You are on page 1of 240

Seorang laki-laki, 40 tahun, dibawa ke IGD dengan

penurunan kesadaran. Pasien sebelumnya sedang berolah


raga lalu tiba-tiba terlihat sangat kesakitan memegang
kepalanya. Riwayat benturan kepala sebelumnya dan
riwayat hipertensi disangkal. Pasien sempat muntah (+). PF:
kesadaran somnolen-sopor, TD 170/100mmHg, HR 90x/m, RR
22x/m. Rangsang meningeal (+), kaku kuduk (+), Brudzinski

51 sign I-II (+)


Diagnosis yang paling mungkin?

A. EDH
B. SAH
C. ICH
D. SDH
E. SNH
B. SAH
KEYWORD
S:
• Laki-laki, 40 tahun
• Penurunan kesadaran
• Sedang berolah raga tiba-tiba terlihat sangat
kesakitan memegang kepalanya  nyeri kepala
• hebat, mendadak
Riwayat benturan kepala sebelumnya dan riwayat
• hipertensi disangkal  eksklusi cedera kepala
• Muntah (+)
PF: kesadaran somnolen-sopor, TD 170/100mmHg, HR
90x/m, RR 22x/m. Rangsang meningeal (+), kaku
kuduk (+), Brudzinski sign I-II (+)
SUBARACHNOID
HEMATOMA
• Suatu keadaan kegawatdaruratan yang ditandai oleh nyeri kepala yang sangat
hebat, “worst headache ever” (VAS 9-10) yang muncul akut/tiba-tiba akibat
Anamnesis:

• Gejala prodomal:
 Gejala peningkatan TIK: nyeri kepala, muntah, penurunan
kesadaran.
 Gejala rangsang meningeal : nyeri kepala, kaku leher, silau, penurunan
kesadaran
• Gejala khusus untuk perdarahan subarahnoid dapat berupa:
 Manifestasi peningkatan tekanan intrakranial karena edema serebri,
hidrosefalus dan terjadinya perdarahan berulang
 Defisit neurologis fokal
 Manifestasi stroke iskemik karena vasospasme bergantung
kepada komplikasinya Sumber: Acuan PPK Neurologi PERDOSSI, 2016
PERDARAHA INTRAKRANI
N AL
TAT LAKSAN SAH
A A

Sumber:
Acuan PPK Neurologi PERDOSSI, 2016
Seorang pria, 30 tahun, mengeluh nyeri pada sisi kiri
wajah dirasakan sejak 4 hari yang lalu, Nyeri dirasakan
lebih berat saat menguyah makanan, menyikat gigi,
ataupun ketika wajah disentuh. RIwayat trauma di
bagian kepala disangkal, riwayat demam disangkal. PF
tanda vital dalam batas normal.
Terapi apakah yang paling tepat diberikan untuk pasien

52 ini?

A. Carbamazepine
B. Paracetamol
C. Morfin
D. Sumatriptan
E. Ergotamin
A. CARBAMAZEPIN
E
KEYWORD
S:
• Pria, 30 tahun
• nyeri pada sisi kiri wajah dirasakan sejak 4 hari yang
lalu
• Nyeri memberat saat menguyah makanan,
menyikat gigi, ataupun ketika wajah disentuh.
• Riwayat trauma di bagian kepala disangkal
• Riwayat demam disangkal.
• PF tanda vital dalam batas normal
NEURALGI TRIGEMIN
A AL
NEURALGIA
•TRIGEMINAL
Rasa nyeri tajam di daerah inervasi N. trigeminus (N.V)
yang dapat merupakan kondisi idiopatik maupun
• simtomatik
Anamnesis:
• Serangan nyeri paroksismal berlangsung beberapa detik
• sampai kurang dari 2 menit.
Nyeri dirasakan sepanjang inervasi satu atau lebih cabang n
V. Onset nyeri mendadak, berat, tajam seperti ditikam,

panas atau kesetrum dan superfisial.
Alodinia (rangsangan antara lain: menggosok gigi, makan ,
• mengunyah, mencukur, atau mencuci wajah dan tiupan
angin, bicara)
Diantara dua serangan tidak ada rasa nyeri, jika ada hanya
berupa nyeri ringan atau tumpul.
TAT LAKSAN NEURALGI
A A
TRIGEMIN A
AL

Sumber:
Acuan PPK Neurologi PERDOSSI, 2016
Pasien laki-laki, 42 tahun, diantar keluarganya
dengan penurunan kesadaran, sopor, kaku kuduk
(+), suhu 39°C, TD 120/80, nadi 80x/mnt, rr 24x/mnt,
pada pemeriksaan LCS didapatkan jumlah sel 600,
PMN 20%, limfosit 65%, monosit 15%.
Diagnosis pada pasien tsb adalah?

53 A.
B.
Meningitis virus
Meningitis tuberkulosis
C. Encephalitis
D. Meningitis bakteri
E. Meningoencephalitis
A. MENINGITIS
VIRUS
KEYWORDS:
• Laki-laki, 42 tahun
• Penurunan kesadaran, sopor, kaku kuduk (+)
• Suhu 39°C, TD 120/80, nadi 80x/mnt, rr 24x/mnt
• Pemeriksaan LCS: jumlah sel 600, PMN 20%, limfosit
65%, monosit 15%  predominan limfosit
TEMUAN ANALISI LC PADA
HASIL S S
MENINGITIS

Sumber: AAFP, 2003


Perempuan 45 tahun datang dengan keluhan pusing
berputar merasa dirinya berputar sejak 30 menit. Mual
dan muntah (+). Diperberat jika menengok ke kanan kiri
dan membuka mata. Tidak ada tinitus dan penurunan
pendengaran.
Tes penunjang pemeriksaan yang tepat ?

54 A.
B.
C.
Pemeriksaan EEG
Pemeriksaan timpanometri
Tes postural
D. Tes ASSR
E. Tes OAE
C. TE POSTURA
S L
KEYWORD
S:
• Perempuan, 45 tahun
• Pusing berputar merasa dirinya berputar sejak 30 menit 
vertigo
• Mual dan muntah (+)
• Diperberat jika menengok ke kanan kiri dan
membuka mata dipengaruhi posisi
• Tidak ada tinitus dan penurunan pendengaran 
eksklusi Meniere’s disease
BPP
V
• Vertigo yang dicetuskan oleh perubahan posisi
kepala
• Ada nistagmus rotatorik ke arah telinga yang
mengalami gangguan
• Pemeriksaan yang menunjang diagnosis salah satunya
adalah: Dix-Hallpike maneuver
• Diagnosis Banding:
• Neuritis vestibuler : gejala vertigo perifer, riwayat infeksi viral
(+), nistagmus horizontal ke arah telinga yang sehat, nyeri (+)
• Labirinitis : vertigo (+), onset akut, penurunan pendengaran
(+), tinnitus (-) Sumber: Buku Ajar THT FKUI, Medscape.
DIX HALLPI TES
KE T
TAT LAKSAN
A A
• Vestibulosupresan
• CRP (canalith repositioning procedure) dengan
maneuver Epley kanalitiasis pada kanal anterior
dan posterior, dilakukan setelah Dix-Hallpike
• Perasat Liberatory (Semont)  kupulolitiasis
• Latihan Brandt-Daroff  untuk gejala sisa ringan, dapat
dilakukan mandiri

Sumber: Acuan PPK Neurologi PERDOSSI, 2016


EPLE MANEUVE
Y R
BRANDT- EXERCIS
DAROFF E
Pasien laki-laki usia 58 tahun datang dengan
keluhan pandangan mata buram sejak 2 jam yang
lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun
yang lalu. PF tekanan darah 220/120 mmHg, nadi
106x/m, RR 20x/m, Suhu 36,9C.
Diagnosis yang paling mungkin untuk pasien di

55
atas yaitu?

A. Krisis hipertensi
B. Hipertensi emergensi
C. Hipertensi urgensi
D. Stroke iskemik
E. Stroke hemoragik
B. HIPERTENSI
EMERGENSI
KEYWORD
S:
• Laki-laki, 58 tahun
• datang dengan keluhan pandangan mata
buram sejak 2 jam yang lalu  tanda kerusakan
target organ (+)
• Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu.
• PF TD: 220/120 mmHg, nadi 106x/m, RR 20x/m,
Suhu 36,9C
HIPERTENSI
Kenaikan tekanan darah dari nilai normal yang dikonfirmasi setelah dua kali
pengukuran.
• Klasifikasi yang digunakan: JNC 7 (guideline terapi terbaru: JNC 8)

Stage Systolic Dyastolic


Normal <120 mmHg <80 mmHg
Prehypertension 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Stage-1 HT 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stage-2 HT >160 mmHg >100 mmHg

• Krisis Hipertensi: TD sistolik >180mmHg atau diastolik >120mmHg,


dengan/tanpa kerusakan target organ
• Hipertensi Urgensi : kenalikan TD > 180/120 mmHg tanpa kerusakan
target organ
• Hipertensi : Hipertensi urgensi + kerusakan target organ
Emergensi
KRISIS
HIPERTENSI
• Kerusakan target organ dapat berupa:
• Ensefalopati hipertensif
• Perdarahan intracerebral/intrakranial
• Papiledema, retinopati hipertensi
• Ruptur aneurisma
• Infark miokard akut
• Edema paru akut akibat disfungsi ventrikel kiri
• Gagal ginjal akut

• Penurunan tekanan darah pada hipertensi urgensi sebaiknya dicapai dalam waktu 24–48 jam
Penurunan tekanan darah pada hipertensi emergensi perlu dilakukan secepatnya untuk
• mencegah terjadinya kerusakan target organ yang permanen.

Sumber: Pubmed, 2010. Pubmed from Frontier Cardiovasc Med, 2016.


PATOFISIOLO KRISI HIPERTEN
GI S SI

Sumber:
Pubmed from Frontier Cardiovasc Med, 2016.
WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
Nn. Gina, berusia 20 tahun, dibawa keluarganya karena
sering tertawa sendiri, melompat-lompat, dan terkadang
menangis. Pasien merasa akan dibunuh oleh mantan
pacarnya yang sudah meninggal. Pasien juga sering
mendengar bisikan untuk menyuruhnya bunuh diri. Pada
saat pemeriksaan, pasien kooperatif, mood labil, kesan
afek terbatas. Keluhan ini muncul sudah selama 12 hari.

56 Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya.


Riwayat keluarga dengan keluhan seperti ini tidak
diketahui. Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah ?

A. Skizofrenia Paranoid
B. Gangguan Waham
C. Gangguan Psikotik Akut
D. Gangguan Bipolar Episode Mania dengan Gangguan
Psikotik
E. Gangguan Skizoafektif
C. Gangguan Psikotik Akut
KEYWORDS
:• Wanita, 20 tahun
• Tertawa sendiri, melompat-lompat, dan
terkadang menangis
• Merasa akan dibunuh oleh mantan pacarnya
yang sudah meninggal
• Pasien kooperatif, mood labil, kesan afek terbatas
• Keluhan ini muncul sudah selama 12 hari
Kriteria Gangguan Psikotik Akut
• Onset yang akut (2 minggu atau kurang)  gejala
Psikotik nyata dan mengganggu aktivitas
kehidupan sehari-hari
• Adanya sindrom yang khas “polimorfik” dan
“Schizophrenia-like”
• Adanya stress akut
• Tidak diketahui akan berlangsung berapa lama
• Tidak ada gangguan organik
Sumber : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Ny. Ambar, 40 Tahun datng dengan keluhan selalu menaruh curiga bahwa
suaminya selingkuh dengan wanita lain. Hal ini
dirasakan sejak 1 tahun yang lalu setelah suaminya diangkat menjadi
kepala cabang di kantornya. Pasien selalu berusaha menelpon suaminya
dan menanyakan segala aktivitas yang dilakukan. Sampai 6 bulan terakhir
pasien melarang suaminya membawa handphone sama sekali. Suaminya
selalu
mengatakan bahwa ia tidak selingkuh, hanya memang pekerjaannya yang

57 cukup banyak. Pada pemeriksaan psikiatri


tidak ditemukan gejala psikiatri yang lain, hanya pada
suaminya. Apakah diagnosis yang tepat ?
kecurigaan

A. Gangguan Penyesuaian
B. Gangguan Cemas Menyeluruh
C. Gangguan Campuran Cemas dan Depresi
D. Gangguan Waham Menetap
E. Gangguan Obsesif-Kompulsif
D. Gangguan Waham Menetap
KEYWORDS
:• Perasaan curiga
• Sejak 1 tahun yang lalu
• 6 bulan pasien melarang suaminya membawa HP
• Tidak ada kelainan psikiatri lain
Kriteria Gangguan Waham
Menetap
• Waham yang menonjol
• Sudah berjalan 3 bulan atau lebih
• Waham bersifat pribadi
• Dapat muncul gejala depresi (full-blown), dengan
syarat jika gejala afektif hilang, waham masih
menetap

Tidak ada kelainan organik

Tidak ada halusinasi
Sumber : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Tn. Anto, berusia 45 tahun dibawa oleh keluarga nya ke IGD RS
karena pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 2 hari
yang lalu. Penurunan kesadaran ini kadang kala membaik
kadang semakin parah. Pasien mengaku bahwa ada anak
kecil perempuan yang sedang menakuti dirinya. Pasien
menjadi berbicara dengan kacau serta gelisah. Tidak
didapatkan riwayat demam, sakit kepala, lemah sepuh tubuh,
trauma kepala, sering lupa, maupun kejang. Pasien hanya

58 memiliki riwayat DM tidak terkontrol dengan obat. Pada


pemeriksaan status mental didapatkan pasien mengalami
kesulitan untuk memusatkan, mempertahanka, dan
mengalihkan perhatian. Apakah diagnosis yang tepat untuk
kasus ini ?

A. Demensia
B. Delirium
C. Gangguan Amnestik
D. Gangguan Konversi
E. Psikotik Akut lir-skizofrenia
B. Delirium
KEYWORDS
:• Penurunan kesadaran 2 hari
• Penurunan kesa daran fluktuatif (kadang baik-
kadang buruk)
• Ada banyangan anak kecil perempuan yang
menakuti dirinya  Halusinasi
• Berbicara kacau dan gelisah
• Riwayat DM tidak terkontrol
• Px Status Mental : kesulitan memusatkan,
mempertahankan, dan mengalihkan perhatian
Kriteria Delirium
• Gangguan kesadaran dan perhatian
• Kesadaran berkabut  koma
• ↓ kemampuan mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, dan
mengalihkan perhatian
• Gangguan kognitif
• Ilusi-halusinasi
• Ganggaun daya ingat
• Disorientasi waktu, tempat, dan orang
• Gangguan psikomotor
• Hipo atau hiperaktivitas, arus pembicaraan bertambah atau berkurang
• Gangguan skilus tidur-bangun
• Insomnia, memburuk jika malam hariu, mimpi buruk
• Ganggaun emosional
• Onset cepat, perjalanan penyakit timbul setiap hari, berlangsung < 6
bulan.
Sumber : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Penyebab Delirium

Sumber :

Mnemonic & More For Psychiatry (David J. Robinson, M.D.,


F.R.C.P.C

Steis, RM, Shaughnessy M, Gordon SM. Delirium: A Very


Common Problem You May Not Recognize. Journal of
Psychosocial Nursing and Mental Health Services.
2012;50(7):17-20
Tn Galih, usia 35 tahun dikonsulkan dari bagian penyakit
dalam ke poliklinik psikiatri RS karena keluhan perut sering kembung,
buang air besar kadang tidak lancer, dan merasa
ada yang bergerak di dalam ususnya. Pasien yakin bahwa
ada tumor ganas di dalam ususnya. Keadaan ini sudah
dialaminya 10 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan bagian
penyakit dalam tidak ditemukan kelainan. Apakah diagnosis
yang tepat pada pasien ini ?

59 A. Psikosomatik
B. Somatisasi
C. Hipokondriasis
D. Gangguan Konversi
E. Gangguan Waham Menetap
C. Hipokondriasis
KEYWORDS
:• Keluhan gangguan pencernaan
• Yakin jika ada tumor ganas (1 penyakit yang parah)
Sudah 10 bulan
• Pada hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak
• ditemukan ada kelainan
Kriteria Hipokondriasis
• Memiliki keyakinan yang tetap pada satu
penyakit fisik yang serius. Serta preokupasi yang
menetap kemungkinan perubahan pada bentuk
fisiknya (tidak sampai waham)
• Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan
dokter

Sumber : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)


Beda Hipokondriasis dan
Somatisasi
Hipokondriasis Somatisasi
Keyakinan 1 penyakit yang Keluhan penyakit yang
serius bermacam-macam
Sudah berjalan 6 bulan (DSM IV- Sampai 1 tahun
TR)
Tidak mau menerima nasehat dokter (Shopping doctor)
Preokupasi terhadap Terjadi disabilitas dalam
penyakitnya, sehingga muncul fungsinya di masyarakat dan
disabilitas keluarga karena keluhan
fisiknya
Sumber : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
DSM IV - TR
Seorang wanita datang ke Rumah Sakit bersama dengan
keluarganya. Pasien sering mengeluh nyeri kepala. Nyeri kepala
hilang timbul. Pasien merasa otanya seperti keluar
setelah hakim memutuskan perkaranya ketika siding terakhir.
Dokter kesulitan dalam memahmi perkataan pasien. Ketika
ditanya apakah ada permasalahan psikologis, pasien hanya
menjawab bahwa dia sedang sakit kepala. Berapakah tilikan
pasien ini ?

60 A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
C. 3
KEYWORDS
:• Pasien mengeluh nyeri kepala
• Merasa otaknya keluar setelah hakim
memutuskan perkaranya  menyalahkan faktor
eksternal
• Ketika ditanya ada permasalahan psikologis,
pasien hanya menjawab sakit kepala
Insight / Tilikan
Sumber : Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010

• Pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi


dirinya dalam konteks realitas sekitarnya (pemahaman
pasien terhadap penyakitnya)
Tingkatan Tilikan
• I : Penyangkalan total terhadap penyakitnya (true denial)
• II : Ambivalensi , agak menyadari dirinya sakit dan membutuhkan bantuan, tetapi dalam
waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya
• III : menyadari dirinya sakit, namun menyalahkan orang lain, faktor eksternal,
faktor organic sebagi penyebab sakit
• IV : menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan, tetapi tidak tahu sebab penyakit
V : menyadari penyakitnya dan faktor yang berhubungan dengan sakit,
• tetapi tidak menerapkan saran dalam perilaku praktisnya.
VI : tilikan sehat. Sadar penuh tentang situasi diri untuk mencapai perbaikan.
• True Emotional Insight
Seorang wanita 35 tahun datang ke poliklinik jiwa RS dengan
keluhan susah memulai tidur sejak 1 bulan terakhir ini. Pasien juga
mengeluh sering terbangun dan susah untuk memulai
tidur kembali pada malam hari, pasien juga sering terbangun
terlalu pagi. Saat ini pasien mengeluh jika badannya sering
lelah dan tidak bersemangat jika pagi hari. Pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Apa
diagnosis pada pasien ini ?

61 A. Parasomnia B.
Hypersomnia C.
Insomnia
D. Somnabulisme
E. Gangguan jadwal tidur-jaga non organik
C. Insomnia
KEYWORDS
:• Susah memulai tidur
• 1 bulan
• Sering terbangun dan susah untuk memulai tidur
kembali pada malam hari
• Sering terbangun terlalu pagi
• Badannya sering lelah dan tidak bersemangat jika pagi hari
Gangguan Tidu (F51)
r Dyssomnia Parasomnia
Insomnia Hypersomnia Gangguan Jadwal Peristiwa episodik
Tidur-jaga abnormal yang
terjadi pada saat tidur
Kriteria Waktu Minimal 3 kali / 1 Setiap hari dalam Setiap hari dalam
minggu selama 1 waktu 1 bulan waktu 1 bulan
bulan
Penemuan Klinis • Sulit masuk tidur/ • Sleep attacks • Pola tidur-jaga
mempertahank an/ • Tidak ada gejala dari individu tidak
kualitas tidur yg tambahan seirama dengan
buruk narcolepsy atau pola tidur-jaga
• Preokupasi tidak bukti klinis sleep apnoe yang normal
bisa tidur • Tidak ada gejala • Insomnia pada
• Ketidak puasan neurologis waktu orang tidur,
baik kualitas/ hypersomnia
kuantitas tidur waku orang jaga
• Ketidak puasan
baik kualitas/
kuantitas tidur

Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)


Tn Parno, berusia 40 tahun datang ke poliklinik suatu RS
dengan keluhan mudah lupa. Setiap selesai mengerjakan
sesuatu ia selalu lupa apakah ia sudah melakukannya atau
belum, sehingga ia mengulang dan mengulang lagi apa
yang dilakukannya tadi untuk meyakinkan perbuatan berulang yang
dilakukannya seperti mengunci pintu rumah saat hendak pergi menuju
kantor. Ia mengeluh lelah
mengulang-ulang perbuatannya tersebut diulang- tetapi jika tidak

62 ulang maka ia akan merasa tidak Diagnosis dari tenang dan cemas.
kasus di atas adalah ?

A. Demensia
B. Gangguan Amnestik
C. Gangguan Cemas Menyeluruh
D. Delirium
E. Gangguan Obsesif-Kompulsif
E. Gangguan Obsesif Kompulsif
KEYWORDS
:• Mengulang dan mengulang lagi apa yang
dilakukannya
• Meyakinkan perbuatan berulang yang
dilakukannya
• Tetapi jika tidak diulang-ulang maka ia akan
merasa tidak tenang dan cemas
Gangguan Obsesif Kompulsif
• Harus ada gejala obsesif / kompulsif / keduanya
• Setiap hari selama 2 minggu
• Menyebabkan distress yang bemakna
• Gejala Obsesif
• Disadari dari pikiran atau impuls diri sendiri
• Ada 1 pikiran atau tindakan yang tidak dapat dilawan
• Memeberikan perasaan lega atau ketenangan
• Pengulangan yang tidak menyenangkan
Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Gangguan Obsesif Kompulsif
• Pola :
• Kontaminasi (berhubungan dengan kotoran)
• Keraguan yang berlebihan (patologis)
• Pikiran Intrusif
• Simetris atau detail
• Tatalaksana pada pasien dengan gangguan ini :
dengan psikoterapi serta pemberian
farmakoterapi (SSRI  Fluoxetin)
Buku Ajar: Psikiatri (Edisi 2): Silvia D. Elvira; Balai Penerbit FK UI, 2013
Nn. Tika , 25 tahun di bawa keluarganya ke dokter karena tidak tidur
sudah selama 2 minggu terakhir. Pasien merasa
tidak perlu tidur karena akan membuat suatu projek besar yang akan
memeberikan manfaat yang besar bagi dunia. Pasien akan selalu
mengamuk dan memukuli keluarganya karena merasa dibatasi dan
diganggu aktivitasnya selama Keluarga mengatakan 6 bulan yang lalu ini.
pasien sering
melamun dan sering mengurung diri di kamar serta sering

63 menangis, apakah diagnosis dari pasien ini ?

A. Hipotimia
B. Gangguan Bipolar tipe 1
C. Gangguan Bipolar tipe 2
D. Skizofrenia Hebefrenik
E. Skizofrenia Paranoid
B. Gangguan Bipolar Tipe 1
KEYWORDS
:• Pasien merasa tidak perlu tidur karena akan
membuat suatu projek besar yang akan
memeberikan manfaat yang besar bagi dunia 
peningkatan energi dan aktivitas dan didapatkan
• gejala psikotik
• 2 minggu
• Mengamuk dan memukuli keluarganya
6 bulan yang lalu pasien sering melamun dan sering
mengurung diri di kamar serta sering menangis 
episode depresi
Kriteria Gangguan Afektif Bipolar
• Terdapat episode berulang (sekurang-kurangnya
2 episode)
• Pada waktu tertentu terjadi penngkatan afek dan
penambahan energi dan aktivitas
(mania/hipomania) dan pada waktu lain
penurunan afek dan pengurangan energi dan
aktivitas(depresi)
• Episode mania (2 minggu – 4-5 bulan)
• Episoder depresi (rata-rata 6 bulan)
Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan Afektif
Bipolar

Episode kini Episode Kini


Episode kini Manik Episode Kini Depresif
Hipomanik Campuran

Tanpa Gejala Episode Kini Depresif Episode Kini Depresif


Gejala Psikotik
Psikotik Ringan atau Sedang Berat

Tanpa Gejala
Gejala Psikotik
Psikotik

Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)


Tipe Gangguan Afektif Bipolar
(DSM IV- dan Kaplan)
TR
Bipolar 1 Bipolar 2

Memenuhi kriteria bipolar

Mania (ADL Hipomania (ADL Tidak


terganggu) terganggu)

Depresi Mayor (ADL Terganggu

Sumber: Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010)
DSM IV-TR
Sdr. Slamet, 26 tahun, diatantar oleh keluarganya ke IGD RS
oleh keluarganya karena lemas seluruh tubuh disertai nyeri
terutama pada daerah persendian. Pasien tampak gelisah,
berkeringat dan menggigil. Didapatkan riwayat menggunakan
obat-obatan melalui suntikan sejak 8 bulan terakhir ini. Pasien
terakhir menggunakan obat-obatan tersebut 2 hari yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik pupil menjadi midriasis, tangan tremor,
apakah yang terjadi pada pasien ini ?

64 A. Gejala Panik
B. Gajala Waham
C. Keadaan Putus Zat
D. Intoksikasi akut
E. Sindrom Ketergantungan
C. Keadaan Putus Zat
KEYWORDS
:• Lemas seluruh tubuh disertai nyeri terutama pada
daerah persendian
• Tampak gelisah, berkeringat dan menggigil
• Riwayat menggunakan obat-obatan melalui
suntikan sejak 8 bulan
• Pupil menjadi midriasis, tangan tremor
Gangguan Mental dan Perilaku
Akibat Penggunaan Zat
Intoksikasi Akut Sindrom Ketergantungan Keadaan Putus Zat

• Dose dependent • Pola pemakaian zat maladaptif • Sindrom spesifik zat akibat
• Atau pada individu kelainan menyebabkan penghentian (atau penurunan)
organi (insufisiensi hepar atau gangguan/penderitaan yang pemakaian zat yang telah
ginjal)  dosis kecil akan bermakna secara klinis dengan ciri digunakan dalam waktu yang
intoksikasi (> 3); lama dan berat.
• Kondisi peralihan yang timbul • Kompulsif untuk mengunakan zat • Gejala putus zat akan mereda
setelah mengkonsumsi • Kesulitan mengedalikan perilaku dengan meneruskan kembali
• Intensitas intoksikasi berkurang menggunakan zat penggunaan zat.
dengan berlalunya waktu dan • Toleransi
efeknya hilang jika tidak • Didapatkan gejala putus zat bila
mengkonsumsi penggunaan dihentikan
• Secara progresif mengabaikan
kesenangan/minat lain
Tetap menggunakan zat, meski
menyadari ada akibat merugikan

Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III), DSM IV-TR
Keadaan Putus Zat Opioid
• Berdasarkan clue soal didapatkan riwayat penggunaan obat-obatan suntik sejak 8 bulan,
terakhir menggunakan obat tersebut 2 hari yang lalu, dan didapatkan hasil pemeriksaan fisik
pupil midriasis, tangan tremor mengarahkan diagnosis pada keadaan putus zat opiat/opioid.
• •Penggunaan Opiat/opioid injeksi terutama untuk Morfin dan Heroin. Sindrom putus zat morfin dan heroin
dimulai dalam 6 – 8 jam setelah dosis terakhir, umumnya setelah periode pemakaian kontinu atau pemberian
antagonisnya.
• Adapun gejala putus zat opiat/opioid meliputi;
• Tanda vital meningkat, midriasis pupil
• Mood disforik
• Mual dan muntah
• Nyeri otot
• Lakrimasi/rinorea
• Dilatasi pupil,
• piloereksi, atau
• berkeringat
• Diare
• Menguap
Demam
Insominia

Sumber:
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Tn. James, 40 tahun,datang di bawa ke dokter oleh keluarganya karena
sering menyeluh nyeri pada dahi kiri sejak 4
bulan terakhir ini. Nyeri ini dirasakan pasien jika terdapat suatu gelombang
yang masuk melalui dahi kirinya. Pasien meyakini
jika ia adalah seorang yang ditunjuk tuhan untuk melindungi
dunia ini dari kehancuran. Pasien juga mengatakan sering
melihat dengan manusia bersayap yang terbang dari langit
untuk memberikan pesan dari tuhan. Pasien tampak tenang,

65 dan tidak mengamuk. Hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium


tidak ditemukan kelainan. Apakah terapi medikamentosa paling
tepat untuk diberikan kepada pasien ?
yang

A. Haloperidol 1 x 5 mg IM B.
Risperidone 2 x 2 mg PO C.
Haloperidol 3 x 10 mg PO D.
Risperidone 2 x 8 mg PO E.
Olanzapine 3 x 15 mg PO
B. Risperidone 2 x 2 mg PO
KEYWORDS
:• 4 bulan
• Terdapat suatu gelombang yang masuk melalui dahi
kirinya  Thought of Withdrawal
• Meyakini jika ia adalah seorang yang ditunjuk tuhan
untuk melindungi dunia ini dari kehancuran  Waham
kebesaran (bagian dari waham paranoid)
• Manusia bersayap yang terbang dari langit untuk
memberikan pesan dari tuhan  Halusinasi Visual
• Pasien tampak tenang, dan tidak mengamuk
Prinsip Pemilihan Antipsikotik

• Pada dasarnya semua obat antipsikotik mepunyai


efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis
ekuivalen. Perbedaan terutama pada efek
sekunder (efek samping: sedasi, otonomik,
ekstrapiramidal)
• Pemilihan jenis obat antipsikotik mempertimbangkan
gejala psikosis yang dominan dan efek samping
obat.

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
Prinsip Pemilihan Antipsikotik
Dominan Gejala Positif Dominan Gejala Negatif Tidak memberi Respon Terbukti efektif
Klinis
• Gaduh gelisah, • Apatis, menarik diri, • Bila obat anti psikotik • Bila riwayat hiperaktif, sulit
tidur, afek tumpul, pasif, tertentu tidak penggunaan obat kacau, pikiran
hipoaktof, hipobilia, memberikan respon antipsikotik efektof perasaan, perilaku, kemiskinan isi
piker klinis dalam dosis dan dapat ditolerir waham, halusinasi • Gunakan yang
yang optimal dan dengan baik efek
• Gunakan yang memiliki efek sedasi dalam jangka waktu sampingnya 
memiki efek sedasi kuat lemah yang memeadai  DIPILIH KEMBALI
kuat • Usahakan pilih dari GANTI dengan obat untuk pemakaian
• Chlopromazine, golongan atipikal, anti psikotik yang lain saat ini
thioridazine seperti risperidone (sebaiknya dari
• Atau jika terpaksa golongan yang
menggunakan yang TIDAK SAMA) tipikal
seperti
Haloperidol,
Trifluperazine,
Fluphenazine

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
Rute Pemberian Antipsikotik
• Oral
• Seluruh antipsikotik memiliki preparat sediaan oral
• Sebagian besar antipsikotik tidak diabsorbsi lengkap setelah pemberian oral, walaupun preparat cair
(liquor) diabsorbsi lebih efisien dibanding sediaan oral yang lain.
• Diindikasi untuk terapi harian pada pasien yang kooperatif dan taat minum obat dengan sediaan oral.

• Parenteral
Beberapa antipsikotik juga tersedia dalam sediaan parenteral yang dapat diberikan secara
intramuskular dalam situasi gawat darurat, dengan pencapaian konsentrasi terapeutik plasma yang
lebih cepat dibanding sediaan oral.
Indikasinya terutama pada keadaan pasien inkooperatif, gaduh gelisah, berpotensi atau sudah
membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.
Terdapat pula antipsikotik dalam bentuk depot parenteral kerja lama yang dapat diberikan sekali tiap
1 – 4 minggu. Diindikasikan pasien yang tidak teratur atau taat minum obat dalam sediaan oral
harian.

Sumber:
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Dosis Pemberian Antipsikotik
Golongan Nama Generik Dosis Anjuran
Chlorpromazine 150-600 mg/h
Perphenazine 12-24 mg/h
Fluphenazine 10-15 mg/h
Phenothiazine Fluphenazine decanoate 25 mg / 2-4 minggu
Levomepromazine 25-50 mg/h
Trifluoperazine 10-15 mg/h
Thipridazine 150-600 mg/h
Haloperidol 5-15 mg/h
Butyrophenone
Haloperidol Decanoate 50 mg/2-4 minggu

Diphenyl-butyl-
Pimozide 2-4 mg/h
Piperidine
Benzamide Sulpiride 300-600 mg/h
Clozapine 25-100 mg/h
Dibenzodiazepine Olanzapine 10-20 mg/h
Quetiapine 50-400 mg/h
Benzisoxazole Risperidone 2-6 mg/h
Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ
Seorang dokter diminta oleh sebuah perusahaan jamu
untuk mempromosikan produknya. Dokter tersebut
berhati-hati dalam hal ini karena tidak berani
mempromosikan sesuatu yang belum diuji kebenarannya.
Prinsip bioetik apakah yang diterapkan oleh dokter
tersebut?
A. Justice

66 B. Altruism
C. Autonomy
D. Beneficence
E. Nonmaleficence
E. Non Maleficence

KEYWORD
A. Dokter diminta mempromosikan produk.
B. Dokter tersebut berhati-hati dalam hal ini karena tidak
berani mempromosikan sesuatu yang belum diuji
kebenarannya
KAIDAH DASAR MORAL
1. Autonomy: pasien dapat mengambil keputusan
sendiri & dijamin kerahasiaan medisnya.
2. Nonmaleficence (Do No Harm): tidak dengan
sengaja melakukan tindakan yang malah
merugikan/invasif tanpa ada hasilnya → dasar agar
tidak terjadi kelalaian medis.
3. Beneficence: mengambil langkah yang bermanfaat,
untuk mencegah atau menghilangkan sakit.
4. Justice: perlakuan yang sama untuk kasus yang
sama.
Saat Anda praktek di puskesmas, seorang mayat usia 30-
40 tahun dikirim dengan dugaan penganiayaan.
Didapatkan banyak luka pada tubuh korban dan
sebagian masih mengeluarkan darah. Polisi minta
dilakukan pemeriksaan luar dan dalam pada mayat
tersebut. Apa yang tidak ada pada kesimpulan visum et
repertum?

67 A. Benda penyebab luka


B. Cara kematian korban
C. Kualifikasi derajat luka
D. Sebab kematian korban
E. Jumlah luka pada tubuh korban
C. Kualifikasi derajat luka
• KEYWORD
• Mayat
• Banyak luka
• Pemeriksaan luar dan dalam pada mayat tersebut
KESIMPULAN
VISUM
Kesimpulan visum mati memuat :
a. Identitas
b. Jenis kekerasan
c. Jenis luka Lokasi
d. Luka Sebab
e. kematian
f. Mekanisme
g. kematian
Waktu kematian
Bayi dibuang di Gorong-gorong. Hasil pemeriksaan luar
didapatkan PB 48 cm, BB 3100 gram, LK 35 cm, kuku
melawati jari, putting susu terlihat jelas, testis sudah turun
ke dalam scrotum, memar tepat di pertengahan kepala.
Hasil pemeriksaan dalam didapatkan paru mottle pink,
menutupi sebagian jantung, perabaan seperti spons,
pada kepala didapatkan perdarahan difus di sepanjang

68 falk serebri, didapatkan penulangan di distal femur


diameter 0,5 cm. Apakah teknik otopsi
dilakukan pada kasus ini?
yang harus

a. Docimacia pulmonum hidrosaticum


b. Breslau second life
c. Open window
d. Wreden wendt
e. Cranium slicing
C. Open Window
• KEYWORD
A. Pada kepala didapatkan perdarahan difus di
sepanjang falk serebri
Untuk mengetahui penyebab kematian
trauma kepala atau pemukulan kepala
Menggunakan teknik open window

Pada pemukulan kepala yang sering ditemukan


adalah fraktur tengkorak dan hematom jaringan otak.
Gambar disamping menunjukkan adanya subdural
hematom pada pemukulan kepala
Bayi laki laki dan ari-arinya ditemukan di tempat sampah
kamar mandi SPBU. Bayi tsb dibawa ke instalasi
kedokteran forensic dan medikolegal RSDK untuk
pemeriksaan. Pada pemeriksaan luar: PB 49 cm, BB 3000
gram, LK 34 cm, kuku melewati ujung jari, putting susu
terlihat jelas, testis turunke skrotum, memar di
pertengahan kepala. Pada pemeriksaan dalam

69 didapatkan paru mottled pink, menutupi sebagian


jantung, perabaanspt spons, pada kepala perdarahan
difus di sepanjang falx cerebri, didapatkan inti
penulangan distal femur diameter 0,5 cm. dari tanda di
atas, kesimpulan:
a. Bayi aterm, lahir hidup
b. Bayi viable, lahir hidup
c. Bayi aterm, lahir mati
d. Bayi viable, lahir mati
e. Bayi non viable, lahir hidup
A. Bayi aterm, lahir hidup

KEYWORD
A. Pada pemeriksaan luar: PB 49 cm, BB 3000 gram
B. kuku melewati ujung jari, putting susu terlihat
jelas, testis turunke skrotum, didapatkan inti
penulangan distal femur diameter 0,5 cm
C. Pada pemeriksaan dalam didapatkan paru mottled
pink, menutupi sebagian jantung, perabaanspt spons
Syarat bayi aterm dan lahir hidup

Lahir hidup Lahir mati


a. Dada mengembang a. Dada tidak mengembang
b. Tulang iga mendatar b. Tulang iga melengkung
c. Sela iga melebar c. Sela iga sempit
d. Puncak diafragma d. Puncak diafragma sela iga 3/4
sela iga 5/6
aru e. aruP
e. - P :hi a a - :
Memenu rongg dad & menutupi sebagian Kolaps
- epi
- epikandung jantung T -tajam aan
T - tumpulan aik Perab
- est g aru (-
Gambar
- moz
aan warna mottled pink
ut - kenyal is : an
Perab
- est lemb g aru ~ BUSA T apun anp sel s di
T - apun p is (+) li ang )
ti mb.
Mikroskop : edema, alveo mengemb , Mikroskop ditemuk mekonium
diselapu Hialin d squamou alveolus
Seorang perempuan 18 tahun datang ke IGD
diantar oleh ayah dan polisi untuk visum karena
mengaku telah diperkosa 2 jam yang lalu oleh
seorang pria yang baru dikenalnya lewat media
sosial
Apakah izin yang sah menurut hukum untuk

70
melakukan senggama, kecuali

a. Sadar
b. Wanita >18 tahun
c. Tidak terikat perkawinan dengan lelaki lain
d. Bukan keluarga dekat
e. Sehat akal
A. Sadar
• KEYWORD
A. Seorang perempuan 18 tahun datang ke IGD
B. mengaku telah diperkosa 2 jam yang lalu
Syarat Senggama yang legal
Senggama yang legal ( tidak melanggar hukum )
adalah yang dilakukan dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut (Sofwan dahlan, 2000):
• Ada izin ( consent ) dari wanita yang disetubuhi
• Wanita tersebut sudah cukup umur, sehat akalnya, tidak
sedang dalam keadaan terikat perkawinan dengan laki-
laki lain dan bukan
anggota keluarga dekat .
Seorang kakek ditemukan meninggal di belakang stasiun.
Jenazah kemudian dibawa ke RS untuk dilakukan pemeriksa
an luar. Kemudian dilakukan pemeriksaan pada pukul 19.00
WIB tidak didapatkan tanda – tanda kekerasan tajam
maupun tumpul. Didapatkan lebam mayat pada tengkuk.
Punggung, pinggang, warna merah keunguan, hilang
dengan penekanan, kaku mayat pada kelopak mata dan

71 rahang mudah dilawan, pembusukan belum ada.


Apakah tanda pasti kematian lain yang dapat
untuk menentukan perkiraan waktu kematian?
diperiksa

a. Kekeruhan kornea
b. Penurunan suhu
c. Taches noire sclerotique
d. Pengosongan sambung
e. Adiposera
B. Penurunan Suhu

KEYWORD
A. dilakukan pemeriksaan pada pukul 19.00 WIB
tidak didapatkan tanda – tanda kekerasan
tajam maupun tumpul
B.
lebam mayat pada tengkuk. Punggung,
pinggang, warna merah keunguan, hilang
C. dengan penekanan,
kaku mayat pada kelopak mata dan rahang
D. mudah dilawan,
pembusukan belum ada.
Tanda-tanda kematian

Pada soal ini ditanyakan mengenai tanda pasti kematian lain


selain dalam soal.
Alat bukti yang sah menurut pasal 184 KUHAP
adalah 1. Keterangan saksi 2. Petunjuk 3.
Keterangan ahli 4.surat 5. Keterangan terdakwa

a. 1,4,2,3,5
b. 5,1,4,2,3

72
c. 2,5,4,1,3
d. 1,3,4,2,5
e. 4,2,1,3,5
D. 1,3,4,2,5
• KEYWORD
A. pasal 184 KUHAP
B. Alat bukti yang sah
Alat bukti sah berdasaskan
pasal 184:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat Petunjuk
4. Keterangan
5. terdakwa
Seorangg mahasiswa ditemukan meninggal di
rumanhnya di bawah kolong tempat tidu dengan leher
terlilit tali dan beberapa luka memar dan lecet di wajah
dan badan. Jenazah kemudian dibawa ke forensic untuk
dilakukan otopsi. Dari px luar didapatkan wajah tampak
sembab, bitnik perdarahan kanan dan kiri, empat buah
memar pada rahang bawah kri terbentuk yang bulat,

73 beberapa luka lecet di wajah jejas jerat melingkar secara


penuh dengan arah mendatar.
kematian pada jenazah di atas
Apakah penyebab

a. Chocking
b. Gaging
c. Penjeratan
d. Pecekikan
e. Gantung
C. Penjeratan

KEYWORD
A. Seorang mahasiswa ditemukan meninggal di
rumangnya di bawah kolong tempat tidu
dengan leher terlilit tali
B. Dari px luar didapatkan wajah tampak sembab,
bitnik perdarahan kanan dan kiri, empat buah
memar pada rahang bawah kri terbentuk yang
bulat, beberapa luka lecet di wajah jejas jerat
melingkar secara penuh dengan arah
mendatar
Penjeratan
• Lilitan tali di leher menjadi erat karena tarikan kedua ujungnya
oleh orang lain.
• Cara kematian : Pembunuhan >
• Kelainan Post mortem :
• Jejas jerat tidak begitu jelas
• Arah jejas jerat mendatar
• Sifat-sifat seperti gantung
• Tanda-tanda khusus dari jeratan dengan tali:
• Jejas jerat pada leher: tidak sejelas jejas gantung, arahnya horisontal (tinggi
kedua ujung jejas jerat bisa sama atau tidak sama), kedalamannya reguler
(sama) tetapi jika ada simpul atau tali disilangkan maka jejas jerat pada
tempat tersebut lebih dalam atau lebih nyata.
• Lecet/memar pada leher. Pada peristiwa pembunuhan sering ditemukan
adanya lecet-lecet atau memar di sekitar jejas yang terjadi karena korban
berusaha membuka jeratan.
Seorang wanita usia 30 tahun datang dengan
keluhan lemas, mudah capek dan cepat
mengantuk. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan
konjungtiva pucat dan spoon nail (+). Dari
pemeriksaan fisik didapatkan Hb 7 g/dl. Dokter
menganjurkan untuk transfusi darah dan

74
menjelaskan terlebih dahulu tentang indikasi, efek
samping dan prinsip transfusi darah. Setelah itu,
dokter baru meminta persetujuan pasien.
Prinsip bioetik apakah yang diterapkan oleh dokter
tersebut?
A. Justice
b. Altruism
c. Autonomy
d. Beneficence
e. Nonmaleficence
C. Autonomy

KEYWORD
A. Dokter menganjurkan untuk transfusi darah dan
menjelaskan terlebih dahulu tentang indikasi,
efek samping dan prinsip transfusi darah.
B. Setelah itu, dokter baru meminta persetujuan
pasien.
KAIDAH DASAR MORAL
1. Autonomy: pasien dapat mengambil keputusan
sendiri & dijamin kerahasiaan medisnya  dasar
informed consent & kerahasiaan medis.
2. Nonmaleficence (Do No Harm): tidak dengan
sengaja melakukan tindakan yang malah
merugikan/invasif tanpa ada hasilnya → dasar agar
tidak terjadi kelalaian medis.
3. Beneficence: mengambil langkah yang bermanfaat,
untuk mencegah atau menghilangkan sakit.
4. Justice: perlakuan yang sama untuk kasus yang
sama.
Seorang wanita 18thn dating ek IGD RSUP dr. kariadi ingin
meninta visum et repertum. Dari anamnesis didapatkan
bahwa korban telah dipukul oleh pacarnya +2jam yang lalu sehigga
didapatkan memar pada kelopak mata kanan. Jika akibat luka tsb
menyebabkan korban tdk bisa
beraktifitas selama tiga hari maka kualifikasi luka tersebut

75
adalah?

a. Luka ringan
b. Luka ringan-sedang
c. Luka sedang
d. Luka berat
e. Luka sangat berat
C. Luka sedang

KEYWORD
A. didapatkan memar pada kelopak mata kanan.
B. luka tsb menyebabkan korban tdk bisa
beraktifitas selama tiga hari
Luka sedang
Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B
Luka derajat II adalah apabila luka tersebut
menyebabkan penyakit atau menghalangi
pekerjaan korban untuk sementara waktu.
Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal
351 ayat 1.
Pada kasus ini pasien tidak dapat beraktivitas selama 3 hari
sehingga bisa disimpulkan kualifikasi luka yaitu luka
sedang
Klasifikasi Luka
A. Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan
penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan korban. Hukuman
bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat 1.
B. Luka Ringan-Sedang tidak ada
D. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A
Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yaitu:
- Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa
bahaya maut
- Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban
selamanya
- Hilangnya salah satu panca indra korban
- Cacat besar
- Terganggunya akan selama > 4 minggu
- Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu
E. Luka Sangat berat tidak ada
Posyandu dengan 6 kader. Penimbangan
dilakukan >8x/tahun. Kinerja tercapai <50%. Akan
tetapi saat ini dana desa baru dapat mendukung
pendanaan posyandu <50% tersebut. Tipe
Posyandu diatas adalah?
A. Posyandu pratama

76
B. Posyandu mandiri
C. Posyandu madya
D. Posyandu purnama
E. Posyandu paripurna
C. POSYANDU MADYA
KEYWORDS:
• Kader jumlah 6
• Penimbangan dilakukan >8x/tahun
• Kinerja Posyandu <50%
• Dana desa untuk posyandu <50%

 Tipe Posyandu: Posyandu Madya


TIPE- POSYANDU
TIPE
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Frekuensi <8x/tahun >8x/tahun
Penimbangan
2. Rerata Kader Tugas <5 >5

3. Rerata Cakupan D/S <50% >50%


(Ditimbang/Seluruh)
4. Cakupan Kumulatif <50% >50%
KB. KIA, Imunisasi

5. Program Tambahan (-) (+)

6. Cakupan Dana <50% >50%


Sehat
Sumber: Depkes RI, 2004
Tim dokter akan melakukan penelitian tentang
pemberian tablet besi pada remaja putri untuk
mengetahui angka kejadian anemia. Dari 60 orang
remaja putri yang mengalami anemia, 40 orang
tidak mendapatkan tablet besi. Dari 60 orang
remaja putri yang tidak mengalami anemia, 20

77
orang tidak mendapatkan tablet besi. Jenis
hubungan kausal pada kasus ini adalah?
a. Prevalence rate
b. Relative risk
c. Prevalency risk
d. Odds ratio
e. Incidence rate
D.ODDS RATIO
KEYWORDS:
• Dari 60 orang remaja putri yang mengalami anemia
(Kelompok Sakit), 40 orang tidak mendapatkan tablet
besi (Faktor Risiko)
• Dari 60 orang remaja putri yang tidak mengalami
anemia (Kelompok Sehat), 20 orang tidak
mendapatkan tablet besi (Faktor Risiko).
• Dimulai dari Penyakit(Anemia) lalu ditelusuri Faktor
Risiko
Tipe(Pemberian Tablet
penelitian CaseBesi/Tidak) Retrospektif
Kontrol -- Jenis Asosiasi yang
dipakai Odds Ratio
DESAI PENELITI ANALITI
N AN K
CROSS SECTIONAL CASE CONTROL COHORT
•Waktu singkat •Retrospektif (Meninjau ke •Prospektif(diikuti) &
•Faktor Risiko dan Penyakit belakang) retrospektif (Meninjau ke
dianalisa secara BERSAMAAN •Subyek biasanya digolongkan belakang, ex: rekam medis)
saat itu juga menjadi kelompok sakit dan sehat •Ada Durasi Waktu
•Faktor Risiko yang pertama lalu dicari faktor risiko ke belakang •Semua subyek berawal
diketahui baru Penyakit •Artinya penyakit diketahui dari kondisi sehat
•Hubungan kausal paling pertama baru Faktor Risiko •Kendala etik (+)
lemah •Hubungan kausal >kuat •Waktu lama
•Hubungan kausal diukur dr cross sectional •Hubungan kausal diukur
dengan Prevalensi Risk •Kendala etik (-) dengan Relative Risk
•Hubungan kausal diukur
dengan Odds ratio

Sumber: Sastroasmoro, S. Sofyan I. (2014). DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis


Edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto
Dokter A ingin meneliti efek pemberian susu sapi
terhadap kejadian alergi pada bayi usia 6 bulan.
Penelitian dimulai dari saat bayi lahir dan diikuti sampai
usia 6 bulan sampai bayi timbul alergi. Penelitian Analitik
yg dilakukan secara prospektif untuk mencari Relative
Risk adalah..
A. Cohort

78 B. Case control
C. Experimental
D. Deskriptif
E. Cross Sectional
A. COHOR
T
KEYWORDS:
• Penelitian Analitik
• Prospektif
• Relative Risk

 Desain Penelitian Cohort


DESAI PENELITI ANALITI
N AN K
CROSS SECTIONAL CASE CONTROL COHORT
•Waktu singkat •Retrospektif (Meninjau ke •Prospektif(diikuti) &
•Faktor Risiko dan Penyakit belakang) retrospektif (Meninjau ke
dianalisa secara BERSAMAAN •Subyek biasanya digolongkan belakang, ex: rekam medis)
saat itu juga menjadi kelompok sakit dan sehat •Ada Durasi Waktu
•Faktor Risiko yang pertama lalu dicari faktor risiko ke belakang •Semua subyek berawal
diketahui baru Penyakit •Artinya penyakit diketahui dari kondisi sehat
•Hubungan kausal paling pertama baru Faktor Risiko •Kendala etik (+)
lemah •Hubungan kausal >kuat •Waktu lama
•Hubungan kausal diukur dr cross sectional •Hubungan kausal diukur
dengan Prevalensi Risk •Kendala etik (-) dengan Relative Risk
•Hubungan kausal diukur
dengan Odds ratio

Sumber: Sastroasmoro, S. Sofyan I. (2014). DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis


Edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto
Salah satu prinsip BPJS memberikan jaminan yang
berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan
atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sesuai uraian diatas, prinsip BPJ
yang diterapkan adalah? S
A. Fleksibilitas
B. Portabilitas

79 C. Transferbilitas
D. Kegotongroyongan
E. Akuntabilitas
B. PORTABILIT
AS
KEYWORDS:
• Jaminan Berkelanjutan
• Pindah kerja atau tempat tinggal

 Prinsip Portabilitas
UU No 40/2004 TENTANG SISTE
JAMINAN SOSIA NASIONAM
L L
1. Kemanusiaan 1. Jaminan Kesehatan .1. Kegotong-royongan

5 Program

9 Prinsip
3 Azas
2. Manfaat
3. Keadilan sosial bagi
(BPJS Kesehatan)
2. Jaminan Kecelakaan Kerja
2. Nirlaba
3. Keterbukaan
seluruh rakyat indonesia 3. Jaminan Hari Tua 4. Kehati-hatian
4. Jaminan Pensiun 5. Akuntabilitas
5. Jaminan Kematian 6. Portabilias
(BPJS Ketenagakerjaan 7. Kepesertaan Wajib
8. Dana Amanat
9. Hasil Pengelolaan dana
digunakan seluruhnya
untuk
pengembangan program
dan sebesar-besarnya untuk
kepentingan peserta
Sumber: UU No 40/2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
9 PRINSI BPJ
P S

Sumber: Buku Pegangan Sosialisasi JKN dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn.pdf
Perempuan 35 tahun dirawat oleh dokter keluarga
dengan diagnosis ulkus DM. Lalu dokter
bekerjasama dengan perawat untuk merawat luka
pasien secara optimal. Prinsip kedokteran keluarga
yang diterapkan adalah?
A. Berkesinambungan

80
B. Komprehensif
C. Koordinatif
D. Kolaboratif
E. Holistik
C. KOORDINATI
F
KEYWORDS:
• Bekerjasama dengan Perawat (Profesi berbeda)

 Prinsip Koordinatif
9 Prinsip Kedokteran Keluarga

1. Pelayanan Holistik (Menyangkut


aspek bio-psiko-sosial pasien) dan 2. Berkesinambungan/Kontinu
Komprehensif (Promotif, Preventif, (terus-menerus)
Kuratif, Rehabilitatif)

4. Pelayanan Koordinatif dan


Kolaboratif (Interpersonil)
•Koordinatif (dengan profesi lain ex:
3.Mengutamakan Pencegahan/ perawat)
Preventif •Kolaboratif (sesama profesi
dokter)

Sumber: Prasetyawati, AE. Buku Kedokteran Keluarga FK UNS


fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
9 Prinsip Kedokteran Keluarga

6. Pelayanan yang
5. Penangan personal bagi setiap
mempertimbangkan keluarga, 7. Pelayanan yang menjunjung tinggi
pasien sebagai bagian integrasi
lingkungan kerja, dan etika dan hukum
keluarga
lingkungan tempat tinggalnya

8. Pelayanan yang dapat


9. Pelayanan yang sadar biaya dan
diaudit dan dapat
sadar mutu
dipertanggungjawabkan

Sumber: Prasetyawati, AE. Buku Kedokteran Keluarga FK UNS


fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
Seorang Pria usia 30 tahun datang ke dokter
karena seluruh tubuhnya kuning disertai rasa mual
dan muntah. Kemudian dokter menyarankan untuk
pemeriksaan laboratorium. Level of prevention
yang diterapkan oleh dokter tersebut adalah?
A. Health Promotion

81
B. Specific Protection
C. Early Diagnosis
D. Rehabilitation
E. Disability Limitation
C. EARL DIAGNOSIS
Y
KEYWORDS:
• Pasien datang ke dokter karena seluruh tubuh
kuning (Sakit)
• Pemeriksaan Laboratorium (Penegakan Diagnosis)

 Termasuk level of prevention: Early Diagnosis


PENCEGAHAN SECARA
UMUM
1. Primer: semua tindakan yg ditujukan pd faktor penyebab
penyakit, bertujuan mencegah reaksi interaksi penyebab
penyakit, mencegah timbulnya penyakit (Individu masih
sehat)
2. Sekunder: tindakan yang bertujuan mencegah stimulus/
penyakit yg telah terlanjur terjadi (individu sakit), agar tdk
menjadi menahun (chronic state), agar kasus penyakit
dpt sembuh tanpa cacat atau menjadi karier
3. Tersier: bertujuan mencegah berkembangnya penyakit ke
tingkat yg lebih berat/fatal, mencegah
kematian/kesembuhan dg cacat/kesembuhan sbg karier
Sumber: Rivai. Ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan. Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia. 1: (1).2015. Universitas Sumatera Utara
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15358/1/mki-jun2005-%20(1).pdf
DIAGRAM 5 LEVE OF
PREVENTIOL
N

Sumber: Rivai. Ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan. Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia. 1: (1).2015. Universitas Sumatera Utara
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15358/1/mki-jun2005-%20(1).pdf
5 LEVEL PREVENTIO
OF and Clark)
(Leavel N
1. Health Promotion
(Upaya Promosi Kesehatan)
2. Specific Protection
(Upaya Proteksi Kesehatan)
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment
(Upaya Diagnosis Dini dan Tindakan
Tepat/Cepat)
4. Disability Limitation
(Upaya Pemberantasan Akibat Buruk )
5. Rehabilitation
( Upaya Pemulihan Kesehatan)
Sumber: Leavell and Clark: Preventive Medicine for the Doctor in His Community, An
Epidemiologic Approach, 3rd ed. Huntington, NY, RE Dreges, 1997.
1. HEALT PROMOTIO

H N
Merupakan upaya non kuratif/ non medis, mudah, dapat
• dikerjakan oleh non dokter.
Upaya Mempromosikan menyebarluaskan informasi
• kesehatan
Upaya
1. peningkatan
Health pengetahuan/penyuluhan
education
2.
3. Peningkatan gizi
4. Gizi seimbang anak
5.
6. Pengawasan
7. pertumbuhan
8.
9. Perumahan sehat
10. Lingkungan sehat
Hiburan/rekreasi
Sumber: Rivai. Ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan. Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia.Nasehat perkawinan
1: (1).2015. Universitas Sumatera Utara
Pendidikan sex
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15358/1/mki-jun2005-%20(1).pdf
Pentingnya SADARI, dll
2. SPECIFIC
PROCTECTION
• Upaya perllindung terhadap risiko yang
mengancam status kesehatan
1. Imunisasi
2. Alat Pelindung Diri (Masker, Handscoon, Topi,
Celemek, Seat Belt, Sepatu Boot)

Sumber: Rivai. Ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan. Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia. 1: (1).2015. Universitas Sumatera Utara
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15358/1/mki-jun2005-%20(1).pdf
3. EARLY DIAGNOSIS
AND TREATME
PROMP
•TDeteksi dini terhadap
NT adanya penyakit
• Skrining Penyakit (Pemeriksaan Laboratorium, Kultur, PCR)
• Pemeriksaan kesehatan berkala
• ANC
• Penanganan atau pengobatan yang setepat-
tepatnya terhadap penyakit.

Menyembuhkan & mencegah berlanjutnya proses
penyakit

• Mencegah penyebaran penyakit menular
Mencegah komplikasi
Sumber: Rivai. Ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan. Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia. 1: (1).2015. Universitas Sumatera Utara
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15358/1/mki-jun2005-%20(1).pdf
4. DISABILITY
LIMITATION
• Perawatan yang baik & tepat
• Mencegah komplikasi lebih lanjut
• Perbaikan fasilitas utk mengatasi cacat &
mencegah kematian

Sumber: Rivai. Ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan. Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia. 1: (1).2015. Universitas Sumatera Utara
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15358/1/mki-jun2005-%20(1).pdf
5. REHABILITATI
ON
• Upaya tertentu yang dilakukan agar penderita
dimungkinkan untuk dikembalikan seperti
semula sebelum menderita penyakit &
dimungkinkan untuk dikembalikan ditengah-
tengah masyarakat lagi
• Contoh:
1. Fasilitas utk melatih kembali kemampuan yg masih
tersisa
2. Pembinaan ODHA (orang dengan HIV AIDS)
3. Pembinaan khusus untuk penderita Sakit Jiwa
Sumber: Rivai. Ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan. Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia. 1: (1).2015. Universitas Sumatera Utara
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15358/1/mki-jun2005-%20(1).pdf
Di suatu wilayah terdapat 100.000 penduduk.
Terdapat 10.000 penduduk berisiko terkena
Penyakit Jantung Koroner (PJK) Dalam setahun ada
2000 kematian dari semua penyebab. Terdapat 200
kasus PJK baru (150 laki-laki dan 50 wanita) dan 400
kasus lama (300 laki-laki dan 100 wanita). Kematian

82
akibat PJK 30 orang (20 laki-laki dan 10 wanita).
Angka kematian spesifik kasus PJK adalah?
A. (30/600)*100
B. (30/100.000)*100
C. (200/10.000)*100
D. (600/100.000)*100
E. (2000/100.000)*1000
Di suatu wilayah terdapat 150.000 penduduk.
Terdapat 10.000 penduduk berisiko terkena
Penyakit stroke Dalam setahun ada 3000 kematian
dari semua penyebab. Terdapat 300 kasus stroke
baru (250 laki-laki dan 50 wanita) dan 500 kasus
lama (400 laki-laki dan 100 wanita). Kematian

83
akibat stroke 50 orang (40 laki-laki dan 10 wanita).
Angka prevalensi kasus stroke adalah?
A. (50/800)*100 : Case Fatality Rate
B. (50/150.000)*100 : Crude Specific Death Rate
C. (300/10.000)*100: Incidence Rate
D. (800/150.000)*100: Prevalence Rate
E. (3000/150.000)*1000: Crude Death Rate
1000 orang siswa tercatat di SD X ternyata 500
orang (200 orang laki-laki dan 300 orang
perempuan) terkena penyakit muntah berak
setelah makan pecel di kantin sekolah. Lalu setelah
2 hari, 300 siswa baru terkena muntah berak. Angka
Attack Rate kasus diatas adalah?

84
A. 60%
B. 20%
C. 30%
D. 50%
E. 80%
1000 orang siswa tercatat di SD X ternyata 500
orang (200 orang laki-laki dan 300 orang
perempuan) terkena penyakit muntah berak
setelah makan pecel di kantin sekolah. Lalu setelah
2 hari, 300 siswa baru terkena muntah berak. Angka
Secondary Attack Rate kasus diatas adalah?

85
A. 60%
B. 20%
C. 30%
D. 50%
E. 80%
Pasien laki-laki, usia 29 tahun, datang dibawa oleh
temannya ke IGD RS dengan keluhan nyeri pada tungkai kiri
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam yang lalu.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan Airway dan
Breathing clear, TTV dalam batas normal, pada tungkai kiri
terdapat luka robek dengan perdarahan aktif, dan
hematom pada hipokondrium kiri. Apakah penanganan

86
yang paling tepat diberikan pada pasien?
A. Berikan oksigen
B. Bebat perdarahan dan resusitasi cairan
C. Bebat luka
D. Pemasangan collar neck
E. Rontgen thoraks
B. BEBAT PERDARAHAN
DAN
RESUSITASI CAIRAN
•KEYWORDS
Seorang laki-laki,
: 29 tahun
• Nyeri tungkai kiri, post KLL 1 jam yang lalu
• PF: Airway-Breathing clear, TTV dalam batas normal, pada tungkai
kiri terdapat luka robek dengan perdarahan aktif, dan hematom pada
hipokondrium kiri
INITIAL
ASSESSMENT
Penderita trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang
cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan sangat
penting. Oleh karena itu,
diperlukan cara yang mudah, cepat, dan tepat. Proses awal ini
dikenal dengan istilah Initial Assessment (penilaian awal)
Penilaian awal meliputi:
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)  sesuai indikasi (keadaan pasien)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey
7. Tambahan terhadap secondary survey Pemantauan dan re-
8. evaluasi berkesinambungan Transfer ke pusat rujukan yang
9. lebih baik WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PRIMARY SURVEY –
A
• Penilaian
AIRWAY dengan kontrol servikal
a) Mengenal patensi airway (inspeksi, palpasi, auskultasi)
b) Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
• Pengelolaan airway
a) Lakukan chin lift dan/atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line-
immobilization
b) Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan
alat yang rigid
c) Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
d) Pasang airway definitif sesuai indikasi
• Fiksasi leher
• Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multitrauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau
perlukaan diatas klavikula
• Evaluasi
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
AIRWAY
MANAGEMENT
• Simple management
maneuver
a) Suction
b) Chin lift
Pasien tidak sadar:
c) Jaw thrust
• GCS < 9
• “Definitive airway”  cuffed
tube in trachea  • Obstruksi karena: lidah, aspirasi,
endotracheal tube benda asing, trauma maksilofasial,
trauma leher
• Management:
• Careful endoscopic exam
• Careful and gentle intubation, or
• Surgical airway (?)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


AIRWAY
MANAGEMENT
In-line Cervical Immobilization

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


AIRWAY
MANAGEMENT
Modifikasi untuk pasien dengan kecurigaan trauma medulla spinalis:
1. Tongue/jaw lift
2. Modified jaw thrust
SUMBATAN JALAN
NAPAS
• Mengorok Oropharyngeal Airway:
Obstruksi jalan napas atas • Semicircular, disposable, and made of hard
karena lidah plastic. Guedel and Berman are
the frequent types.
• Gargling
• Guedel: tubular and has hole in the middle
Obstruksi jalan napas atas
karena cairan (darah, Berman: solid and has channeled
• sides
muntahan)  suction
• Wheezing Tujuan: menarik lidah menjauh dari
• dinding faring posterior (agar lidah
• Due to narrowing of the
lower airways tidak jatuh ke hipofaring dan menutup
jalan napas)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


INDIKAS AIRWA DEFINITI
IKebutuhan untuk perlindungan
Y airway VE Kebutuhan untuk ventilasi
Tidak sadar Apnea
• Paralisis neuromuskular
• Tidak sadar
Fraktur maksilofasial Usaha napas yang tidak adekuat
• Takipnea
• Hipoksia

Hiperkarbi
Bahaya aspirasi aCedera kepala tertutup berat yang
• Perdarahan •membutuhkan
Sianosis hiperventilasi singkat,
• Muntah bila terjadi penurunan keadaan
neurologis
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Cedera laring, trakea
• Stridor
PRIMARY SURVEY –
B
BREATHING dan Ventilasi-Oksigenasi
• Penilaian
a) Buka leher dan dada pasien, dengan tetap memperhatikan kontrol servikal in-line-
immobilization
b) Tentukan laju dan dalam pernapasan
c) Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
deviasi trakea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot otot-
tambahan, dan tanda-tanda cedera lainnya
d) Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e) Auskultasi thoraks bilateral
• Pengelolaan
a) Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (NRM 11-12 lpm)
b) Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c) Menghilangkan tension pneumothorax
d) Menutup open pneumothorax
e) Memasang pulse oxymeter
WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
• Evaluasi Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PRIMARY SURVEY –
C
• Penilaian
CIRCULATION dengan kontrol perdarahan
a) Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
b) Mengetahui sumber perdarahan internal
c) Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus
d) Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan tanda diperlukannya resusitasi masif segera
Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis
e)
Periksa tekanan darah
f)
• Pengelolaan
a) Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
b) Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli bedah
Pasang infus IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia
c) darah, tes kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan cross- match serta analisis gas darah
(BGA)
Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat
d)
Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien fraktur pelvis yang
e) mengancam jiwa
Cegah hipotermia
f)
• Evaluasi Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PERKIRAA KEHILANGA CAIRAN DAN DARA
N N H
PRIMARY SURVEY – D
DISABILITY
• Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
• Nilai pupil: besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi
tanda-tanda lateralisasi
• Evaluasi dan re-evaluasi airway, oksigenasi-ventilasi, dan circulation

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


PRIMARY SURVEY – E
EXPOSURE/ENVIRONMENT
• Buka pakaian pasien, periksa jejas
• Cegah hipotermia: beri selimut hangat dan tempatkan pasien
pada ruangan yang cukup hangat

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


ANALISA
•KASUS
Terdapat luka robek dengan perdarahan aktif  luka harus
dibebat untuk menghentikan dan/atau mengurangi jumlah perdarahan
Perdarahan aktif  tentunya terdapat kehilangan volume
• cairan tubuh (terutama intravaskular)  dilakukan resusitasi
cairan untuk menggantikan volume darah yang hilang
Hematom pada hipokondrium kiri  patut dicurigai adanya
• kemungkinan ruptur lien atau gaster  dapat menyebabkan
perdarahan intraabdomen dimana kehilangan darah tidak
dapat diketahui dengan jelas dan sulit untuk dikontrol 
dilakukan resusitasi cairan menggantikan volume darah
yang hilang
• Namun resusitasi cairan tidak boleh dilakukan secara membabi buta,
harus tetap dievaluasi TTV dan balans cairan (input = output) sehingga
tidak terjadi overload cairan pada pasien
Pasien perempuan, usia 35 tahun, dibawa ke IGD dengan
keluhan luka bakar pada dada dan perut setelah tersiram
air panas. Pasien merasakan nyeri hebat. Berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, TD
140/80 mmHg, nadi 98 kali/menit, RR 30 kali/menit, dan suhu
36,7C. Terdapat eritematosa pada dada dan perut, sudah
terdapat bula, sebagian bula sudah banyak yang pecah

87
dan berair. Apakah diagnosis pada pasien tersebut?
A. Luka bakar gr I
B. Luka bakar gr II
C. Luka bakar gr II
D. Luka bakar gr I
E. Luka bakar gr I
V
V
B. LUKA BAKAR GR
II
KEYWORDS
:• Seorang perempuan, 35 tahun
• Luka bakar pada dada dan perut setelah tersiram air panas
Disertai nyeri hebat
• PF: kesadaran compos mentis, TD 140/80, nadi 98x/m, RR
• 30x/m, suhu 36,7C. Terdapat eritematosa pada dada dan
perut, sudah terdapat bula, sebagian bula sudah banyak
yang pecah dan berair
LUK BAKA
A R
., Epidermis f- 1s t degree
Ep
J,...r11iL'1
2nd degree
Dermis
De- 11\1.S

---- -- - - - - - - -
$ U�CUlOOCOic. 11
S u b c u ta n e MUO
layer
ML..;cJe
- - ---1 't
-----------
o Muscle
u s
-----------
3rd degree 4th degree
ormal skm V
, Arter.es
and , ems

Epidennis
Superlidal
(first
degree) f, rst desree bum
bum • t n, nI" cs �Of' I aver <'f en -denn1�
only

Paro al thickness
(second degree)
burn
Second degree burn
-su-
• rnvotves a.11 or eproermrs
hlt�t�
anu
some of derm 1 !i
Full thickness
(lh1rd degree) • Ma, involve all of the Third ccgrcc bum
dermis • M� ex.end imo deeper
bu ussues
m
TATALAKSAN EMERGEN LUK BAKA
A SI A R

Emergency Management of Sever Burns (EMSB). Course Manual 17 th edition Feb 2013.
Austalia dn New Zealand Burn Association Ltd 1996
RUL OF NIN
E E

Dewasa Bayi/anak
• Bayi berusia sampai satu tahun
• Luas permukaan kepala dan leher berkisar 18%
• Luas permukaan tubuh dan tungkai berkisar 14%
• Dalam masa pertumbuhan, setiap tahun diatas usia satu tahun, maka ukuran
kepala berkurang sekitar 1% dan ukuran tungkai bertambah 0,5%
Proporsi dewasa tercapai saat seorang anak mencapai usia 10
• tahun
• Usia 10 tahun, penambahan ukuran tungkai dipindahkan ke

genitalia dan perineum 1%

Sumber: Emergency Management of Sever Burns (EMSB). Course Manual 17 th edition


WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
Feb 2013. Austalia dn New Zealand Burn Association Ltd 1996
Seorang perempuan, usia 30 tahun, diantar ke IGD dengan
keluhan fraktur terbuka pada femur kanan. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 80/50 mmHg, nadi 122
kali/menit, dan RR 28 kali/menit. Terdapat kassa yang
menutupi fraktur terbuka basah penuh dengan darah.
Apakah cairan yang paling tepat digunakan untuk resusitasi
pasien tersebut?

88
A. NaCl 0,9%
B. NaCl 3%
C. RL
D. D5
E. D5RL
C.
RL
KEYWORDS
:• Seorang perempuan, 30 tahun
• Terdapat luka terbuka pada femur kanan
• PF: TD 80/50 mmHg, nadi 122 kali/menit, dan RR 28
kali/menit. Terdapat kassa yang menutupi fraktur terbuka
basah penuh dengan darah
INITIAL ASSESSMENT
Penderita trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang
cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan sangat
penting. Oleh karena itu,
diperlukan cara yang mudah, cepat, dan tepat. Proses awal ini
dikenal dengan istilah Initial Assessment (penilaian awal)
Penilaian awal meliputi:
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)  sesuai indikasi (keadaan pasien)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey
7. Tambahan terhadap secondary survey Pemantauan dan re-
8. evaluasi berkesinambungan Transfer ke pusat rujukan yang
9. lebih baik
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PRIMARY SURVEY –
A
• Penilaian
AIRWAY dengan kontrol servikal
a) Mengenal patensi airway (inspeksi, palpasi, auskultasi)
b) Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
• Pengelolaan airway
a) Lakukan chin lift dan/atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line-
immobilization
b) Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan
alat yang rigid
c) Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
d) Pasang airway definitif sesuai indikasi
• Fiksasi leher
• Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multitrauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau
perlukaan diatas klavikula
• Evaluasi
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
AIRWAY
MANAGEMENT
• Simple management
maneuver
a) Suction
b) Chin lift
Pasien tidak sadar:
c) Jaw thrust
• GCS < 9
• “Definitive airway”  cuffed
tube in trachea  • Obstruksi karena: lidah, aspirasi,
endotracheal tube benda asing, trauma maksilofasial,
trauma leher
• Management:
• Careful endoscopic exam
• Careful and gentle intubation, or
• Surgical airway (?)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


AIRWAY
MANAGEMENT
In-line Cervical Immobilization

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


AIRWAY
MANAGEMENT
Modifikasi untuk pasien dengan kecurigaan trauma medulla spinalis:
1. Tongue/jaw lift
2. Modified jaw thrust
SUMBATAN JALAN
NAPAS
• Mengorok Oropharyngeal Airway:
Obstruksi jalan napas atas • Semicircular, disposable, and made of hard
karena lidah plastic. Guedel and Berman are
the frequent types.
• Gargling
• Guedel: tubular and has hole in the middle
Obstruksi jalan napas atas
karena cairan (darah, Berman: solid and has channeled
• sides
muntahan)  suction
• Wheezing Tujuan: menarik lidah menjauh dari
• dinding faring posterior (agar lidah
• Due to narrowing of the
lower airways tidak jatuh ke hipofaring dan menutup
jalan napas)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


INDIKAS AIRWA DEFINITI
IKebutuhan untuk perlindungan
Y airway VE Kebutuhan untuk ventilasi
Tidak sadar Apnea
• Paralisis neuromuskular
• Tidak sadar
Fraktur maksilofasial Usaha napas yang tidak adekuat
• Takipnea
• Hipoksia

Hiperkarbi
Bahaya aspirasi aCedera kepala tertutup berat yang
• Perdarahan •membutuhkan
Sianosis hiperventilasi singkat,
• Muntah bila terjadi penurunan keadaan
neurologis
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Cedera laring, trakea
• Stridor
PRIMARY SURVEY –
B
• Penilaian
BREATHING dan Ventilasi-Oksigenasi
a) Buka leher dan dada pasien, dengan tetap memperhatikan kontrol servikal in-line-
immobilization
b) Tentukan laju dan dalam pernapasan
c) Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
deviasi trakea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot otot-
tambahan, dan tanda-tanda cedera lainnya
d) Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e) Auskultasi thoraks bilateral
• Pengelolaan
a) Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (NRM 11-12 lpm)
b) Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c) Menghilangkan tension pneumothorax
d) Menutup open pneumothorax
e) Memasang pulse oxymeter
• Evaluasi Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PRIMARY SURVEY –
C
• Penilaian
CIRCULATION dengan kontrol perdarahan
a) Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
b) Mengetahui sumber perdarahan internal
c) Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus
d) Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan tanda diperlukannya resusitasi masif segera
Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis
e)
Periksa tekanan darah
f)
• Pengelolaan
a) Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
b) Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli bedah
Pasang infus IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia
c) darah, tes kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan cross- match serta analisis gas darah
(BGA)
Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat
d)
Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien fraktur pelvis yang
e) mengancam jiwa
Cegah hipotermia
f)
• Evaluasi Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PERKIRAA KEHILANGA CAIRAN DAN DARA
N N H
PILIHA CAIRAN KRISTALOI
N D
Ringer Lactate (RL) Normal Saline
(NS/NaCl)
Increase MAP + +
Recovered Base Excess (BE) + -
Decrease peripheral resistance + +
Serum potassium increased (risk of - +
hyperkalemia)
Risk of hyperchloremic acidosis - +

Sumber: Wenjun ZM, Douglas SC, and Michael AD. Comparisons of Normal Saline
and Lactated Ringer’s Resuscitation on Hemodynamics, Metabolic Responses, and
Coagulation in Pigs After Severe Hemorrhagic Shock.
Scand J Trauma Resusc Emerg Med. 2013; 21:86.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4029282/
PRIMARY SURVEY – D
DISABILITY
• Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
• Nilai pupil: besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi
tanda-tanda lateralisasi
• Evaluasi dan re-evaluasi airway, oksigenasi-ventilasi, dan circulation

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


PRIMARY SURVEY – E
EXPOSURE/ENVIRONMENT
• Buka pakaian pasien, periksa jejas
• Cegah hipotermia: beri selimut hangat dan tempatkan pasien
pada ruangan yang cukup hangat

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


Pasien laki-laki, usia 32 tahun, dibawa ke IGD setelah tidak
sengaja tertusuk besi pagar di dada sebelah kiri saat
bekerja. Selain itu, pasien juga merasa sesak napas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, TD
100/70 mmHg, nadi 72 kali/menit, RR 32 kali/menit, gerakan
napas hemitoraks kiri tertinggal, fremitus kiri melemah,
hipersonor, dan terdengar sucking sound. Tindakan yang

89
dapat segera dilakukan adalah…
A. Foto rontgen
B. Pasang ETT
C. Pasang WSD pada hemitoraks kanan
D. Pasang needle thoracocentesis
E. Pasang isolasi dengan perekat 3 sisi
E. PASANG ISOLASI
DENGAN
PEREKAT 3 SISI
•KEYWORDS
Pasien laki-laki,
: 32 tahun
• Tertusuk besi pagar di dada sebelah kiri saat bekerja
• Disertai sesak napas
• PF: compos mentis, TD 100/70, nadi 72x/m, RR 32x/m,
gerakan napas hemitoraks kiri tertinggal, fremitus kiri
melemah, hipersonor, dan terdengar sucking sound

 Diagnosis: open pneumotoraks sinistra


DIAGNOSIS ETIOLOGI TANDA DAN GEJALA
Hematotoraks Laserasi pembuluh darah di • Ansitas/gelisah, takipnea, tanda-tanda syok,
kavum toraks takikardia, froty/bloody sputum
• Suara napas menghilang pada tempat yang
terkena, vena leher mendatar, perkusi dada
pekak
Simpel pneumotoraks Trauma tumpul spontan • Jejas di jaringan paru sehingga menyebabkan
udara bocor ke dalam rongga dada
• Nyeri dada, dyspnea, takipnea
• Suara napas menghilang/menurun, perkusi
dada hipersonor
Open pneumotoraks Luka penetrasi di area • Luka penetrasi menyebabkan udara dari
luar toraks masuk ke dalam rongga pleura
• Dyspnea, nyeri tajam, emfisema subkutis
• Suara napas menurun/menghilang
• Red bubbles saat ekshalasi pada luka penetrasi
• Sucking chest wound
Tension Udara yang terkumpul di • Tampak sakit berat, ansietas/gelisah
pneumotoraks rongga pleura tidak dapat • Dyspnea, takipnea, takikardia, distensi vena
keluar lagi (mekanisme jugularis, hipotensi, deviasi trakea
pentil) • Penggunaan otot-otot bantu napas, suara
napas menghilang, perkusi hipersonor
DIAGNOSIS ETIOLOGI TANDA DAN GEJALA
Flail chest Fraktur segmental tulang • Nyeri saat bernapas
iga, melibatkan minimal 3 • Pernapasan paradoksal (gerak dada yang
tulang iga berkebalikan pada segmen yang terkena/flail)
Efusi pleura CHF, pneumonia, • Sesak, batuk, nyeri dada yang disebabkan
oleh keganasan, TB paru, emboli iritasi pleura
paru • Perkusi pekak, fremitus taktil menurun,
pergerakan dinding dada tertinggal pada
area yang terkena
Pneumonia Infeksi, inflamasi Demam, dyspnea, batuk, ronki
OPEN
PNEUMOTHORAX
• Luka pada dinding dada
menyebabkan paru
kolaps karena peningkatan
tekanan pada rongga
pleura
• Dapat mengancam jiwa dan
memburuk dengan cepat

Tatalaksana:
• ABC’s dengan c-spine
control sesuai indikasi
• Oksigen aliran tinggi 
bag valve mask
Pasang occlusive dressing pada
luka
Memberitahukan RS dan unit
trauma secepatnya
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
A Occlusive dressing

Clo6t11 Pleumoth(lrax O,en Pneumottio,.ax

> 20%Plttu1nodtor•x: ...


< ied

_-.
Pnewn�
resl Ii•� .o,e>1: tllwattnttsis or lme.tdon oi a

j
i:4tVsbl adivtv chest lltbe
attached .. utmlle:rwar, s:e11J
,,
Pasien laki-laki, usia 32 tahun, dibawa ke IGD dengan
keluhan sesak napas sejak mengalami kecelakaan lalu lintas
30 menit yang lalu. Keluhan disertai dengan nyeri dada
sebelah kanan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kesadaran kompos mentis, pasien tampak sesak, TD 120/80
mmHg, nadi 98 kali/menit, RR 34 kali/menit, dan suhu 36,6C.
Gerak dada hemitoraks kanan tertinggal, sela iga melebar,

90
perkusi redup hingga setinggi ICS 3, dan suara napas
menghilang. Berdasarkan pemeriksaan foto toraks
didapatkan perselubungan homogen di hemitoraks kanan,
sudut kostophrenikus tertutup perselubungan. Tatalaksana
awal yang tepat pada pasien tersebut adalah…
A. Intubasi
B. Plester 3 sisi
C. Dekompresi dengan jarum
D. Pemasangan WSD
E. Torakotomi
D. PEMASANGAN WSD
KEYWORDS
:• Pasien laki-laki, 32 tahun
• Sesak napas sejak mengalami kecelakaan lalu lintas 30 menit
yang lalu
• Disertai dengan nyeri dada sebelah kanan
• PF: kesadaran kompos mentis, pasien tampak sesak, TD
120/80, nadi 98x/m, RR 34x/m, suhu 36,6C, gerak dada
hemitoraks kanan tertinggal, sela iga melebar, perkusi
redup hingga setinggi ICS 3, dan suara napas menghilang
• Ro: perselubungan homogen di hemitoraks kanan, sudut
kostophrenikus tertutup perselubungan
 Diagnosis: Hematothoraks Dekstra
CONDITION ASSESSMENT MANAGEMENT
(Physical Examination)
Tension pneumothorax • Tracheal deviation • Needle decompression
• Distended neck veins • Tube thoracotomy
• Tympany
• Absent breath sounds
Massive hematothorax • ± Tracheal deviation • Venous access
• Flat neck veins • Volume replacement
• Percussion dullness • Surgical consultation
• Absent breath sounds • Tube thoracotomy
Cardiac tamponade • Distended neck veins Pericardiocentesis
• Muffled heart tones • Venous access
• Ultrasound • Volume replacement
• Pericardiotomy
• Thoracotomy
Intrabdominal hemorrhage • Distended abdomen • Venous access
• Uterine lift, if pregnant • Volume replacement
• DPL/ultrasonography • Surgical consultation
• Vaginal examination • Displace uterus from vena cava
Obvious external bleeding Identity source of obvious external Control external hemorrhage from all
bleeding obvious sources
• Direct pressure
• Splints
• Closure of actively scalp wounds
HEMATOTORA
KS
• Terdapatnya darah di dalam rongga
pleura
• Disebabkan oleh laserasi pembuluh
darah interkostal atau arteri
mammaria interna atau laserasi
tembus atau tumpul
paru, dapat
dicetuskan
Tanda oleh trauma
dan Gejala:
• Anxiety/restlessness
• Tachypnea
Signs of shock;
• Frothy, bloody sputum
Diminished breath sounds on
affected side
• Tachycardia
• Flat neck veins
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
HEMATOTORA
KS
• Memerlukan pemasangan chest tube/water
Tatalaksana:
sealed drainage (WSD)
• Jika volume darah yang diperoleh
1500 ml dari tube atau lebih dari 200
ml/jam selama 2-4 jam, operasi
eksplorasi direkomendasikan

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


Pasien laki-laki, usia 40 tahun, datang ke praktek dokter
untuk kontrol. Pasien menderita hipertensi sejak 4 tahun
yang lalu, hingga saat ini mendapat obat terapi calsium
channel blocker, ACE inhibitor, dan beta blocker. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, TD
170/90 mmHg, nadi 96 kali/menit, RR 24 kali/menit, dan suhu
36,6C. Dokter mencurigai pasien menderita hipertensi

91
sekunder sehingga dilakukan pemeriksaan aldosteron serum
yang menunjukkan hasil abnormal. Bagaimana mekanisme
kerja aldosteron yang paling utama?
A. Mengubah angiotensinogen
B. Meningkatkan lipolisis
C. Meningkatkan reabsorbsi natrium
D. Meningkatkan ekskresi air
E. Meningkatkan ekskresi natrium
C. REABSORB
MENINGKATKAN SI
NATRIUM
•KEYWORDS
Pasien laki-laki,
: 40 tahun
• Menderita HT sejak 4 tahun yll, mendapat obat terapi
calsium channel blocker, ACE inhibitor, dan beta blocker
• PF: kesadaran kompos mentis, TD 170/90 mmHg, nadi 96
kali/menit, RR 24 kali/menit, dan suhu 36,6C
• Dicurigai menderita hipertensi sekunder  dilakukan
pemeriksaan aldosteron serum  hasil abnormal
RENIN-ANGIOTENSIN-
ALDOSTERON
SYSTE (RAAS)
M

Sumber: Kidney Hormones: Renin-Angiotensin Aldosteron System. http://www.urology-textbook.com/kidney-renin-


aldosterone.html
RENIN-ANGIOTENSIN-
ALDOSTERON
SYSTEM (RAAS)
• Peran sentral dalam regulasi tekanan Aldosteron:
darah dan terdiri dari kaskade • Mempromosikan reabsorbsi
protein fungsional natrium dan retensi air,
(renin, angiotensin, dan meningkatkan tekanan darah,
aldosteron) dan menurunkan konsentrasi
• Terdapat gangguan pada kelainan kalium
seperti stenosis arteri • Ginjal: peningkatan ekspresi
ginjal, gagal jantung, atau
penyakit hati lanjut pompa natrium-kalium,
peningkatan luminal permeability
untuk Na+
• Kelenjar keringat: merangsang Na+
dan reabsorbsi air dalam pertukaran
untuk K+
• Saluran pencernaan: merangsang Na+
dan reabsorbsi air dalam pertukaran
untuk K+
Sumber: Kidney Hormones: Renin-Angiotensin Aldosteron System.
http://www.urology-textbook.com/kidney-renin-aldosterone.html
Pasien perempuan, usia 45 tahun, dibawa ke IGD dengan
keluhan lemas dan pucat sejak 2 hari yang lalu. Pasien
mengalami BAB hitam sejak 1 minggu yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/50 mmHg, nadi 116
kali/menit, RR 26 kali/menit, dan suhu 36,8C, konjungtiva
pucat, sklera tidak ikterik, dan terdapat nyeri tekan pada
daerah epigastrium. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 5,6,

92
leukosit 10.800, trombosit 550.000, MCV 98, MCH 30, MCHC
28. Apa rencana tatalaksana awal pada pasien ini?
A. Pemberian antibiotik IV
B. Pemberian infus besi
C. Pemberian infus nutrisi
D. Pemberian transfusi darah
E. Pemberian anti nyeri IV
D. PEMBERIAN DARA
TRANSFUSI H
KEYWORDS
:• Pasien perempuan, 45 tahun
• Lemas dan pucat sejak 2 hari
• Mengalami BAB hitam sejak 1 minggu yang lalu
• PF: TD 90/50 mmHg, nadi 116 kali/menit, RR 26 kali/menit,
dan suhu 36,8C, konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, dan
terdapat nyeri tekan pada daerah epigastrium
• Lab: Hb 5,6, leukosit 10.800, trombosit 550.000, MCV 98,
MCH 30, MCHC 28
Whole Blood
� �

----R O<JB lo o d Platelet Rleh I


��Celts
• r
Plasma

,,,...,-::-
...
, - ,
--
!
..e: ----- --- -
�r a.ct,,o Al><onhn
._..
n
l
INDICATION OF BLOOD
TRANSFUSION
PRC (Packed Red Cells) FFP (Fresh Frozen Plasma)
• When Hb ≤ 7 g/dl, especially in • As substitution for F VIII and F IX
acute anemia Hemostasis neutralization after
• When Hb 7-10 g/dl with hypoxia/ warfarin therapy
hypoxemia Bleeding with abnormal
• When Hb ≥ 10 g/dl with coagulation parameter
increased need for oxygen
transport (CHD, COPD)
• In neonates with Hb ≤ 11 g/dl
with symptoms of hypoxia
• Hb < 8 g/dl in perioperative
period

Sumber: Ministry of Health. 2003. Health Technology Assessment. American Association of Blood Banks.
INDICATION OF BLOOD
TRANSFUSION
TC (Trombosit Concentrate) Cryoprecipitate
• To stop bleeding if: • Pre-invasive procedure
• Platelet < 50.000/µL (prophylaxis) for patient with
fibrinogen deficiency
Platelet < 100.000/µL (diffuse
bleeding) • Hemophilia A and von
Willebrand disease with bleeding
• Prophylaxis if platelet < 50.000/µL or prior to surgery
• Pre-surgery or invasive
procedure
• After massive transfusion
• Bleeding in thrombopathic
patient

Sumber: Ministry of Health. 2003. Health Technology Assessment. American Association of Blood Banks.
INDICATION OF BLOOD
TRANSFUSION
WBC (Whole Blood Cells) Washed erythrocyte
• Perdarahan akut dengan • Transfusi masif pada neonatus
hipovolemia sampai usia < 1 tahun
• Transfusi tukar (exchange • Penderita dengan anti-IgA atau
transfusion) defisiensi IgA dengan riwayat alergi
• Pengganti sel darah merah transfusi berat
endah (PRC) saat memerlukan • Riwayat reaksi transfusi berat yang
transfusi sel darah merah tidak membaik dengan pemberian
premedikasi
• Penderita dengan reaksi
terhadap protein plasma darah
transfusi (pada pasien dengan
Coombs test positif)

Sumber: Ministry of Health. 2003. Health Technology Assessment. American Association of Blood Banks.
Type Description Indication
Whole • Up to 510 mg total volume • Red cells replacement in acute blood loss with
blood • Hb ± 12 g/ml, Ht 35-45% hypovolemia
• No functional platelets • Exchange transfusion
• No labile coagulation factros (V & VIII) • Patients needing red cells transfusion where
PRC is not available
PRC • 150-200 ml red cells from which most of the • Replacement of red cells in anemia patients
plasma has been removed • Use with crystalloid or colloid solution in
acute
• Hb ± 20 g/dl (not less than 45 g per unit) blood loss
• FFP
Ht: 55-75% • Plasma separated from whole blood within 6 • Replacement of multiple coagulation
factor hours of collection and then rapidly frozen to • Deficiencies
-25C or colder • DIC
• Contains normal plasma levels of stable • TTP
clotting factors, albumin, and
immunoglobulin
TC Single donor unit in a volume of 50-60 ml of • Treatment of bleeding due
to:
plasma should contain: thrombocytopenia, platelet
function defects
Cryopres At least 55 xby10resuspending
9 platelets, <1,2 x 109 red cells, •Treatment
Prevention
• Prepared FFP presipitate ofof bleeding
vWD, due to A, F.XIII def,
Hemophilia
ipitate <0,2 x 10 9 leucocytes
• Contains about half of the factor VIII and thrombocytopenia
source of fibrinogen acquired
coagulopathies
fibrinogen in the donated whole blood (DIC)
Pasien laki-laki, usia 27 tahun, dibawa ke IGD karena baru
saja mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien tampak
gelisah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan BB 60 kg, TD
110/80 mmHg, nadi 112 kali/menit, teraba lemah, RR 26
kali/menit, suhu 36,9C, akral teraba dingin dan lembab.
Selain itu terlihat patahan tulang tungkai atas kanan
dengan perdarahan masif. Berapakah derajat perdarahan

93
pada pasien tersebut?
A. Derajat I
B. Derajat II
C. Derajat II
D. Derajat I
E. Derajat I
V
V
B. DERAJAT
II
KEYWORDS
:• Pasien laki-laki, 27 tahun, post KLL
• Kaki kanannya tidak dapat digerakkan setelah motornya ditabrak
oleh pengendara lain dari samping sejak 2 jam SMRS
PF: tampak gelisah, BB 60 kg, TD 110/80 mmHg, nadi 112
• kali/menit, teraba lemah, RR 26 kali/menit, suhu 36,9C, akral teraba
dingin dan lembab. Terlihat patahan tulang tungkai atas kanan
dengan perdarahan masif
MACAM-MACAM SYOK
• Syok hipovolemik: diakibatkan oleh hilangnya cairan secara absolut atau
ekstravasasi
a) Takikardia, hipotensi
b) Penyebab: diare, muntah, perdarahan, syok dengue
• Syok hemoragik: diakibatkan oleh hilangnya darah (merupakan bagian dari
syok hipovolemik, namun tidak semua syok hipovolemik disebabkan oleh
hemoragik/perdarahan)
a) Takikardia, hipotensi
b) Setiap pasien KLL harus dicurigai syok hemoragik
c) Pasien cedera kepala tidak dapat menyebabkan syok hemoragik
Syok anafilaktik: ada riwayat alergi
• Syok kardiogenik: masalah pada fungsi sistolik, diastolik, preload (volume dan
• tekanan yang dialami ventrikel pada fase akhir pengisian), afterload (tahanan
yang harus dilawan ventrikel untuk

pengosongan), atau WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM


irama Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
MACAM-MACAM SYOK
• Syok distributif: total cairan tubuh tetap, namun volume intravaskular
relatif tidak seimbang dengan kapasitas vaskular, misalnya pada
anafilaktik, sepsis, dan neurogenik
• Syok neurogenik: biasa didahului trauma
a) Hilangnya tonus vasomotor dan hilangnya tonus simpatis 
vasodilatasi  syok distributif
b) Trauma medula spinalis diatas T6
c) Bradikardia, hipotensi (gejala parasimpatis)
d) Poikilothermia (kegagalan regulasi suhu tubuh)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


PERKIRAA KEHILANGA CAIRAN DAN DARA
N N H
VOLUM PERDARAHAN FRAKTUR
E FEMUR
• Anatomi os femur
Terletak dekat dengan pembuluh
darah besar (arteri femoralis)
Pada fraktur femur  kehilangan
• darah sampai 1.500 ml per femur
TATALAKSAN
A Jenis syok Tatalaksana
Hipovolemik Resusitasi cairan
(termasuk Kristaloid (NaCl/RL) 20 ml/kgBB bolus cepat
hemoragik)
Septik Resusitasi cairan
Vasokonstriktor (norepinefrin)
Antibiotik spektrum luas
Kardiogenik Obat inotropik (seperti dopamin, dobutamin)
Anafilaktik Resusitasi cairan
Epinefrin
Kortikosteroid
Diphenhydramine

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


RESUSITASI
CAIRAN Non-protein colloids
•Kristaloid
Sama efektifnya dengan • Digunakan sebagai second-line
albumin pada pasien post- agents pada pasien yang tidak
operatif respon dengan pemberian
• Merupakan pilihan cairan kristaloid
resusitasi awal untuk: • Dapat digunakan pada pasien
• Syok hemoragik/traumatic injury dengan edema perifer atau
• Syok septik Reseksi edema paru dengan kebocoran
kapiler
• hepatika Thermal • Lebih dipilih daripada albumin
• injury karena lebih murah
• Pembedahan kardivaskular
• Dialysis induced hypotension
RESUSITASI
CAIRAN
• Cairan kristaloid menyamakan Target resusitasi cairan
tekanan intravaskular dan interstitial • Euvolemia
dengan cepat
• Meningkatkan perfusi
• Pemulihan/restorasi stabilitas
hemostatik yang adekuat akan • Meningkatkan penghantaran
membutuhkan volume RL yang oskigen (oksigenasi)
banyak
• Sudah diobservasi secara
empirik, kurang lebih 300 cc
kristaloid dibutuhkan untuk
mengkompensasi setiap
kehilangan darah 100 cc (3:1
rule)
RESUSITA CAIRAN
SI

Sumber: British Consensus Guidelines on Intravenous


Fluid Therapy for Adults Surgical Patients. 2011.
Pasien laki-laki, usia 27 tahun, dibawa ke IGD setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam SMRS. Tampak
darah segar menetes pada meatus urethra eksternum.
Pada pemeriksaan fisik RT didapatkan flying prostate (+).
Apakah tindakan berikutnya yang dilakukan pada pasien?
A. Meminta pemeriksaan BNO-IVP
B. Meminta pemeriksaan uretrogram retrograde

94
C. Melakukan pemasangan kateter urine ukuran terbesar
D. Melakukan pemasangan kateter urine ukuran terkecil
E. Melakukan pemeriksaan USG testis
B. MEMINTA
PEMERIKSAAN
URETROGRAM
•RETROGRADE
Pasien laki-laki, 27 tahun, post KLL
• PF: tampak darah segar menetes pada meatus urethra eksternum
KEYWORDS :
• RT: flying prostate (+)

 Diagnosis: Ruptur Urethra Posterior


RUPTU ORGAN
R Organ Gejala
Ginjal Nyeri di pinggang, hematuria
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan, jarang
terjadi, hematuria
Vesika urinaria Nyeri di suprapubik, hematuria
Urethra anterior Nyeri di selangkangan, paling sering terjadi, paling
sering karena straddle injury, butterfly hematome
Urethra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya disebabkan oleh
fraktur pelvis, floating prostate
KLASIFIKASI UNTU
GOLDMAN
RUPTU URETHR K
R A
RUPTUR
URETHRA
•Trauma
TRIAS:urethra
bloody anterior
discharge, retensio urine, hematome/jejas
peritoneal/urin infiltrat
• Ditandai dengan butterfly appearance

Trauma urethra posterior


• TRIAS: bloody discharge, retensio urine, floating prostate

Diagnosis
• Retrograde urethrography, urinalisis, foto pelvis
WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
TRAUMA URETHRA
POSTERIOR
Jenis
Klasifikasi Ruptur Colapinto – McCollum:
menurut Gambaran Uretrogram
Urethra posterior utuh, Memanjang, ekstravasasi (-)
stretching
Urethra posterior putus, Ekstravasasi kontras terbatas di atas
diafragma diafragma urethra anterior urethra anterior
utuh
Urethra posterior, Ekstravasasi yang luas
diafragma urethra anterior,
dan urethra pars bulbosa
bagian proksimal rusak
TATALAKSANA RUPTUR
URETHRA
Simptomatik 
• Initial  Atasi retensi urine  akses dari regio suprapubik
pasang kateter suprapubik (sistostomi)
• Bedah (rekonstruksi)  terutama pada ruptur urethra posterior
yang disertai cedera pelvis (koreksi urethra dilakukan setelah
masalah pelvis tertangani), seperti anastomosis urethra,
uretrotomia interna
Pasien perempuan, usia 57 tahun, dibawa ke IGD dengan
keluhan penurunan kesadaran sejak 5 jam SMRS. Keluhan
disertai kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri.
Terdapat riwayat nyeri kepala, mual, dan muntah. Riwayat
diabetes mellitus disangkal. Pasien tampak gelisah. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 210/100 mmHg, nadi 92
kali/menit, teraba lemah, RR 22 kali/menit, suhu 37,5C,

95
hemiparese sinistra. Tatalaksana farmakologi yang tepat
diberikan pada pasien adalah…
A. Manitol 5% 0,5-1 g/kgbb IV
B. Manitol 10% 2-10 mcg/kgbb/menit IV
C. Manitol 10% 0,5-1 g/kgbb IV
D. Manitol 20% 2-10 mcg/kgbb/menit IV
E. Manitol 20% 0,5-1 g/kgbb IV
E. MANITOL 0,5-1 G/KGBB IV
20%
KEYWORDS
:• Pasien perempuan, 57 tahun
• Penurunan kesadaran sejak 5 jam SMRS
• Disertai kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri
• Riwayat nyeri kepala, mual, dan muntah
• PF: tampak gelisah, TD 210/100 mmHg, nadi 92 kali/menit, teraba
lemah, RR 22 kali/menit, suhu 37,5C, hemiparese sinistra
• Tanda pe ↑ TIK (+) • Pasien sadar
• Pe ↓ kesadaran • Datang dengan defisit
• Muntah proyektil neurologis (bicara pelo,
hemiparesis)
• Nyeri kepala
Untuk memastikan perlu pemeriksaan penunjang:
• TD amat tinggi CT Scan, MRI
Stroke Hemoragik Stroke Iskemik
Etiologi: perdarahan intraserebral Etiologi: trombus/emboli
Klinis: Klinis:
• Anamnesis: defisit neurologis akut • Anamnesis: defisit neurologis akut
+ penurunan kesadaran + nyeri (seringnya hemiparesis)
kepala + muntah proyektil • PF: kesadaran umumnya tidak
• PF: tanda lesi UMN, hipertensi menurun
Penunjang (CT Scan): area • Tanda lesi UMN (hiperrefleks, ada
hiperdens di serebrum refleks patologis)
Tatalaksana: • Penunjang (CT Scan): arena
• Bedah hipodens sereberum
• Medikamentosa: Tatalaksana:
• Antihipertensi • Trombolitik (r-TPA)  3-4,5 jam
setelah onset
Agen diuretik osmotik (misal
• Aspirin 325 mg
manitol  manitol 20% 0,5-1
g/kgbb IV bolus selama 20 menit • Clopidogrel 300 mg
dan dapat diulang setiap 4-6 • Aspirin 325 mg + dipyridamole
jam) 2x200 mg
MACAM-MACAM SYOK
• Syok distributif: total cairan tubuh tetap, namun volume intravaskular
relatif tidak seimbang dengan kapasitas vaskular, misalnya pada
anafilaktik, sepsis, dan neurogenik
• Syok neurogenik: biasa didahului trauma
a) Hilangnya tonus vasomotor dan hilangnya tonus simpatis 
vasodilatasi  syok distributif
b) Trauma medula spinalis diatas T6
c) Bradikardia, hipotensi (gejala parasimpatis)
d) Poikilothermia (kegagalan regulasi suhu tubuh)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


STROK ISKEMI VS STROK HEMORAGI
E K E K
Seorang perempuan 45 tahun, datang ke UGD
dengan keluhan nyeri sekitar pusar, disertai baal
dari pusar hingga tungkai, kedua tungkai juga tidak
dapat digerakkan setelah kecelakaan.
Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan untuk
menunjang diagnosis?

96
A. MRI servikal
B. MRI torakal
C. MRI kepala
D. CT-scan kepala
E. MRI lumbosakral
B. MR torakal
I
KEYWORDS
:• Wanita 45 tahun
• Nyeri sekitar pusar
• Baal dari pusar hingga ujung tungkai
• Kedua tungkai tidak dapat digerakkan

Pemeriksaan penunjang?
PET DERMATOM
A E
Cervical : C2 – C8
Thorakal : T1 – T12
Lumbar : L1 – L5
Sacral : S1 – S5

Setinggi pusar setinggi T10


Sehingga, pemeriksaan
penunjang yang tepat adalah
MRI Torakal.
Seorang perempuan, 30 tahun, datang ke UGD dengan
keluhan sesak napas dan nyeri dada. Sebelumnya pasien
mengalami KLL dengan dada kanan membentur aspal
terlebih dahulu. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 110/80 mmHg, RR 40x/menit, Nadi
120x/menit, afebris. Pada pemeriksaan fisik, inspeksi
ditemukan pergerakan dada kanan tertinggal, perkusi

97 ditemukan redup pada hemithorax kanan, auskultasi


sitemukan suara nafas kanan menjauh, vesikuler (+/-),
ronki (-/+). Gambaran x-ray seperti berikut. Apa diagnosis
yang paling tepat?
A. Empiema kanan
B. Pneumonia kanan
C. Efusi pleura kanan
D. Hematothorax kanan
E. Pneumothoraks kanan
D. Hematothorax kanan
KEYWORDS
:• Wanita 30 tahun
• Post KLL dengan dada kanan membentur aspal
• Sesak napas, takipneu, takikardi
• Xray thorax : perselubungan opaque homogen,
meniscus sign (+)
• Diagnosis?
D. Hematothorax kanan
• Definisi
Penumpukan darah di rongga pleura yang biasanya
disebabkan oleh trauma.
• Gejala
sesak napas, riwayat trauma tumpul
• Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dada tidak simetris (hemithoraks yang
sakit tertinggal sat inspirasi)
Perkusi redup
Auskultasi menurun/ menghilang
D. Hematothorax kanan
• Tatalaksana
Torakosentesis, yaitu pengambilan darah atau
cairan.
Anak berusia 2 tahun datang ke UGD dengan keluhan
batuk sejak 4 hari yang lalu. Batuk dikatakan seperti
menggonggong, tidak berdahak dan tidak disertai
demam. Pasien juga mengeluh suara serak. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan penyempitan subglotis dan
rima glottis. Gambaran yang mungkin ditemui pada
pemeriksaan radiologi adalah?

98 A. Vallecula sign
B. Steeple sign
C. Coffee bean sign
D. Thumbs sign
E. Salt and
pepper sign
B. STEEP SIGN
LE
KEYWORDS
:• Anak 2 tahun
• Batuk
• Tidak demam
• Suara serak
• Pemeriksaan fisik : penyempitan subglotis dan
rimaglotis

Diagnosis CROUP
CROUP
• Croup atau laringobtrakeobronkitis disebabkan
infeksi virus parainfluenza (tipe 1, 2, 3)
• Gejala : batuk menggonggong, serak, sesak, batuk,
rhinorea, demam, stridor
CROUP
Tatalaksana

• Croup ringan : pemberian cairan dan makanan yang sesuai serta ASI
yang cukup
Croup berat :
• Croup berat : Ranap! • Stridor saat anak tenang
Steroid : deksametason (0.6 mg/kgBB IM/oral) Napas cepat dan tarikan
dinding dada bagian bawah ke
Epinefrin/adrenalin : 2 ml adrenalin 1/1 000 dengan dalam
normal saline 2-3ml, diberikan dgn nebulizer selama 20 menit.

• Dapat dipertimbangkan :
Oksigen
Intubasi/trakeostomi jika obstruksi berat mengancam nyawa.
Anak berusia 6 tahun mengeluh nyeri perut dan BAB
berdarah sejak 6 jam yang lalu. Terdapat darah
kehitaman pada BAB serta lendir yang menyerupai jelly.
Sehari sebelumnya, anak mengeluh demam dan pilek.
Pada pemeriksaan fisik, teraba massa seperti sosis di
perut kanan bawah. Pada USG terdapat gambaran
lipatan usus seperti donat. Apa diagnosis yang tepat?

99 A. Divertikulitis
B. Volvulus
C. Morbus hirschsprung
D. Intususepsi
E. Stenosis pylorus hipertrofik
D. INTUSUSEP
SI
KEYWORDS
:• Anak usia 6 tahun
• Nyeri perut
• Bab dengan darah kehitaman, lendir, dan seperti jelly
• Massa seperti sosis di perut kanan bawah
• USG : lipatan usus seperti donat

Diagnosis : Intususepsi
INTUSUSEPSI
Definisi :
Obstruksi usus dimana satu segmen
usus masuk ke dalam segmen usus
yang lainnya.

Diagnosis :
• Gejala
Awal : kolik hebat ; muntah.
Lanjut : perut kembung ; tinja berlendir bercampur darah
(currant jelly stool) dan
dehidrasi
• PF : palpasi teraba massa seperti sosis
• USG : donat/ pseudo kidney sign
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Rumah Sakit.
WHO. 2017
Fraktur jenis apa yang terdapat pada gambar
dibawah?

A. Fraktur inkomplit
B. Fraktur komplit
C. Fraktur oblik

100
D. Fraktur segmental
E. Fraktur spiral
B. FRAKTUR
KOMPLIT
Garis fraktur mengenai seluruh diameter tulang

You might also like