Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Penyakit menular yang penularannya berlangsung melalui gigitan nyamuk Anopheles Betina Di Indonesia ditemukan 46 spesies Anopheles dan tercatat 20 spesies Anopheles sebagai vektor Malaria Gejala Utama (demam, menggigil berkala, sakit kepala) Gejala Lain (badan terasa lemas, pucat, berkeringat, kurang nafsu makan, mual-mual kadang disertai muntah, sakit kepala berat, keadaan menahun limpha membesar, kejang-kejang, hilang kesadaran sampai koma, pada anak-anak mencret dan anemia) Gejala klasik (dingin/cold stage, demam/hot stage, berkeringat/sweating stage) Genus plasmodia, family plasmodidae dan order coccidiidae Jenis parasit (plasmodium) • P. Falsiparum (malaria tropika) • P. vivax (malaria tertiana) • P. Malaria (malaria quartana) • P. Ovale (malaria ovale) • P. Knowlesi 1. Siklus aseksual (dalam tubuh manusia) • Diluar sel darah (eksoeritrositer) Berlangsung dalam hati (vivax & ovale) dan ditemukan laten didalam hati (hipnosit) yang menyebabkan kambuh penyakit. • Didalam sel darah (eritrositer) Siklus sisogoni menimbulkan demam Fase gemetogoni seorang sebagai sumber penyakit malaria 2. Siklus seksual (dalam tubuh nyamuk) • Siklus sporogoni menghasilkan sporosoit siap ditularkan ke tubuh manusia Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan nyamuk Anopheles (vektor malaria) Penularan tidak alamiah: • Malaria bawaan (congenital), bayi lahir dari ibu penderita malaria melalui placenta • Mekanik (transpusi darah) • Melalui mulut (oral), ditemukan pada burung (P. relection), ayam (P. gallinasium) dan monyet (P. knowlensi) 1. Manusia (host intermediate) 2. Nyamuk Anopheles (host definitif) 3. Lingkungan (environment) 1. Manusia (host intermediate) • Ras/suku bangsa • Kurangnya enzym tertentu (Glukose 6 fosfat dehidrogenase) • Kekebalan (alamiah/natural immunity, didapat/acquired immunity) Kekebalan aktif (active immunity), akibat infeksi sebelumnya atau vaksinasi Kekebalam pasif (passive immunity), melalui pemindahan anti body dari ibu kepada janin 2. Nyamuk Anopheles (host definitif) • Perilaku nyamuk (tempat hinggap (eksofilik/diluar rumah, endofilik/didalam rumah), tempat menggigit (eksofagik/diluar rumah, endofagik/didalam rumah), objek menggigit (antrofofilik/menggigit manusia, zeofilik/menggigit binatang) • Faktor lain (umur nyamuk (longerty), kerentanan terhadap infeksi gametosit, frekwensi menggigit, siklus gonotrofik/waktu pematangan telur) 3. Lingkungan (environment) • Lingkungan fisik (suhu, kelembaban, hujan, angin, sinar matahari, arus air) • Lingkungan kimia (kadar garam air perindukan) • Lingkungan biologik (flora dan fauna)(tumbuhan bakau, lumut, ganggang, dll, ikan pemakan larva (gambusia, nila, mujair, kepala timah), sapi, kerbau dan ternak lain) • Lingkungan sosial (kebisaan aktifitas di luar rumah pada malam hari) Memutuskan mata rantai transmisi atau penularan penyakit pada salah satu atau lebih mata rantai host, agent dan environment: 1. Pemberantasan vektor (membunuh jentik dan nyamuk dewasa dengan pestisida) 2. Penemuan dan pengobatan penderita (pencarian penderita, Pengobatan penderita (malaria klinis, presumtif, radikal, profilaksis) 3. Manipulasi lingkungan (menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk) a. Penyemprotan rumah dengan insektisida b. Penggunaan kelambu c. Larviciding d. Penyebaran ikan pemakan larva nyamuk e. Pengelolaan lingkungan Penyemprotan rumah dgn effek residual / IRS (indoor residual spraying): suatu cara pemberantasan vektor dengan menempelkan racun serangga tertentu dengan jumlah (dosis) tertentu secara merata pada permukaan dinding yang disemprot. Cara ini masih dipakai karena paling cepat dan besar manfaatnya untuk memutuskan rantai penularan. Untuk memutuskan penularan karena umur nyamuk menjadi lebih pendek sehingga tidak sempat menghasilkan sporozoit di dalam kelenjar ludahnya Sasaran Lokasi • Daerah desa endemis malaria tinggi Desa dengan angka positif malaria >5 per seribu penduduk Adanya bayi positif malaria • Daerah potensial KLB Pernah terjadi KLB 2 tahun terakhir Terjadi perubahan lingkungan hingga memungkinkan adanya tmpat perindukan Daerah bencana Bercampurnya penduduk dari daerah non endemis dgn daerah endemis • Penanggulangan kLB Daerah yg terjadi peningkatan kasus Adanya kematian karena malaria Sasaran bangunan • Semua bangunan yg pada malam hari digunakan sbg tempat menginap atau kegiatan lain (mesjid, gardu ronda) • Kandang ternak besar sekitar rumah tinggal Bila: Penularan terjadi di dalam rumah (indoor biting, kejadian bayi positif) Vektor resting di dinding Penduduk menerima penyemprotan dan tidak berada di luar rumah malam hari Penyebaran rumah tidak menyulitkan operasional penyemprotan Waktu pelaksanaan penyemprotan harus berdasarkan datas kasus malaria yaitu: 2 bulan sebelum puncak kasus dan data pengamatan vektor yaitu 1 bulan sebelum puncak kepadatan vektor Penggunaan kelambu dalam program pengendalian malaria adalah dalam rangka : melindungi pemakai kelambu dari gigitan & membunuh nyamuk yg hinggap pd kelambu untuk mencegah terjadinya penularan Satu kelambu untuk 2 orang dewasa Lokasi • Daerah atau desa endemis tinggi malaria • Desa terpencil (remote) • Desa / dusun terjadi kLB • Di daerah yang penyemprotan rumah tidak efektif Penduduk • Ibu hamil • Bayi dan anak balita • Keluarga miskin Agar program ini efektif perlu dipertimbangkan hal berikut: Masyarakat mau menerima pemakaian kelambu Dari hasil pengamatan entomologi menunjukan adanya kebiasaan menggigit & istirahat di dalam rumah (endofilik dan endofagik) Daerah tsb memiliki angka malaria tahun terakhir masih tetap tinggi Pelaksanaan penyemprotan rumah tidak mungkin dilakukan karena transportasi yg sulit / daerah sulit dijangkau Konstruksi rumah yg tidak cukup melindungi penghuninya dari gigitan nyamuk Kebiasaan tidur masyarakat lebih malam Sebelum kelambu dipakai, terlebih dahulu harus melakukan sensus untuk mengetahui jumlah kepala keluarga serta anggota keluarga agar dapat menghitung jumlah kebutuhan kelambu
WAKTU PEMBAGIAN KELAMBU
Pembagian kelambu paling lambat 1 bulan sebelum puncak vektor
JENIS KELAMBU YANG DIPAKAI
Jenis kelambu yg digunakan dlm pengendalian malaria adalah: - Kelambu celup - Kelambu berinsektisida (LLITN = Long Lasting Inseciticide Treated Net) Larviciding adalah aplikasi larvisida pd tempat perindukan potensial vektor guna membunuh / memberantas larva nyamuk dgn menggunakan bahan kimia seperti Diflubenzuron (Andalin / Dimilin) atau agen biologis Bacillus thuringiensis H-14 (Bti H-14). Diflubenzuron adalah suatu zat penghambat pembentukan chitin. Apabila larva nyamuk terkena dosis yang cukup, maka larva akan mati pada waktu menjadi pupa atau dapat menetas menjadi nyamuk tidak normal yg tidak dapat terbang. Sedangkan Bti H-14 adalah sejenis bakteri yang sporanya bersifat racun / toksin terhadap larva nyamuk. Larva nyamuk akan mati apabila memakan / menelan toksin ini. Jadi racunnya merupakan racun perut. Karena itu tidak berpengaruh terhadap larva instar IV akhir dan pupa yg istirahat makan Ditentukan sebagai berikut: Lagun yang terbentuk dari muara sungai yang tertutup pasir, waktu aplikasinya adalah: Awal kemarau sampai awal musim hujan atau Sejak menutup sampai terbuka kembali karena banjir diwaktu hujan Genangan air asin di pantai yang terbentuk oleh air laut pasang, waktu aplikasi adalah Sejak awal hingga akhir musim hujan atau Sejak air mulai menjadi payau Sesuai dgn jenis larvasida yg dipakai, interval aplikasi dihitung menurut minggu atau bulan, sedangkan jumlah aplikasi tergantung pada lamanya genangan air potensial menjadi tempat perindukan. yaitu suatu upaya memanfaatkan ikan sebagai musuh alami larva nyamuk, yg ditebarkan pada tempat perindukan potensial nyamuk dg tujuan pengendalian populasi larva nyamuk ,sehingga dapat mengurangi penularan a. Daerah Sasaran penebaran ikan pemakan larva nyamuk adalah: • Desa dgn tempat perindukan potensial yg memenuhi kriteria prioritas masalah dan prioritas program • Desa reseptif yg sudah rendah penularannya karena dilakukan penyemprotan rumah / pemolesan kelambu / larviciding (untuk maintenance) b. Tempat/lokasi penebaran ikan pemakan larva nyamuk adalah: - Mata air - Saluran air di persawahan bertingkat - Anak sungai - Bendungan untuk sawah / pengairan - Rawa-rawa daerah pedalaman - Rawa daerah pantai dengan air payau c. Waktu penebaran Pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau atau selama musim kemarau pada saat luas tempat perindukan minimum Pengelolaan lingkungan dalam pengendalian malaria yg menyangkut tindakan anti larva meliputi: a. Modifikasi lingkungan 1. Penimbunan 2. Pengeringan b. Manipulasi Lingkungan 1. Pembuatan saluran penghubung 2. Pengaturan pengairan dan penanaman / pencegahan penebangan phon bakau di tempat perindukan