You are on page 1of 29

IMUNISASI

• Cakupan HB 0-7 Hari : Cakupan HB 0-7 adalah persentase bayi usia 0-7 hari yang mendapatkan imunisasi HB di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
• Cakupan BCG : Cakupan BCG adalah persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
• Cakupan DPT HB H1b1 : Cakupan DPT HB Hib 1 adalah Jumlah bayi usia 2- 11 bulan yang mendapatkan imunisasi DPTHB ke-satu di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun
• Cakupan DPT-HB-Hib3 : Cakupan DPT-HB-Hib 3 adalah Jumlah bayi usia 4 - 11 bulan yang mendapatkan imunisasi DPTHB ke-3 di wilayah Puskesmas dalam kurun
waktu satu tahun
• Cakupan Polio 4 : Cakupan Imunisasi Polio 4 adalah Jumlah bayi usia 4 - 11 bulan yang mendapatkan imunisasi Polio ke-empat di wilayah Puskesmas pada kurun
waktu satu tahun
• Cakupan Campak -Rubella (MR): Cakupan Imunisasi MR adalah jumlah bayi usia 9 - 11 bulan yang mendapatkan imunisasi Campak / Rubella (MR) di wilayah
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
• Cakupan BIAS DT: Cakupan BIAS DT adalah Jumlah siswa kelas 1 Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, laki-laki dan perempuan yang mendapatkan imunisasi DT di
wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
• Cakupan BIAS Td adalah jumlah siswa kelas 2 dan kelas 5 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat, laki-laki dan perempuan yang
mendapatkan imunisasi Td di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
• Cakupan BIAS MR adalah Jumlah siswa kelas 1 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat, laki-laki dan perempuan yang mendapat
imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
• Cakupan Imunisasi TT 1 adalah jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan imunisasi TT pertama di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
• Cakupan Imunisasi TT2 + Ibu Hamil adalah jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT ke-dua
atau ke-tiga, atau ke-empat atau ke-lima di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
• Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa/Kelurahan dimana ≥ 80 %
dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu
tahun
• Cakupan IDL adalah jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap yaitu : HB 0-7 hari 1 kali,
BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 4 kali, Polio oral 4 kali, dan campak/MR 1 kali yang ada di desa tersebut
sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
12 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.
 Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih
hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan
kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
 Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
hanya mengalami sakit ringan.
• Imunisasi Program terdiri atas:
a. Imunisasi rutin;
Imunisasi rutin dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Imunisasi rutin terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan.
Imunisasi dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa
perlindungan anak yang sudah mendapatkan Imunisasi dasar.
b. Imunisasi tambahan; dan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit
sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu.
c. Imunisasi khusus.
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Contoh jemaah
haji
IMUNISASI RUTIN

• Imunisasi dasar
• Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat
imunitas pada anak baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil

Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi
DT dan Td dinyatakan mempunyai status Imunisasi T5.
Cakupan Imunisasi Ibu Hamil Puskesmas Dayeuhkolot Tahun 2021
Cakupan Imunisasi TT2 + Ibu Hamil adalah jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT ke-dua
atau ke-tiga, atau ke-empat atau ke-lima di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
Cakupan Desa yang Mencapai “Universal Child Immunization” (UCI)
Cakupan Desa yang Mencapai “Universal Child Immunization” (UCI) Upaya imunisasi perlu ditingkatkan
untuk mencapai tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi sehingga PD3I (penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi) dapat dibasmi, dieliminasi atau dikendalikan. Indikator keberhasilan program imunisasi
dikatakan berhasil jika cakupan target imunisasi mencapai target UCI (Universal Child Imunization) yakni,
80% balita telah diimunisasi di wilayah Puskesmas.
SURVEILLANS
• Cakupan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
(SKDR): Cakupan Sistem Kewaspadaan Dini
Penyakit Menular adalah Pengamatan/
mengidentifikasi Penyakit menular potensi KLB
Mingguan (dengan menggunakan Form W2)
• Cakupan surveilans terpadu penyakit : Cakupan
Surveilans Terpadu Penyakit adalah cakupan
pelaksanaan Surveilans Epidemiologi penyakit
menular yang bersumber data Puskesmas.
• Cakupan Pengendalian Kejadian Luar Biasa
(KLB) Cakupan pengendalian KLB adalah
cakupan jumlah penyakit yang dinyatakan KLB
yang dilakukan pengendalian/ ditanggulangi
dalam satu tahun
SURVEILANS

• Surveilans Kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap
data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk
memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien.
• Berdasarkan sasaran penyelenggaraan,
Surveilans Kesehatan terdiri atas:
a. surveilans penyakit menular;
b. surveilans penyakit tidak menular;
c. surveilans kesehatan lingkungan;
d. surveilans kesehatan matra (surveilans kesehatan haji, surveilans bencana dan
masalah sosial)
e. surveilans masalah kesehatan lainnya ( surveilans kesehatan lanjut usia; surveilans
penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya; )
• Fungsi dasar Surveilans :
1. untuk kewaspadaan dini penyakit yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB),
tetapi juga sebagai
2. dasar perencanaan dan pengambilan keputusan program kesehatan jangka menengah dan
jangka panjang.
3. Secara umum Surveilans Kesehatan diperlukan untuk menjamin tersedianya data dan
informasi epidemiologi sebagai dasar pengambilan keputusan dalam manajemen kesehatan.
Kegiatan Surveilans Kesehatan meliputi:
• 1. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif dan pasif.
Jenis data: data kesakitan, kematian, dan faktor risiko.
Sumber: Fasilitas Pelayanan Kesehatan, unit statistik dan demografi, dan sebagainya.
Metode: pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara, pengamatan, pengukuran, dan
pemeriksaan terhadap sasaran.
• 2. Pengolahan data Sebelum data diolah dilakukan pembersihan koreksi dan cek ulang,
selanjutnya data diolah dengan cara perekaman data, validasi, pengkodean, alih bentuk
(transform) dan pengelompokan berdasarkan variabel tempat, waktu, dan orang. Hasil
pengolahan dapat berbentuk tabel, grafik, dan peta menurut variabel golongan umur, jenis
kelamin, tempat dan waktu, atau berdasarkan faktor risiko tertentu. disajikan dalam bentuk
ukuran epidemiologi yang tepat (rate, rasio dan proporsi).
• 3. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode epidemiologi deskriptif dan/atau
analitik untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan tujuan surveilans yang ditetapkan.
Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pedoman untuk
pengambilan keputusan, meliputi:
a. besaran masalah;
b. faktor risiko;
c. endemisitas;
d. patogenitas, virulensi dan mutasi;
e. status KLB/Wabah;
f. kualitas pelayanan;
g. kinerja program; dan/atau
h. dampak program.
• SURVEILANS BERBASIS INDIKATOR
Surveilans berbasis indikator dilakukan untuk memperoleh gambaran penyakit, faktor risiko dan masalah kesehatan dan/atau masalah yang berdampak terhadap
kesehatan yang menjadi indikator program dengan
menggunakan sumber data yang terstruktur.
Contoh data terstruktur antara lain:
a. Kunjungan Ibu hamil
b. Kunjungan neonatus
c. Cakupan imunisasi
d. Laporan bulanan data kesakitan puskesmas
e. Laporan bulanan kasus TB
f. Laporan mingguan kasus AFP
g. Laporan bulanan kasus campak
h. Laporan bulanan kematian rumah sakit
i. Laporan berkala STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
j. Registri penyakit tidak menular
• Pelaksanaan surveilans berbasis indikator di puskesmas, dilakukan untuk menganalisis pola penyakit, faktor risiko, pengelolaan sarana pendukung seperti
kebutuhan vaksin, obat, bahan dan alat kesehatan, persiapan dan kesiapan menghadapi kejadian luar biasa beserta penanggulangannya.
• Surveilans Berbasis Kejadian
Surveilans berbasis kejadian dilakukan untuk menangkap dan memberikan informasi secara cepat tentang
suatu penyakit, faktor risiko, dan masalah kesehatan, dengan menggunakan sumber data selain data yang
terstruktur.
contoh, beberapa KLB campak diketahui dari media massa, tidak tertangkap melalui surveilans PD3I
terintegrasi (Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi).

• Contoh aplikasi lain adalah operasionalisasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). SKDR
dilakukan pengamatan gejala penyakit yang mengarah ke suatu penyakit potensial KLB secara mingguan
dengan format tertentu (surveilans berbasis indikator). Bila dalam pengamatan mingguan ditemukan sinyal
peningkatan jumlah gejala penyakit yang mengarah ke suatu penyakit potensial KLB, dilakukan respon
untuk memverifikasi kebenaran kejadian peningkatan dan respon lain yang diperlukan termasuk
penyelidikan epidemiologi (surveilans berbasis kejadian).
SURVEILANS PROGRAM

1. Cakupan Sistem Kewaspadaan Dini Penyakit Menular adalah Pengamatan/ mengidentifikasi Penyakit menular

potensi KLB Mingguan (dengan menggunakan Form W2)

2. Cakupan Surveilans Terpadu Penyakit adalah cakupan pelaksanaan Surveilans Epidemiologi penyakit menular yang bersumber

data Puskesmas.

3. Cakupan pengendalian KLB adalah cakupan jumlah penyakit yang dinyatakan KLB yang dilakukan pengendalian/ ditanggulangi

dalam satu tahun

program di Puskesmas Dayeuhkolot untuk KLB yaitu tentang Covid-19


UKM-P
• Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi di Masyaakat: Cakupan UKGM
adalah persentase UKBM yang mendapat pembinaan dari petugas
puskesmas di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu setahun
• Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di SD/ MI :
Pembinaan Kesehatan gigi dan mulut adalah kegiatan untuk
mengubah perilaku mereka dari kurang menguntungkan menjadi
menguntungkan terhadap kesehatan gigi pada murid kelas 1
• Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan mulut siswa SD adalah
persentase siswa SD yang mendapat pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut dari petugas puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
• Cakupan Penanganan Siswa SD/MI yang Membutuhkan Perawatan
Kesehatan Gigi adalah persentase siswa SD/MI yang mendapatkan
penanganan berupa perawatan gigi oleh Petugas di Puskesmas
UKM-P KESEHATAN GIGI

UKM-P
Program :
1. Cakupan pembinaan kesehatan gigi di masyarakat adalah persentase UKGM yang mendapat pembinaan dari petugas puskesmas di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu setahun (sudah 6 posyandu)
• Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk kegiatan peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan mulut, pengobatan
penyakit gigi dan mulut, dan pemulihan kesehatan gigi dan mulut.
(PERMENKES 89 TAHUN 2015)
• Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut secara komprehensif dengan memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan pada fase tertentu
terdiri atas:
a. kesehatan gigi dan mulut ibu hamil;
b. kesehatan gigi dan mulut anak dan remaja; dan
c. kesehatan gigi dan mulut lanjut usia;
• Ruang Lingkup Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Menurut Permenkes No 284/MENKES/SK/IV/2006 tentang Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut, ruang lingkup pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut masyarakat adalah sebagai berikut :
• a. Standar Administrasi
1) Input
a) Adanya Therapis gigi dan mulut yang memiliki STRTGM dan SIPTGM
b) Adanya sarana pelayanan kesehatan
c) Adanya sasaran
d) Adanya Standar Operating Procedure (SOP) pelayanan
2) Proses
A.Melaksanakan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut (promotif) :
(1) Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada individu, kelompok dan masyarakat
(2) Pelatihan kader
(3) Pembuatan dan penggunaan alat peraga penyuluhan
B. Melaksanakan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut (preventif) :
(1) Pemeriksaan plak (2) Teknik sikat gigi yang baik (3) Pembersihan karang gigi (4) Pencegahan karies gigi dengan fluor dengan teknik kumur-kumur dan pengolesan fluor pada gigi (5)
Penumpatan pit dan fissure gigi dengan bahan fissure sealant (6) Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien umum rawat inap
UKP
• Cakupan rawat jalan adalah jumlah kunjungan kasus ( baru ) rawat jalan
di sarana kesehatan strata pertama
• Presentase kelengkapan pengisian rekam medis pada seluruh pasien
Puskesmas pada kurun waktu satu tahun dibanding dengan jumlah
seluruh kunjungan pasien di Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
• Kunjungan Rawat jalan gigi mulut adalah kunjungan pasien baru
pelayanan medis kepada seorang pasien untuk tujuan pengamatan,
diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan gigi pada
pasien
• Kunjungan Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah kunjungan pasien
baru pada salah satu bagian dirumah sakit/puskesmas yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan
cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya
UKP

Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik yang dilaksanakan pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL)

1. Rawat gigi =Cakupan kunjungan rawat jalan gigi :Kunjungan Rawat jalan gigi mulut adalah kunjungan pasien baru pelayanan medis
kepada seorang pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan gigi pada pasien, pada saat
pandemic kunjungan pasien dikurangi, bulan ini targetnya sudah dinaikan,
2. Rawat jalan = Cakupan rawat jalan peserta JKN : adalah jumlah kunjungan kasus ( baru ) rawat jalan di sarana kesehatan strata pertama.
3. Rekam medis =Cakupan kelengkapan pengisian Rekam Medis: pada pasien kunjungan rawat jalan di Puskesmas : Presentase
kelengkapan pengisian rekam medis pada seluruh pasien Puskesmas pada kurun waktu satu tahun dibanding dengan jumlah seluruh
kunjungan pasien di Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayananlain
kepada pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan.  (PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 55 TAHUN
2013 TENTANGPENYELENGGARAAN PEKERJAAN PEREKAM MEDIS)

You might also like