You are on page 1of 15

Paradigma Pembelajaran di

Era Revolusi

Adinda Salma Fadila (2228210029) & Ria Bela Apriyani (2228210055)


MATERI PEMBAHASAN
PEMBELAJARAN
DI ERA
04 REVOLUSI 4.0
03
KONTRA PARADIGMA

02
PARADIGMA LAMA DAN
PARADIGMA BARU

DEFINISI
REVOLUSI 01
INDUSTRI
INDUSTRI 4.0
Tahun 2010 melalui
INDUSTRI 3.0 rekayasa intelegensia
Revolusi Industri 3.0 dan internet of thing,
INDUSTRI 2.0 masuk sekitar tahun Globalisasi telah
INDUSTRI 1.0 1970-an dengan tenaga memasuki era Revolusi
Memasuki abad ke 19-20,
Menurut Prasetyo dan Trisyanti : komputerisasi. Ilmu Industri 4.0 dan
2018, “Era revolusi dalam arus Revolusi Industri 2.0 mulai
global telah dimulai sejak abad ke masuk dengan adanya Pengetahuan dan menjadikan masyarakat
18 dan ditandai dengan penemuan listrik, dimana penemuan Teknologi yang terus semakin mudah dalam
mesin uap yang memungkinkan
proses produksi dilakukan secara itu membantu menurunkan berkembang membawa beraktivitas dengan
massal.” Era Revolusi pada masa itu biaya produksi. peradaban semakin waktu yang lebih efektif
disebut dengan Revolusi Industri 1.0 maju. dan efisien

1784 1870 1970 Today


DEFINISI REVOLUSI INDUSTRI

Ketika kemajuan teknologi yang Dunia pendidikan dalam


besar disertai dengan perubahan perkembangan era revolusi terus
sosial ekonomi dan budaya yang dituntut untuk memperbaiki
signifikan. sistemnya. Salah satu investasi yang
menunjang kemajuan peradaban
manusia yaitu pendidikan. Seperti
yang dikatakan Shahroom dan Hussin
“Paradigma revolusi yang terus berkembang
(2018), “Pendidikan di masa depan
secara berkala diprakarsai oleh kemajuan ilmu
akan mengalami perubahan yang
pengetahuan dan teknologi sebagai
signifikan. Proses pembelajaran tak
pendukung pembaharuan itu.”
perlu lagi dilakukan di dalam kelas.”
(Liao, dkk, 2018).
PARADIGMA LAMA DAN BARU PEMBELAJARAN

Paradigma lama atau “tradisional”, Paradigma “modern” atau paradigma


atau paradigma “guru mengajar” baru atau paradigma siswa belajar
merupakan pembelajaran yang adalah lebih menekankan pada
peranan siswa yang belajar daripada
lebih menekankan pada peranan guru yang mengajar. Upaya-upaya
guru yang mengajar daripada siswa tersebut tidak selalu memberikan
yang belajar. Dianggap kurang hasil yang memuaskan. Jika guru
memuaskan dan dipanadang menerapkan pendekatan mengajar
pembelajaran yang alamiah. yang sama (berdasarkan pengalaman
mengajar sebelumnya)
KOTRA PARADIGMA LAMA DAN BARU PEMBELAJARAN

Walaupun paradigma sudah memakai paradigma baru, tidak memungkinkan tujuan


pembelajaran yang diharapakan akan tercapai. Sebuah paradigma yang mapan yang
berlaku dalam sebuah sistem boleh jadi tidak sesuai (kurang relevan) apabila
paradigma tersebut masih diterapkan pada sistem yang telah mengalami perubahan.
Perubahan paradigma tersebut cenderung menimbulkan krisis. Krisis tersebut akan
menuntut terjadinya revolusi ilmiah yang melahirkan paradigma baru dalam rangka
mengatasi krisis yang terjadi (Kuhn, 2002). Paradigma konstruktivis tentang
pembelajaran merupakan paradigma alternatif yang muncul sebagai akibat
terjadinya revolusi ilmiah dari sistem pembelajaran yang cenderung berlaku pada
abad industri ke sistem pembelajaran yang semestinya berlaku pada abad
pengetahuan sekarang ini.
KOTRA PARADIGMA LAMA DAN BARU PEMBELAJARAN

Perbedaan secara kontras antara


paradigma lama pembelajaran dan
paradigma baru pembelajaran
KONTRA PARADIGMA LAMA DAN BARU PEMBELAJARAN

Penerapan model mekanistik berbasis behavioris sudah


berlangsung lama dan dipengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya :

1. para guru pada umumnya adalah produk dari pembelajaran yang menggunakan
paradigma lama, sehingga kompetensi mengajar yang dimiliki guru (pemahaman
konsep, penguasaan aspek psikologi kependidikan, dan pengenalan kemampuan
siswa) masih berbasis behavioristik
2. kebanyakan guru sudah terbiasa mengajar dengan menggunakan buku teks
3. kebanyakan sekolah kurang memberi dukungan terhadap implementasi
paradigma baru
4. para pejabat yang berwenang dalam bidang pendidikan seringkali tidak konsisten
dalam sikap mereka terhadap paradigma yang baru
Menurut (Suwarsono, 2006: 24).
KONTRA PARADIGMA LAMA DAN BARU PEMBELAJARAN

Teori-teori belajar dan pembelajaran telah


banyak dikenal para guru dan para dosen
Dalam era globalisasi ini barangkali yang mendidik calon guru. Penerapan teori-
pandangan behavioris, kalau tidak sama teori tersebut sebaiknya mempertimbangkan
sekali ditolak, perlu dikaji ulang. Jika karakteristik materi ajar, tujuan
diasumsikan pandangan behavioris dalam pembelajaran yang akan dicapai, dan
karakteristik siswa sebagai subyek belajar.
pembelajaran kurang memadai, maka
Siswa sebagai subyek belajar adalah manusia
perlu alternatif lain untuk pembelajaran yang memiliki potensi, persepsi, perhatian,
berdasarkan pandangan konstruktivis motivasi, budaya, perhatian, dan daya nalar.
yang berorientasi pada pemahaman, Demikian juga, masing-masing ilmu
memampukan siswa memecahkan pengetahuan memiliki karakteristik yang
masalah dan bermakna budaya lokal berbeda
PEMBELAJARAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

“Era digital sebagai nama lain dari perkembangan Revolusi Di Indonesia terdapat
Industri 4.0 menjadi pendorong kemajuan teknologi,
termasuk kemajuan dibidang pendidikan. Kemajuan
beberapa aplikasi atau situs
tersebut semakin memudahkan siswa dalam memenuhi yang mendukung
kebutuhan pengetahuannya dengan mencari, mengevaluasi, pembelajaran berbasis e-
mengatur, dan mengkomunikasikan informasi yang
diperoleh untuk memecahkan permasalahan yang
learning. Situs atau aplikasi
dihadapi.” (Sujana & Rachmatin, 2019). tersebut diantaranya:

Zoom
Zenius
PEMBELAJARAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Keberhasilan implementasi paradigma baru


pembelajaran sangat tergantung pada upaya dan
Dua hal utama yang perlu dikuasai oleh kreativitas guru dalam pengelolaan pembelajaran.
guru agar dapat membelajarkan siswa Dari paradigma ini berupaya untuk menumbuhkan
dengan baik, yaitu: (1) menguasai kreativitas pada anak. Dilihat dari Dari segi
materi ajar agar dapat mengintervensi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan
siswa belajar, (2) menguasai dan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan,
menerapkan teori belajar yang relevan keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi
dengan ilmunya agar dapat melibatkan afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi
siswa berpartisipasi aktif dalam yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas
pembelajaran. Dalam pembelajaran, majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah
guru harus memahami betul putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa
karakteristik ilmunya, tujuan-tujuan humor, selalu ingin mencari pengalaman baru,
yang akan dicapai, dan mengenal menghargai diri sendiri dan orang lain, dan
karakteristik siswa dengan baik. sebagainya.
Lanjutan…

Kemajuan teknologi ini diharapkan dapat memenuhi tuntutan abad ke


21, dimana pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan
dan keterampilan siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari (Dinni, 2018). Tuntutan tersebut secara tidak langsung juga
mengharuskan guru untuk terus meng-upgrade kemampuannya agar
mampu menghasilkan siswa yang berdaya saing dan mampu berpikir
tingkat tinggi. Guru dapat menerapkan pembelajaran yang berbasis
pada HOTS (High Order Thinking Skills) untuk memenuhi tuntutan
tersebut. Pembelajaran berbasis pada HOTS memungkinkan siswa
untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuannya dalam membuat
penalaran secara kritis (Hidayati, 2017)
KESIMPULAN PARADIGMA PEMBELAJARAN DI ERA REVOUSI
INDUSTRI 4.0
Paradigma adalah bentuk mekanisme seseorang dalam memandang terhadap sesuatu, yang memengaruhinya dalam
berpikir. Paradigma lama atau “tradisional”, atau paradigma “guru mengajar”Merupakan pembelajaran yang lebih
menekankan pada peranan guru yang mengajar daripada siswa yang belajar. Sedangkan paradigma “modern” atau
paradigma baru atau paradigma siswa belajar adalah lebih menekankan pada peranan siswa yang belajar daripada
guru yang mengajar. Jika guru menerapkan pendekatan mengajar yang sama (berdasarkan pengalaman mengajar
sebelumnya) pada sistem pembelajaran yang telah mengalami perubahan maka dimungkinkan tujuan-tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan dari siswa tidak tercapai. apabila paradigma tersebut masih
diterapkan pada sistem yang telah mengalami perubahan. Perubahan paradigma tersebut cenderung menimbulkan
krisis. Yang dimana krisis tersebut akan menuntut terjadinya paradigma baru .

Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk
mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Paradigma baru pembelajaran berupaya menumbuhkan kreativitas
anak, yang sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain:
1. Kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya.
2. Kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah.
3. Kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup.
4. Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuar, & Reflianto. (2018). Pendidikan dan Tantangan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi di Era
Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 6(2), 1–13.
DOI : https://doi.org/10.24036/et.v2i2.101343
Cholily, Y. M., Putri, W. T., & Kusgiarohmah, P. A. (2019). Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0. Seminar
Nasional Penelitian Pendidikan Matematika (SNP2M) 2019 UMT, 1–6.
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/cpu/article/view/1674/1068
Bornok Sinaga, “Paradigma Lama Kontra Paradigma Baru Pembelajaran Di Sekolah,” Generasi Kampus 1, no. 2
(2008): 1–13.Cholily, Yus Mochamad, Windy Tunas Putri, and Putri Ayu Kusgiarohmah. “Pembelajaran Di Era
Revolusi Industri 4.0.” Seminar Nasional Penelitian Pendidikan Matematika (SNP2M) 2019 UMT, 2019, 1–6.
Miftahussaadah, Miftahussaadah, and Subiyantoro Subiyantoro. “Paradigma Pembelajaran Dan Motivasi Belajar
Siswa.” Islamika 3, no. 1 (2021): 97–107. https://doi.org/10.36088/islamika.v3i1.1008.
Thank You

You might also like