yang digunakan dalam penyelenggaraan
pusat sumber pendidikan inklusif adalah demokratis, berkeadilan,
independen, transparan dan akuntabel. Pusat sumber pendidikan
inklusif harus memiliki Kepala Pusat Sumber sendiri yang tidak
boleh rangkap dengan Kepala Sekolah atau pejabat strukturaldi
lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota.
 Peran dan Fungsi Pusat Sumber Pendidikan Inklusif
o Peran pusat sumber pendidikan inklusif
1. Berinisiatif dan aktif dalam melaksanakan pendidikan inklusif
2. Memberikan dukungan kepada sekolah-sekolah dalam melaksanakan
pendidikan inklusif.
3. Sebagai pusat informasi dan inovasi di bidang pendidikan inklusif
4. Sebagai homebase guru pembimbing khusus
5. Sebagai koordinator dalam pelayanan pendidikan inklusif
6. Berkolaboratif dengan pihak lain dalam upaya meningkatkan implementasi
pendidikan inklusif.
o Fungsi pusat sumber
 Memberikan informasi atau penerangan kepada sekolah-sekolah mengenai
pendidikan inklusif.
 Menyediakan bantuan asesmen yang rutin terhadap anak berkebutuhan khusus.
 Memberikan layanan dan bimbingan kependidikan bagi anak berkebutuhan
khusus.
 Menjaadi konsulltan bagi semua pihak yang membutukan informasi, bimbingan
dan penanganan khusus.
 Mengadakan kerjasama dengan dinas/ instansi/ LSM dalam upaya implementasi
pendidikan inklusif.
 Menjadi fasilitator dan mediator bagi semua pihak dalam implementasi
pendidikan inklusif.
 Parrent Support Community

Parrent Support Community (PSC) adalah lembaga dukungan


penyelenggaraan pendidikan inklusif yang cukup strategis dari para
orang tua peserta didik berkebutuhan khusus. Pembentukan ini
dikarenakan orang tua menyadari bahwa layanan pendidikan bagi
anak-anak berkebutuhan khusus memerlukan penyesuaian dalam
hal biaya, metode pembelajaran , penilaian hasil belajar, sarana dan
prasarana, serta pendidik dan tenaga kependidikan. Salah satu
contohnya membuat deklarasi parrent support community.
Kerjasama atau Kemitraan
Kerjasama artinya keterlibatan mental dan emosional
orang-orang dalam suatu kelompok yang mendorong semua
pihak yang terkait untuk memberikan kontribusi pada tujuan
kelompok dengan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan
itu. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dapat
melibatkan instansi atau lembaga terkait yang memiliki program
penyelenggaraan, pembinaan dan pengembangan keilmuan
yang sama, mislnya dengan kelompok kerja pendidikan inklusif,
sekolah luar biasa atau sekolah khusus, rumah sakit, klinik,
pusat terapi, perguruan tinggi dan asosiasi atau forum lainnya.
Melalui kerjasama ini penyelenggaraan pendidikan inklusif
diharapkan menjadi lebih optimal.
Pembinaan

Pembinaan dilakukan upaya menjamin bahwa penyelenggaraan


pendidikan inklusif berjalan dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
Pembinaan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dilakukan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah serta lembaga independen terkait
yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya. Di sisi lain pembinaan
diperlukan untuk hasil evaluasi.
Kesimpulan
Keberadaan dan peran dari guru pembimbing khusus atau
guru pendidikan khusus di dalam sebuah penyelenggaraan
pendidikan inklusi sangatlah penting dan bahkan memegang
peranan yang sangat penting. Di sekolah cenderung belum
terdapat guru pembimbing khusus atau guru pendidikan khusus,
tenaga kependidikan yang ada saja masih belum banyak mengerti
tentang arti pendidikan inklusi dan keberadaan anak berkebutuhan
khusus. Meskipun dalam pelaksanaan di lapangan, keberadaan
guru pembimbing khusus atau guru pendidikan khusus masih
menjadi angan-angan namun tidak menutup kemungkinan bagi
pemerintah untuk segera mengambil kebijakan tertentu terkait
dengan pengadaan guru pembimbing khusus atau guru pendidikan
khusus di sekolah guna kesuksesan program pendidikan inklusi.
REFERENSI
 Setianingsih, E. S. (2017). IMPLEMENTASI PENDIDIKIAN
INKLUSI MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN. Malih
Peddas, 126-135.
 http://journal.upgris.ac.id/index.php/malihpeddas
 Drs. Dedy Kustawan, M. (2012). Pendidkan Inklusif dan
Upaya Implementasinya. Bandung: PT LUXIMA METRO
MEDIA.
 https://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/download/
781/652
 https://www.kompasiana.com/najlafebinadhila/5ee8dca4097f
361a34475cd3/sistem-penyelenggaraan-pendidikan-inklusif?
page=2
TERIMAKASIH

You might also like