You are on page 1of 9

ANGGOTA KELOMPOK 3

Atman Umar
UU No.8 tahun 1999 tentang Fikri Haykal Ruchban
Fadhia Apriliani Tahir
Perlindungan konsumen Herniyati Suherli
Lisa Aisyiah Taludio
Nur Aziza Lanjahi
Kelompok 3 Putri Masykur Aminullah
Sasti Kirani Ointu
Sri Israwati Humonggio
Sri Santika A. Laingo
Isi dari UU No.8/1999 tentang UUPK

Sejak 20 April 1999, UU Perlindungan Konsumen


yang diatur dalam UU no 8 Tahun 1999 atau
Undang Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Pengertian Perlindungan Konsumen
mulai sah diberlakukan.
Berdasarkan ketentuan UU Perlindungan
Undang-undang ini mengatur secara rinci tentang Konsumen pasal 1 ayat 1 UU no 8 tahun 1999
pemberian perlindungan kepada konsumen definisi perlindungan konsumen meliputi
dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai seluruh upaya untuk memastikan kepastian
konsumen. hukum demi memberikan perlindungan
kepada konsumen.
Cakupan hukum yang berlaku mengenai hak dan
kewajiban konsumen, hak dan kewajiban pelaku
usaha, dan cara-cara mempertahankan hak dan
menjalankan kewajiban tersebut.
UU No. 8 / 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)
mempunyai 2 sasaran pokok, yaitu :

1. Memberdayakan konsumen dalam hubungannya dengan


pelaku usaha (publik atau privat) barang dan atau jasa.

2. Mengembangkan sikap pelaku usaha yang jujur dan


bertanggung jawab
Apakah pasien dapat disebut sebagai konsumen, dan pemberi
pelayanan kesehatan (dokter) sebagai pelaku usaha ?

Adapun pengertian konsumen di sini


kita harus mengetahui pengertian yaitu konsumen akhir.
konsumen dan pelaku usaha berdasarkan
UUPK. sedangkan produk berupa barang
mis : obat-obatan, suplemen makanan,
Konsumen adalah setiap orang pemakai alat kesehatan.
barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri Dan produk berupa jasa
sendiri, keluarga, orang lain, maupun mis : jasa pelayanan kesehatan yang
makhluk hidup lain dan tidak untuk diberikan oleh dokter, dokter gigi,
diperdagangkan. jasa asuransi kesehatan
Untuk mengetahui, apakah profesi pemberi pelayanan kesehatan (dokter) merupakan
pelaku usaha atau bukan maka kita harus melihat UU No. 2 / 1992 tentang Kesehatan,
Black Law Dictionary, dan WTO / GATS bidang kesehatan.

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya Kesehatan.
(UU No.23/1992 tentang Kesehatan).

Sedangkan dalam Black Law Dictionary dinyatakan : Business (kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi) meliputi: employment, occupation, PROFESSION, or commercial activity
engaged in / or gain or livelihood (segala kegiatan untuk mendapatkan keuntungan / mata
pencaharian).

Posisi bidang kesehatan menurut WTO / GATS menyatakan antara lain bahwa profesi dokter
dan dokter gigi saat ini termasuk dalam sector jasa bisnis
HAK KONSUMEN KESEHATAN

BERDASARKAN UU NO.8 / 1999 TENTANG


PERLINDUNGAN KONSUMEN
1) Kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
2) Memilih
Dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan RI
3) Informasi yang benar, jelas, dan jujur
No. 756/MENKES/SK/VI/2004 tentang Persiapan
4) Didengar pendapat dan keluhannya
Liberalisasi Perdagangan dan Jasa di Bidang
5) Mendapatkan advokasi, pendidikan dan
Kesehatan, berarti UU No. 8 / 1999 tentang
perlindungan konsumen
Perlindungan Konsumen juga dapat diberlakukan
6) Dilayani secara benar, jujur, tidak diskriminatif
pada bidang kesehatan.
7) Memperoleh kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian
Dengan berlakunya UUPK diharapkan posisi
konsumen sejajar dengan pelaku usaha, dengan
KEWAJIBAN KONSUMEN
demikian anggapan bahwa konsumen merupakan
raja tidak berlaku lagi mengingat antara
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi
konsumen dan pelaku usaha tidak hanya
dan prosedur
mempunyai hak namun juga kewajiban.
2) Beritikad baik
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang
disepakati
4) Mengikuti upaya penyelesaian hukun
sengketa perlindungan konsumen secara patut
Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha/Rumah Sakit
KEWAJIBAN PELAKU USAHA / RUMAH SAKIT

1) Ketentuan hak dan kewajiban rumah sakit,


penderita dan pemulik rumah sakit, ketentuan
akreditasi rumah sakit.
HAK PELAKU USAHA / RUMAH SAKIT 2) Kewajiban agar memberi kesempatan
konsumen/penderita untuk menguji atau
1) Hak menerima pembayaran atas tarif yang mencoba barang/jasa layanan rumah sakit
sudah disepakati akan sangat mengurangi sulit untuk dilaksanakan.
pihutang yang tidak terbayar. 3) Pemberian kompensasi dalam bidang
2) Dalam menghadapi penderita yang kurang perumah-sakitan sangat sulit untuk diukur
beritikad baik, rumah sakit akan melakukan besarnya sehingga memaksa rumah sakit atau
kerja sama dengan asuransi. dokter untuk bekerja sama dengan asuransi
3) MKEK akan melindungi penderita sekaligus dan akhirnya akan membebani klien secara
juga melindungi dokter/rumah sakit bila tidak keseluruhan.
bersalah. 4) Dokter/rumah sakit tidak mungkin menjamin
tentang hasil/upaya yang dilakukan terhadap
seorang klien. walaupun secara teori
kedokteran suatu tindakan yang tepat
pelaksanaannya hasilnya tidak dapat
diramalkan.
Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku
Usaha/rumah sakit

a) Dengan berlakunya UU NO. 8 Th. 1999 tentang perlindungan


konsumen, maka pelaksanaan ketentuan ini lebih diperkuat,
sehingga terasa positif di lapangan.
b) Dalam masalahnya promosi rumah sakit/dokter, selalu akan terkait
dengan etika rumah sakit maupun etika kedokteran.
Iklan dan lain-lain oleh rumah sakit harus memperhatikan :
1) Promosi/iklan harus murni bersifat informatif.
2) Promosi/iklan tidak bersifat komparatif artinya membandingkan
dengan institusi rumah sakit/ dokter lain dan
mengisyaratkan bahwa dirinyalah yang terbaik dan yang lain
jelek.
3) Promosi/iklan harus berpijak pada dasar kebenaran.
4) Promosi/iklan tidak berlebihan.
c) Kegiatan promosi bentuk lain seperti “sales promotion”, pelayanan
obral, dan tawaran lain dalam bentuk hadiah sebaiknya dilarang
untuk rumah sakit/dokter
TERIMA KASIH

You might also like