You are on page 1of 8

1

BAB IX
IMBAL HASIL DAN PENGEMBALIAN

1. Pengembalian Nominal dan Riil


Tujuan utama semua investasi adalah mendapatkan pengembalian (return). Investor
umumnya menginginkan return positif dan setinggi mungkin. Return investasi yang negatif
mengakibatkan total kekayaan seorang investor berkurang. Return yang positif juga belum
tentu memuaskan karena tidak selalu meningkatkan kekayaan riil investor.
Return investasi yang positif tetapi lebih kecil dari inflasi periodik akan
mengakibatkan total kekayaan investor bertambah secara nominal namun berkurang secara
riil. Return riil adalah return nominal dikurangi tingkat inflasi. Agar daya beli tidak
berkurang, return nominal sebuah investasi harus melebihi tingkat inflasi. Menghitung return
untuk periode satu tahun tanpa setoran tambahan atau pengambilan uang relatif mudah, karena
kita cukup mengurangi investasi akhir dengan investasi awal dan hasilnya dibagi dengan
investasi awal. Penghitungan return menjadi tidak sederhana lagi untuk investasi lebih dari
satu periode, jika ada penambahan atau pengambilan uang selama periode investasi, atau jika
risiko diperhitungkan.

2. Imbal Hasil dalam Pasar Uang


Istilah-istilah yang sering dipakai dalam pasar uang selain tingkat diskon dan
tingkat bunga adalah imbal hasil diskon bank (bank discount yield), imbal hasil
periode (holding period yield), imbal hasil pasar uang (money market yield) atau biasa
disebut imbal hasil yang ekuivalen dengan sertifikat deposito–CD(CD equivalent yield),
dan imbal hasil tahunan efektif (effective annual yield). Pasar uang yang dimaksud disini
adalah pasar untuk instrumen utang jangka pendek yaitu yang berjangka waktu satu
tahun atau kurang seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau T-bill di Amerika dan
Sertifikat Deposito (SD) atau Nonnegotible Certificate of Deposit (NCD) di Amerika.
Berbeda dengan produk-produk keuangan pasar modal, instrumen-instrumen
keuangan jangka pendek di pasar uang biasanya dijual dengan harga di bawah par
atau di bawah nilai nominalnya atau dijual dengan harga diskon sehingga sering juga
disebut produk keuangan berdiskon. Besar diskon adalah selisih antara nilai jatuh tempo
(nilai nominalnya) dengan harga pembelian.
Untuk menghitung imbal hasil diskon bank per annum (per tahun), pasar
biasanya menggunakan asumsi 360 hari dalam satu tahun sehingga persamaannya
2

menjadi :
𝐷
𝑟== 𝑥
𝐷𝐵 𝑡
𝐹
360
dengan :
rBD = imbal hasil diskon bank
D = besar diskon, yaitu selisih nilai nominal dengan harga
pembelian F = nilai nominal SBI atau SD
T = jumlah hari hingga tanggal jatuh tempo
Imbal hasil diskon bank mempunyai tiga kelemahan.
Pertama, imbal hasil
didasarkan pada nilai nominal SBI, bukan pada harga pembeliannya. Kedua, asumsi 360
hari dari 365 hari yang semestinya. Ketiga, untuk mendapat imbal hasil tahunan,
digunakan konsep bunga sederhana, yang mengabaikan kesempatan mendapatkan bunga
atas bunga.
Karena kelemahan-kelemahan di atas, diperkenalkan ukuran-ukuran imbal hasil
yang lain. Pertama adalah yang disebut imbal hasil selama periode investasi atau selama
periode memegang produk keuangan itu atau disingkat imbal hasil periode yaitu :
𝑃1 − 𝑃0
𝐻𝑃𝑌=
𝑃0
dengan :
HPY = imbal hasil periode (holding period
yield) P0 = harga pembelian
P1 = harga atau nilai jatuh tempo
Perhatikan bahwa imbal hasil periode
tidak disetahunkan atau tidak dinyatakan
dalam p.a., sehingga sebaiknya dituliskan periodenya secara eksplisit dibelakang
imbal hasil untuk menghindari salah interpretasi.
Jika imbal hasil periode disetahunkan dengan menggunakan konsep bunga
majemuk, kita akan mendapatkan apa yang dinamakan imbal hasil tahunan efektif
(effective annual yield).

𝐸𝐴𝑌= (1 + 𝐻𝑃𝑌)365/𝑡− 1
dengan :
EAY = imbal hasil tahunan efektif
t =HPY = imbal
periode hasilsertifikat
SBI atau periode (holding
depositoperiodyield)
Ukuran imbal hasil terakhir untuk produk keuangan jangka pendek adalah imbal
3

hasil pasar uang (money market yield), juga dikenal dengan CD equivalent yield. Imbal
hasil ini berdasarkan asumsi setahun 360 hari dan bunga sederhana, sama seperti imbal
hasil diskon bank. Perbedaannya adalah imbal hasil diskon bank menggunakan nilai
nominal sebagai pembaginya, sedangkan dalam imbal hasil pasar uang, pembaginya
adalah harga pembelian.

𝐷
𝑟𝑀𝑀 = 360
𝑥
𝑃0 𝑡
𝐹
𝑟𝑀𝑀 = 𝑟𝐵𝐷 𝑥
𝑃0
36
𝑟𝑀= 𝐻𝑃𝑌 𝑥 0𝑡

9.3 Pengembalian berdasarkan Uang (Money-Weighted Return) dan berdasarkan


Waktu (Time-Weighted Return)
Berbeda dengan imbal hasil jangka pendek, untuk jangka panjang biasanya
digunakan ukuran-ukuran lain yaitu pengembalian tertimbang berdasarkan uang
(money-weighted return) dan pengembalian tertimbang berdasarkan waktu (time-
weighted return). Dalam aplikasinya, mencari tingkat pengembalian tertimbang
berdasarkan uang adalah seperti mencari internal rate of return (IRR) dalam
penganggaran modal (capital budgeting) yang dipelajari dalam kuliah manajemen
keuangan. Untuk pembahasan selanjutnya dalam buku ini, pengembalian tertimbang
berdasarkan uang akan disingkat menjadi pengembalian berdasarkan uang, dan
pengembalian tertimbang berdasarkan waktu disingkat pengembalian berdasarkan
waktu.
Dalam mencari tingkat pengembalian berdasarkan uang, besar penerimaan atau
pengeluaran uang dalam setiap periode sangat penting dan diperhitungkan. Ini berbeda
dengan pencarian tingkat pengembalian berdasarkan waktu. Dalam pengembalian
berdasarkan waktu, besaran uang dalam setiap periode tidak dipertimbangkan karena
penekanannya adalah pada pengembalian tiap periode. Bahwa tingkat pengembalian pada
periode 1 sebesar r1 adalah dari Rp 1.000.000 dan tingkat pengembalian

pada periode 2 sebesar r2 adalah dari Rp 1.000.000.000, misalnya, tidak diperhitungkan


waktu, r1 dan r2 dianggap berbobot
dalam menghitung pengembalian berdasarkan

sama dan kita ingin mencari rata-ratanya.


4

9.4 Pengembalian Aritmetik dan Geometrik (Arithmetic And Geometric Return)


Ada dua konsep pengembalian berdasarkan waktu yaitu pengembalian aritmetik dan
pengembalian geometrik. Pengembalian aritmetik biasanya digunakan untuk periode
tunggal seperti 1 tahun, 15 bulan atau 18 bulan. Atau untuk data cross-section. Sedangkan
pengembalian geometrik biasanya digunakan untuk beberapa periode seperti 2 tahun, 3
tahun, 5 tahun atau lebih atau untuk data time-series.
Perbedaan antara pengembalian dan pengembalian geometrik adalah
aritmetik sama dengan aritmetik dan rata-rata
perbedaan antara rata-rata statistik. geometrik dalam

𝑟1 + 𝑟2 + ⋯ + 𝑟𝑛
𝑟𝐴=
𝑛
𝑛
𝑟𝐺= √(1 + 𝑟1)
(1 + 𝑟2
) …(1 +𝑛 𝑟) −
1
dengan
rA = pengembalian aritmatik

rB = pengembalian geometrik

r1 = pengembalian (return) periode 1 r2

= pengembalian (return) periode 2 rn =


pengembalian (return) periode n n =
jumlah periode

Khusus untuk pengembalian geometrik, kita bisa mendapatkannya tanpa harus


mencari tingkat pengembalian setiap periode selama n periode yaitu hanya dengan
menggunakan nilai investasi atau portofolio awal dan akhir serta n. Persamaan untuk
mencari pengembalian geometrik dapat digunakan untuk mencari tingkat pertumbuhan
seperti pertumbuhan gaji, pertumbuhan kekayaan dan lain- lain.
𝑛𝑉1 𝑉2 𝑉𝑛
𝑟𝐺= √ . −
𝑉0 𝑉1 𝑉
… 𝑛−1 1

atau

𝑛𝑉
𝑟𝐺= √𝑛 −
𝑉0
1
5

dengan
Vn = nilai portofolio pada periode n (nilai portofolio akhir)
V0 = nilai periode awal
n = jumlah periode

Dalam semua keadaan, pengembalian geometrik akan sama atau lebih rendah
daripada pengembalian aritmetik. Pengembalian geometrik akan sama dengan
pengembalian aritmetik jika dan hanya jika besar pengembalian untuk setiap periode
adalah sama misalkan x%, artinya tidak ada standar deviasi dari tingkat pengembalian
antar periode karena semuanya sama yaitu x%. Kenyataannya, sangat kecil
kemungkinan ini bisa terjadi, sehingga pengembalian geometrik hampir dapat dipastikan
lebih rendah daripada pengembalian aritmetik. Karena itu, pengembalian geometrik
sering disebut sebagai ukuran yang konservatif. Semakin besar standar deviasi dari
distribusi pengembalian tiap periode, semakin besar perbedaan pengembalian geometrik
dan pengembalian aritmetik. Hubungan keduanya dinyatakan dengan persamaan:

(1 + 𝑟𝐺)2 ≈ (1 + )
𝑟𝐴 2 − (𝑆.𝐷)2

9.5 Indeks Pasar Saham


Indeks pasar saham dibentuk dengan tujuan untuk menggambarkan pergerakan
seluruh saham (total populasi) di satu bursa tertentu atau di satus ektor atau industri
tertentu dalam suatu bursa. Untuk mencapai tujuan itu, sampel yang diambil harus
representatif, meskipun tidak harus besar (banyak). Jika sampel representatif itu telah terpilih,
pertanyaan berikutnya adalah berapa bobot untuk masing-masing saham di dalam sampel itu
untuk digunakan menghitung indeks suatu bursa atau industri tertentu. Ada empat cara
pembobotan yaitu :
1. Berdasarkan harga (tertimbang berdasarkan harga-price weighted)
2. Berdasarkan nilai kapitalisasi pasar (tertimbang berdasarkan nilai-value weighted)
3. Tak tertimbang atau berbobot sama (unweighted atau equal weights)
4. Berdasarkan saham beredar (free float)
Di Indonesia digunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG
merepresentasikan rata-rata dari seluruh saham di BEI (633 Perusahaan per tanggal 19 Juni
2019.
6

1. Indeks Berdasarkan Harga


Contoh indeks harga pasar saham berdasarkan harga :
a. Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang merupakan harga rata-rata dari 30 saham
industri besar dan terkenal (saham blue chips), umumnya adalah pemimpin dalam
industrinya.
b. Nikkei Stock Average Index yang merupakan harga rata-rata 225 saham di bursa saham
Tokyo (Tokyo Stock Exchange)
Penghitungan indeks berdasarkan harga menyebabkan saham yang berharga tinggi
mempunyai bobot yang lebih besar dibandingkan saham berharga rendah.

2. Indeks Berdasarkan Nilai


Berbeda dengan indeks berdasarkan harga, indeks berdasarkan nilai memberikan
bobot yang lebih besar pada saham yang berkapitalisasi pasar besar dan bukan pada saham
berharga tinggi. Yang dimaksud dengan kapitalisasi pasar adalah jumlah saham beredar dikali
dengan harga pasar saham. Indeks awal ditetapkan bebas tetapi yang paling populer adalah
100. Setelah mendapatkan kapitalisasi pasar, kita menjumlahkannya untuk
mendapatkan total kapitalisasi pasar pada perode dasar t=0, yang indeksnya ditetapkan 100.
Kemudian, pada periode t, total kapitalisasi pasar kembali dihitung dan hasilnya dibagi
dengan total kapitalisasi pasar periode dasar dan dikalikan dengan indeks awal 100 untuk
mendapatkan indeks pada periode t.
𝑖𝑛 𝑃
∑=1 𝑄𝑡𝑡
𝑠=
𝑡 𝑘𝑒𝑑
𝑛𝐼 𝑠𝑙𝑘𝐴
𝑤
𝑎𝑒𝑑𝑛𝑥𝐼
𝑖𝑛 𝑃0𝑄0
∑=1

𝑖𝑛 𝑃
∑=1 𝑄𝑡𝑡
𝑠=
𝑡 𝑘𝑒𝑑
𝑛𝐼 𝑥100
𝑖𝑛 𝑃0𝑄0
∑=1
dengan :
P0 = harga saham i pada periode dasar
Q0 = jumlah saham i yang beredar pada periode
dasar Pt = harga saham i pada periode t
Qt = jumlah saham i yang beredar pada periode
t n = jumlah saham individual dalam sampel
Indekst = indeks pada periode t
7

Indeks pasar saham berdasarkan nilai adalah yang paling banyak digunakan. Indeks ini
diguanakan di BEI untuk menghitung IHSG, Indeks LQ 45, JII, dan sekitar 10 indeks
sektoral di BEI. Indeks ini juga digunakan untuk indeks S&P 500, Indeks New York Stock
Exchange, Nasdaq Series, AMEX Market Value Index, dan lain-lain.

3. Indeks Tak Tertimbang (Unweighted)


Yaitu indeks yang memberikan bobot sama (equal weight) kepada semua saham dalam
sampelnya tanpa melihat harga atau kapitalisasi pasar saham itu. Saham berharga Rp. 200 per
lembar sama pentingnya dengan saham berharga Rp. 5.000 karena berbobot sama. Saham
berkapitalisasi besar juga diberi bobot sama dengan saham berkapitalisasi kecil.
Indeks tak tertimbang ini jarang digunakan dan dapat digunakan investor yang
memilih saham secara acak (random) dan menginvestasikan jumlah uang yang sama besar
untuk masing-masing saham dalam portofolionya. Indeks ini mengukur perubahan rata-rata
(biasanya aritmetik) harga saham dalam sampel. Contoh penggunaan indeks tak terimbang ini
adalah Singapore Straits Times Industrial Index, Milan Stock Exchange Index, dan Value Line
Average.

4. Indeks berdasarkan Saham Beredar (Free Float)


Metode penghitungan indeks ini berusaha untuk mengoreksi indeks berdasarkan nilai.
Jika indeks berdasarkan nilai menggunakan nilai kapitalisasi seluruh saham tercatat sebagai
pembobotan, indeks terakhir ini hanya mempertimbangkan jumlah saham yang beredar saja
untuk menghitung nilai kapitalisasinya. Menurut beberapa pakar, metode ini lebih fair.
8

Soal Latihan:
1. Sebuah SBI yang mempunyai nilai nominal Rp 1.000.000.000 dan berjangka
waktu 150 hari dijual dengan harga Rp 980.000.000. Berapa imbal hasil diskon
bank?
2. Sebuah SBI berjangka waktu 90 hari memberikan imbal hasil 8%. Jika nilai
nominalnya adalah Rp. 500.000.000, pada harga berapa SBI itu akan terjual?
Hitunglah imbal hasil periode yang diterima investor!

3. Hitung imbal hasil pasar uang jika t = 150 hari, r BD = 4,8%, F = Rp. 1.000.000.000, P0

= Rp 980.000.000, dan HPY = 2,0408% (150 hari).


4. Sebuah SBI dengan nilai pari Rp. 2.000.000.000 berjangka waktu 90 hari,
ditawarkan pada harga 97%. Hitung :
a. Imbal hasil diskon bank
b. Imbal hasil pasar uang
c. Imbal hasil periode
d. Imbal hasil tahunan efektif
5. Seorang investor pada tahun 2008 membeli sebuah obligasi senilai
Rp 200.000.000. Setahun kemudian, 2009, dia membeli kembali obligasi yang sama
seharga Rp 225.000.000. Pada tahun 2009 itu, atas kepemilikan obligasi yang
pertama, dia menerima bunga sebesar Rp. 5.000.000. Pada tahun 2010, karena
memiliki dua obligasi, dia menerima bunga Rp 10.000.000. Jika pada tahun 2010
investor tadi menjual obligasinya pada harga masing- masing Rp 235.000.000,
berapa tingkat pengembalian berdasarkan uang yang dia peroleh?
Hitunglah tingkat pengembalian aritmetik dan geometrik!

-Good Luck-

You might also like