You are on page 1of 32

Masalah kesehatan pada Lanjut

usia dan sistem layanan kesehatan


Mas’adah
Definisi Lanjut Usia
UU no 4 tahun 1965 yang memberikan pengertian bahwa lansia (lanjut usia)
adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, yang menyatakan bahwa
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun.
Menurut Depkes umur lansia digolongkan menjadi :  Kelompok lansia dini (55 –
64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas); dan kelompok lansia resiko tinggi,
yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. Sedangkan menurut WHO (1999)
lansia  digolongkan berdasarkan usia kronologis/biologis yaitu usia pertengahan
(middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara
60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very
old) di atas 90 tahun.
Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada
Lanjut Usia

Perubahan Fisik
Perubahan Mental
Perubahan Psikososial
Perubahan Fisik Pada Lanjut Usia
Sel.
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukurannya.
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
Sistem Persarafan.
a. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
b. Cepatnya tingkat penurunan hubungan persarafan.
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stres.
d. Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
Sistem Pendengaran.
a. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
Sistem Penglihatan.
a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
Sistem Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk
ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing
mendadak.
e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
a. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis
akibat metabolisme yang menurun.
b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun.
Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap
di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah.
Sistem Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal
kondisi kesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.
Sistem Perkemihan.
a. Ginjal Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh melalui urin, darah yang masuk ke ginjal disaring di
glomerulus (nefron).
b. Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%.
c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air
kecil
Sistem Endokrin.
a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal
Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.
d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron,
estrogen, dan testosteron.
Sistem Kulit ( Sistem Integumen )
a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi,
serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
Sistem Muskuloskletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b. Kifosis
c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi
tremor.
g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
PERUBAHAN MENTAL PADA LANJUT USIA

Ingatan (Memory).
a. Ingatan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
b. Ingatan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, ingatan buruk. 8
IQ (Inteligentia Quantion).
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu. 8
PERUBAHAN PSIKOSOSIAL PADA LANJUT USIA
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para
lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya
sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri
Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiunyang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan
diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh
gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan
terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan
assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang
jelas dan positif.
MASALAH FISIK YANG SERING DITEMUKAN PADA LANJUT
USIA
Mudah Jatuh
Menurut penelitian, lanjut usia yang mengalami patah tulang pangkal paha
dan mengalami perlukaan jaringan lunak. Untuk lebih memahami faktor
resiko jatuh, harus dimengerti betul bahwa stabilitas badan itu ditentukan atau
dibentuk oleh
1. Sistem Sensorik
2. Sistem Saraf Pusat
3. Kognitif
4. Muskuloskeletal
Mudah Lelah Sukar menahan buang air seni
Nyeri Dada
Sesak nafas pada waktu
melakukan kerja fisik
Kekacuan mental aktif
Berdebar debar (palpitasi)
Nyeri pinggang atau punggung
Nyeri pada sendi pinggul
Berat badan menurun
Sukar menahan buang air besar
Gangguan pada ketajaman penglihatan
Gangguan pada pendengaran
Gangguan tidur
Keluhan pusing-pusing
Keluhan perasaan dingin dingin dan kesemutan pada anggota badan
Mudah gatal-gatal
PENYAKIT YANG SERING DIJUMPAI LANJUT
USIA
 Pneumonia  Ulkus Peptikum
 Tuberkulosis  Hipertrofi Prostat
 Kanker Paru  Diabetes Melitus
 Penyakit Jantung Koroner (Angio  Osteoporosis
Pektoris, Angina Pektoris,
Prinametal Angina, IMA)
 Hipertensi
 Gastritis
PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA

Definisi : Pelayanan adalah perihal ata cara melayani


Sasaran : Sasaran Langsung dan Sasaran Tidak Langsung
Tujuan
a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanut usia
secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat lanjut usia
b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia
d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan
keluarga dan lingkungan
e. Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
pelayanan terhadap lanjut usia
f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia
g. Tersedianya pelayana alternative di luar pelayanan panti sosial bagi lanjut
usia
JENIS PELAYANAN UNTUK LANJUT USIA

a. Pelayanan Sosial
b. Pelayanan Psikologis
c. Pelayanan Kerohanian
d. Pemeliharaan Fisik dan Kesehatan
e. Penyediaan tempat yang sehat dan aman
f. Pelayana rekreasi dan penyaluran hobi
g. Pelayanan penghubung (Rujukan
PRINSIP PELAYANAN KESEHATAN PADA
LANJUT USIA

Prinsip Holistik
Tata Kerja dan Tata Laksana Secara TIM
PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN
PADA LANJUT USIA
 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Masyarakat (Community Based Geriatric
Service)
 Pelayanan Kesehatan Lansia di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based
Community Geriatric Service)
 Pelayanan Kesehatan Lansia Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Geriatric
Service)
PROGRAM YANG SERING DIBERIKAN PADA
PENDERITA LANJUT USIA
 Program fisioterapi
 Program Okuphasiterapi
 Program Ortotik-Protestik
 Program Terapi Wicara
 Program Sosial Medik
 Program Psikologi
PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA

 Pendekatan fisik
 Pendekatan Psikis
 Pendekatan Sosial
JENIS PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

 Pelayanan Sosial di Keluarga Sendiri


 Foster Care Service
 Pusat Santunan Keluarga
 Panti Sosial Tresna Wherda
PRINSIP PELAYANAN PADA LANJUT USIA
 Tidak memberi stigma
 Tidak mengucilkan
 Tidak membesar-besarkan masalah
 Pelayanan yang bermutu
 Pelayanan yang cepat dan tepat
 Pelayanan secara komperhensif
 Menghindari sikap belas kasihan
 Pelayana yang efektif dan efisien
 Pelayana akuntabel
Terima kasih banyak

You might also like